pakaian, alas kaki, orang, jins, outdoor, jalanan, tanah, busana jalanan, denim, berdiri

Opini: Haruskah Anda Membatalkan Rencana Berwisata Akibat Wabah Virus Corona?

Belakangan ini, dunia dihebohkan oleh wabah virus Corona atau sekarang dikenal juga sebagai 2019-nCov. Banyak pelancong yang seharusnya berwisata ke berbagai destinasi mancanegara secara voluntary maupun involuntary membatalkan rencana berwisata mereka akibat wabah ini.

Indonesia sendiri tidak terkecuali. Saya mengetahui banyak sekali teman saya atau pembaca PinterPoin yang membatalkan rencana berwisata mereka akibat wabah ini.

Tapi, apakah itu tindakan yang tepat? Anda tidak seharusnya membatalkan rencana berwisata ke destinasi mancanegara walaupun orang lain menyarankan atau melakukannya. 

pakaian, kacamata, orang, Wajah manusia, Headphone, dalam ruangan, wanita, gadis, kacamata hitam
Anda tidak seharusnya membatalkan rencana berwisata Anda kecuali dalam beberapa kasus tertentu. Kredit: Bloomberg.com

Saya? Ketika saya menulis artikel ini, saya sedang berada di Jepang, negara dengan kasus terkonfirmasi (confirmed case) terbanyak ke-5 di dunia dan saya tidak khawatir sedikitpun. Anda seharusnya juga šŸ™‚

Rasionalisasi

Tentunya harus ada alasan kuat mengapa saya tidak khawatir berwisata di negara dengan endemik virus Corona dan hal tersebut adalah statistik. Perhatikan perhitungan saya di bawah ini:

1. Kasus virus Corona di Jepang ada 1.037 kasus per 5 Maret 2020, sedangkan jumlah penduduk Jepang adalah 126,6 juta orang.

–> Hal ini berarti kemungkinan Anda mengontak seseorang di Jepang dengan virus Corona adalah 1 berbanding 122.082 alias 0,00081%

Kemungkinan 1 berbanding 122.082 tersebut nyaris setara dengan probabilitas Anda mati akibat lift ataupun eskalator (yang mana terdengar nyaris mustahil namun ada).

 

2. Katakanlah Anda sangat tidak beruntung sehingga terjangkit virus corona, kemungkinan Anda tewas dari virus tersebut hanyalah 3,44% berdasarkan statistik.

Sebagai perbandingan, tingkat mortalitas akibat SARS pada tahun 2002 adalah 9,55% dan tingkat mortalitas akibat MERS-CoV pada tahun 2015 lalu adalah 34,3%.

–> Hal ini berarti kemungkinan Anda tewas akibat corona virus adalah 1 berbanding 3.548.895 alias 0,000027%

Kemungkinan 1 berbanding 3.548.895 tersebut setara dengan probabilitas Anda mati akibat serangan buaya (yang mana terkesan lebih mustahil lagi namun ada).

.

Saya tidak mengatakan sepenuhnya bahwa mustahil bagi Anda untuk terjangkit virus Corona, namun hanya menginformasikan bahwa kemungkinan Anda terjangkit virus Corona sebenarnya sangat sangat sangat kecil dan kemungkinan Anda mati akibat virus tersebut jauh lebih kecil lagi.

Anda boleh saja khawatir namun Anda tidak seharusnya panik dan membatalkan rencana berwisata Anda tanpa pertimbangan matang šŸ™‚ itulah opini saya untuk traveling dalam kondisi wabah virus Corona ini.


Baca juga: Singapore Airlines Batalkan 674 Penerbangan Akibat Virus Corona
Baca juga: 9 Kartu Kredit Di Dompet Saya Sekarang (2020)

Penutup

Wabah virus Corona tidak dapat dipungkiri membuat banyak orang panik dan membatalkan rencana perjalanan-nya, tapi hal tersebut bukan berarti Anda harus mengikuti mereka. 

Saya tidak akan ragu menyarankan Anda untuk tidak membatalkan rencana perjalanan Anda ke luar negeri kecuali:

  1. Anda membawa orang tua Anda yang berusia 70 tahun atau lebih (secara statistik, risiko mereka tewas akibat terjangkit virus Corona jauh lebih tinggi)
  2. Anda mengunjungi daerah yang sangat endemik (Contoh: Wuhan, Cina; Daegu, Korea Selatan; Lombardy, Italia)
  3. Anda memiliki masalah kesehatan yang mendasari (underlying medical condition). Contohnya adalah Hipertensi ataupun penyakit jantung yang mana membuat Anda lebih mudah terjangkit dan tewas dari virus Corona.
pohon, outdoor, sakura, bunga sakura, bunga, musim semi, mekar, cabang, rumput, tanaman
Banyak tourist spot populer akan lebih kosong jika Anda mengunjungi-nya sekarang šŸ™‚

Di sisi lain, apabila Anda tetap memutuskan untuk berwisata ke destinasi mancanegara saat terjadi wabah seperti sekarang, maka Anda bisa berekspetasi tourist spot yang jauh lebih sepi dan harga akomodasi yang jauh lebih murah. 

