Setelah puas berkunjung ke kota Muscat saya harus segera kembali ke bandara untuk penerbangan ke Moscow, Rusia dengan Oman Air di kelas economy pesawat Boeing 737-800.
Aslinya, rute penerbangan ke Moscow dilayani oleh pesawat Boeing 737 MAX 8. Namun, karena pesawat tersebut dilarang terbang diseluruh dunia, Oman Air menggunakan 737-800 sebagai pengganti sementara.
Flight Review: Oman Air Economy Class B787-9 Jakarta – Muscat
Lounge Review: Primeclass Lounge Muscat International Airport
FOTO: Impresi Mengunjungi Muscat, Oman Dalam 1 Hari
Flight Review: Oman Air Economy Class B737-8 Muscat – Moscow, Business Class on a Budget
Lounge Review: SAS Lounge Copenhagen Airport
Flight Review: Austrian “Europe” Business Class A319-100 Copenhagen – Vienna
Flight Review: Turkish Airlines Business Class A330-300 Vienna – Istanbul (New Airport)
Lounge Review: Turkish Airlines Lounge New Istanbul Airport
Flight Review: Singapore Airlines Business Class 777-200ER Istanbul – Singapore
Lounge Review: Singapore Airlines SilverKris Lounge Terminal 3 Changi Airport
Lounge Review: Singapore Airlines SilverKris Lounge Terminal 2 Changi Airport
Flight Review: Singapore Airlines Business Class A350-900R Singapore – Jakarta
Nomor Penerbangan: WY181
Jenis Pesawat: Boeing 737-800
Registrasi Pesawat: A4O-BH
Rute: Muscat (MCT) – Moscow (DME)
Tanggal: Sabtu, 1 Juni 2019
Waktu Berangkat: 15:01 (Waktu seharusnya 14:45)
Waktu Tiba: 19:12 (Waktu seharusnya 19:40)
Durasi Penerbangan : 5 jam, 11 menit
Kursi: 35D, 35E, 35F
Saat akan memasuki pesawat, entah mengapa boarding pass saya & penumpang yang berasal dari Indonesia lainnya mengalami masalah. Setelah tertahan selama kurang lebih 10 menit, akhirnya petugas di gate berhasil memperbaiki sistem.
Meskipun tidak sebagus pesawat Boeing 787-9 Dreamliner yang saya naiki dari Jakarta, namun pesawat Boeing 737 Oman Air yang akan membawa saya ke Moscow ini masih terasa baru dan modern.
Terdapat 2 kru kabin yang bekerja di kabin economy class, 1 berasal dari Oman dan 1 berasal dari Filipina. Kedua kru kabin sangat ramah dan selalu tersenyum saat melayani penumpang. Meksipun hanya berdua, namun mereka bisa meng-handle seisi kabin dengan profesional dan cepat.
Kursi
Kabin business class terletak di bagian depan pesawat dan akan dilewati oleh setiap penumpang economy class.
Kursi asli yang saya miliki adalah 19A yang terletak di emergency exit dengan ruang gerak kaki ekstra. Terima kasih kepada gate agent yang berbaik hati untuk memberikan kursi tersebut kepada saya secara gratis.
Namun, saat pesawat sudah lepas landas, saya melihat jika 3 baris kursi paling belakang masih kosong. Saya segera bergegas untuk pindah untuk mengamakan 1 baris yang nantinya saya jadikan sebagai kasur business class on a budget 😉 .
Bisa dilihat jika ruang gerak kaki terasa lebih luas di baris ini. Namun saya tentunya lebih memilih untuk mengamankan barisan kursi kosong untuk saya sendiri di belakang.
Kelebihan lain dari baris 35 adalah tidak adanya kursi di seberang (35A, B, C) karena digunakan sebagai lemari penyimpanan barang oleh kru kabin. Ekstra privasi!
Kekurangan dari baris kursi ini adalah jarak yang dekat dengan kamar mandi sehingga terdapat banyak suara dan kemungkinan untuk mencium bau tidak sedap dari kamar mandi.
Telah terdapat bantal di setiap kursi, namun untuk selimut saya harus meminta kepada kru kabin.
Setelah lepas landas, saya segera membuat kasur poor man’s business class saya & meminta 2 selimut kepada kru kabin, dimana 1 dijadikan sprei dan 1 dijadikan selimut.
Makan
Makanan yang disajikan berupa “Lamb or “Fish”, tidak ada menu seperti penerbangan sebelumnya. Saya memilih lamb yang disajikan dengan biryani atau saffron rice.
Saya cukup menyukai makanan ini karena ciri khas bumbu & rasa yang kuat dari makanan Timur Tengah, cocok untuk dimakan di pesawat karena kemampuan indera perasa yang berkurang saat berada di ketinggian.
Untuk minuman, saya memilih orange juice dan air mineral. Dessert berupa kue pistachio yang pleasant & tidak terlalu manis.
Kamar Mandi
Kamar mandi di pesawat ini sangat-sangat sempit dan mengingatkan saya pada kamar mandi di pesawat Boeing 737 MAX milik American Airlines.
Bahkan ruang gerak yang sempit tidak memungkinkan saya untuk membungkuk.
Sekembalinya ke kursi, saya berhasil tidur selama kurang lebih 2 jam sebelum akhirnya terbangun karena leher yang pegal.
Meskipun saya memiliki 3 kursi untuk diri sendiri, namun tetap saja saya harus tidur membungkuk karena jika tidak kaki saya akan terjulur keluar ke jalan.
Sesampainya di Moscow, saya kemudian mengambil tiket kereta Aeroexpress untuk kemudian menuju ke kota Moscow yang berjarak hampir 1 jam dari bandara menggunakan kereta.
Penutup
Oman Air sekali lagi berhasil membuktikan diri sebagai salah satu maskapai berkualitas. Saya cukup puas dengan penerbangan kali ini dan sangat menikmati pelayanan yang ramah dari kru kabin. Untuk harga yang saya bayarkan, tentunya ini merupakan good deal mengingat penerbangan ke Eropa umumnya berkisar di atas Rp 5 juta sekali jalan.
Apakah saya merekomendasikan Oman Air? Jawabannya adalah ya. Saya tiba dengan bugar dan nyaman di Moscow dengan Oman Air. Menurut saya pribadi, Oman Air sudah pantas bersaing dengan maskapai besar asal Timur Tengah lainnya. Hanya saja Oman Air tidak memiliki jaringan rute penerbangan ekstensif seperti Emirates, Qatar, atau Etihad. Namun saya pribadi optimis jika Oman Air akan semakin berkembang & didukung oleh infrastruktur bandara yang memadai dan modern.
Halo, sedikit penasaran, untuk arm rest di economy cara lepasnya gimana ya?
Joni,
Tidak bisa dilepas, tetapi arm rest bisa dinaikkan.
Saya baru lihat lagi, ternyata yg baris belakang arm restnya bukan yg seperti papan ya