Restrukturisasi Garuda Indonesia | PinterPoin

Restrukturisasi Garuda Indonesia, Berapa Jumlah Pesawat yang Tersisa Saat Ini?

Pada bulan Mei 2021 lalu, Garuda Indonesia mengumumkan rencana restrukturisasi komprehensif guna bertahan hidup. Fokus utama Garuda adalah mengurangi hutang secara signifikan yang berjumlah US$10 milyar menjadi US$3,4 milyar. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mengurangi jumlah pesawat dari 142 unit menjadi 66 unit pesawat saja. Selain itu, pembatalan pemesanan pesawat & pengalihan pesanan ke Citilink juga sedang diupayakan.

Diketahui dari fleet plan tahun 2022 yang sempat beredar tahun lalu, kedepannya Garuda Indonesia hanya akan mengoperasikan pesawat jenis Boeing 737-800, Airbus A330-300 dan A330-900neo saja. Simplifikasi armada pesawat ini akan mengurangi biaya maintenance secara signifikan dan mempersimpel strategi armada Garuda Indonesia dalam jangka panjang.

teks, cuplikan layar, software, nomor, Font, Ikon komputer, Laman internet, deasin

Menariknya, fleet plan tersebut saat ini sudah tidak akurat karena adanya perubahan rencana internal. Garuda Indonesia nyatanya hanya menyisakan 38 unit Boeing 737-800 (rencana awalnya adalah 56 unit). Kemudian pesanan Airbus A330-900neo juga sedang berupaya untuk dibatalkan.

Bagi sebagian orang, penghilangan armada Boeing 777-300ER adalah kabar duka karena menjadi akhir cerita dari produk first class Garuda Indonesia yang fantastis.

Jika masih berpegang pada rencana awal (menyisakan 66 pesawat), maka kini Garuda Indonesia hanya perlu mengembalikan 38 unit pesawat saja. Melihat adanya perubahan pada fleet plan tersebut, saya sedikit berharap agar Garuda Indonesia tidak menyingkirkan armada Boeing 777-300ER sepenuhnya alias tetap mengadakan layanan first class yang sempat dinikmati oleh Presiden Jokowi untuk KTT G20 akhir tahun 2021 kemarin.

outdoor, transportasi, pesawat, pesawat terbang, pesawat terbang sipil, kendaraan, Perusahaan penerbangan, Perjalanan udara, landasan, rumput, Mesin jet, jalan, Mesin pesawat terbang, Pesawat lorong tunggal, Twinjet, Layanan, Terbang, Rekayasa dirgantara, Bandara, airbus, Pesawat jet, jet, besar, tarmak, tanah, penerbangan
Boeing 777-300ER (PK-GIG) dengan kabin first class Garuda Indonesia disewa oleh Presiden Jokowi. Foto: @putueka93

Sisa Pesawat Garuda Indonesia Saat Ini

Berdasarkan data dari Planespotters, saat ini hanya tersisa 104 pesawat yang masih terdaftar di armada Garuda Indonesia. Artinya sebanyak 38 unit pesawat telah dilepas oleh Garuda Indonesia sejak tahun 2020, berikut penjabarannya:

  • April 2020 – 1 unit Boeing 737-800
  • Mei 2020 – 1 unit ATR 72
  • Juni 2020 – 1 unit Boeing 737-800
  • Januari 2021 – 2 unit Boeing 737-800
  • Februari 2021 – 3 unit Boeing 737-800
  • Maret 2021 – 1 unit Boeing 737-800
  • April 2021 – 4 unit Boeing 737-800
  • Mei 2021 – 10 unit Boeing 737-800
  • Juni 2021 – 3 unit Boeing 737-800
  • Juli 2021 – 4 unit unit Boeing 737-800
  • Agustus 2021 – 6 unit Boeing 737-800
  • Desember 2021 – 1 unit Boeing 777-300ER
  • Januari 2022– 1 unit Boeing 737-800

Hampir seluruh pesawat yang berhasil dikembalikan kepada lessor adalah Boeing 737-800. Faktor mudahnya ‘menjual’ Boeing 737-800 menjadi salah satu alasan besar mengapa lessor lebih berkenan untuk membatalkan kontrak sewa pesawat tersebut.

Sejak artikel yang saya rilis pada September 2021 lalu, Garuda Indonesia telah melepas sebanyak 15 pesawat yang terdiri dari 14 unit Boeing 737-800 dan 1 unit Boeing 777-300ER (PK-GIE). Sejumlah Boeing 737-800 telah diterbangkan ke padang pasir di Australia untuk penyimpanan jangka panjang oleh lessor.

Image
Konvoi pesawat Boeing 737-800 Garuda Indonesia menuju ke padang pasir di Australia

Kemudian, dari total 104 pesawat yang terdaftar saat ini, hanya 31-35 unit pesawat yang masih aktif beroperasi di berbagai rute. Melihat jumlah pesawat yang aktif, rasanya pengurangan armada memang lebih baik jika dilakukan sedini mungkin.

Mengapa sedini mungkin? Karena pesawat yang sedang terparkir masih harus memakan biaya perawatan yang tidak sedikit. Contohnya, Garuda Indonesia harus menelan kerugian sebesar US$3 juta per bulan untuk 1 unit Boeing 737 MAX 8 yang dikandangkan sejak 2019. Bayangkan berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk merawat 60+ pesawat yang terparkir & tidak mendatangkan pemasukan pada saat yang sama.

Garuda Indonesia juga diketahui sedang dalam tahap negosiasi dengan Airbus & Boeing. Awalnya, Garuda Indonesia berencana untuk tetap mendatangkan 2 unit Airbus A330-900neo yang sudah rampung dirakit. Namun nampaknya Garuda Indonesia telah berubah pikiran dan sedang berupaya keras untuk membatalkan semua pesanan 9 unit A330-900neo dan 4 unit A330-800neo yang nilainya lebih dari Rp14 triliyun.

Pesanan Airbus akan dialihkan menjadi A320neo untuk Citilink, yang nantinya akan menjadi maskapai dengan jumlah pesawat yang lebih banyak ketimbang Garuda Indonesia.

Untuk pesanan Boeing, Garuda masih dalam proses pengadilan dan saya cukup positif bahwa proses pembatalan pesanan 49 unit Boeing 737 MAX 8 bernilai US$4,9 milyar akan lebih feasible ketimbang pesanan Airbus setelah terjadinya 2 kecelakaan fatal yang menimpa Boeing 737 MAX 8 milik Lion Air & Ethiopian.

pesawat, outdoor, kendaraan, langit, pesawat terbang sipil, Perusahaan penerbangan, pesawat terbang, transportasi, Bandara, Perjalanan udara, tanah, awan, Mesin jet, Pesawat lorong tunggal, Mesin pesawat terbang, Pelataran pesawat, landasan, Layanan, Twinjet, Pesawat jet, Terbang, Rekayasa dirgantara, Garbarata, diparkir, penerbangan, tarmak, airbus, jet, besar
Satu-satunya Boeing 737 MAX 8 milik Garuda Indonesia. Foto: Ikhwan Hidayat @ihikhi

Penutup

Garuda Indonesia telah mengurangi 38 unit pesawat sejak proses restrukturisasi diumumkan. Rencananya, Garuda Indonesia hanya akan menyisakan sebanyak 66 unit pesawat saja, yang mana sangat masuk akal melihat kondisi yang tidak kondusif bagi Garuda Indonesia sejak sebelum pandemi.

Apapun yang akan dilakukan, saya yakin publik akan mendukung penuh langkah Garuda Indonesia untuk kembali sehat. Saya pribadi cukup optimis dengan tim manajemen Garuda Indonesia saat ini yang dikepalai oleh Irfan Setiaputra.

.

Apa pendapat Anda tentang situasi Garuda Indonesia terkini?

Share

11 comments
  1. kalau saya sebagai user, sebenarnya kecewa dengan garuda, di akhir tahun 2021 ada promo tukar garuda miles, tujuan saya ke malang, eh garuda mengoper jadwal saya awal maret jadi awal april. asem banget manajemen padahal itu juga dibatasi jadwal terbangnya, ya seharusnya rute yang ditawarkan yang feasibel,jangan rute yang abu-abu. akhirnya dengan sedikit memaksa saya minta dialihkan ke surabaya penerbangan maret nya. karena kita mau batal dan refund tetap rugi airpot tax. pindah ke surabaya dengan nambah airpot tax. jadwal garuda sekarang bisa berubah tiap minggu

    1. @fajar

      Emg parah sih. Saya juga pesan dirubah jadwal sehingga harus cancel. Buruknya lg admin hangus. Airport tax dikembalikan dlm bentuk voucher. Sudah gitu miles yg dikembalikan ada yg hangus expiry date sebulan

      1. refund airport tax dalam bentuk voucher itu, apa bisa digunakan untuk bayar airport tax ketika redeem miles menjadi tiket ?

  2. Poin mega kan tgl 25 maret ini udah ga bs tuker ke miles gff dan air asia. Kl skrg poin mega dituker semua ke gff msh aman ga ya ko ? Atau ada opsi yg lbh oke ?

  3. Saya yakin Garuda akan bangkit meski lama panjang ….meski juga dengan armada yg tidak spt dulu….selalu n semangat terbang tinggi

  4. Skrg kalo thn 2024 ganti presiden, lalu mentri bumn nya diganti, dirut garuda diganti, trus balik lagi dikorupsi berjamaah gmn? Garuda itu sasaran empuk para pejabat yg mau korupsi selama masih berbentuk bumn. Percuma dibangga2in ke mancanegara tapi ujung2nya kita malu seluruh dunia jadi tau garuda isinya orang2 korupsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.