Namun risikonya adalah bisa jadi tourist spot yang Anda tuju tidak dibuka untuk sementara waktu (seperti Disneyland Tokyo yang ditutup sampai dengan 15 Maret 2020).

Oleh karena itu, dibutuhkan sedikit ketelitian ekstra untuk memastikan bahwa tujuan Anda berwisata ke suatu negara akan tetap bisa tercapai.

Intinya, selama Anda tidak pergi ke daerah yang sangat endemik, maka saya menghimbau Anda untuk tidak membatalkan rencana traveling Anda karena ingatlah sekali lagi bahwa kemungkinan Anda terjangkit virus Corona kurang lebih sama dibanding kemungkinan Anda mati akibat lift maupun eskalator šŸ˜‰

 

Apakah Anda membatalkan rencana berwisata Anda akibat wabah virus Corona?
Share

16 comments
  1. Brothers,

    Menurut saya, Kalau resiko kena kelihatan nya tdk sih, yg sy lbh takutkan itu dikarantina…
    Blm lagi pembatalan lsg dr airlines/aturan masuk/transit suatu negara…

    Hope, badai segera berlalu

  2. bro, sekedar konfirmasi, yang saya tau untuk anak kecil umur 0-9 belum ada kematian sama sekali. sepertinya virus ini lebih berbahaya untuk kelompok usia lanjut saja.

    1. Yosua,

      Terimakasih atas informasinya. Setelah saya riset lagi, ternyata memang belum ada kasus fatalitas untuk golongan usia anak 0-9 tahun. Artikel sudah saya update untuk mencerminkan informasi terbaru ini šŸ™‚

  3. Saya setuju dengan bro tentang tidak perlu membatalkan wisata, kebetulan mei ini saya juga berencana ke belanda dan prancis, tetapi yg saya takutkan adalah pada saat pulang dari negara terdampak. Pada saat kembali ke tanah air, jika kita harus dikarantina 14 hari tentu sangat merugikan dan tidak nyaman.. bagaimana pendapat bro tentang hal tsb?

    Kedua, saya kurang setuju jika membawa anak dibawah 10 tahun dianggap berbahaya, karena statistik kematian akibat covid19 sangat rendah pada rentang usia tsb, sebaliknya utk lansia diatas 75 itu memang berbahaya. Apalagi jika memiliki penyakit lain seperi darah tinggi, atau diabetes
    Terima kasih

    1. Kalau seandainya keluar travel ban, boleh teman2 coba dengan alasan kena travel ban, Jadi Bukan Karena kita Mau cancel, tapi Memang tidak di perbolehkan untuk terbang ke negara2 tersebut.

      Untuk Mereka yg flight ada di Mei juga tidak harus buru2 cancel dulu Karena Bisa Jadi waktu cuaca Lebih hangat, virus nya jg berkurang seperti SARS yg menghilang di May/June.

  4. sebenernya si saya berani2 aja cuman kadang orang lain yg ikut travel sama kita ini udah parno duluan atau antisipasi aja sih

    kalau saya pergi sndiri si saya berani aja kecuali ke negara atau kota yg sangat endemik seperti di sebutkan di atas

    saya redeem tiket GA pas sale 71%
    akhirnya di batalkan rencana minggu depan brangkat
    hangus karena tiketnya ga bsa di reschedule karena tiketnya promo dari 71%

    padahal udah nabung miles dan bawa orang tua naik business class tnpa pake uang dari ortu ( emg si bukan pake uang saya jg tp tuker pake miles, cuman tax dari garuda ini lumayan sakit juga bayarnya)

    tp ya gmn lagi mgkn blm jodoh

  5. Lebih baik ditunda dahulu apalagi hampir semua maskapai bisa full refund atau reschedule tanpa biaya.. Kalau saya berpikiran jangan karena keegoisan kita memaksa tetap pergi amit2 kita tertular dan menularkan kepada keluarga,rekan kantor atau teman2 kita apalagi yang ada anak kecil/orang tua.. Saya juga merasa tidak nyaman jalan2 dengan kondisi yang tidak nyaman dan tidak tenang..
    Kalau saya tetap memaksa pergi, saya akan melakukan tes ke rumah sakit sepulang dari sana, itu bentuk tanggung jawab saya terhadap keputusan saya untuk tetap pergi dan untuk kebaikan keluarga & teman2 juga

    Untuk Jepang, yang saya baca2 dari yang tinggal disana, Rumah Sakit nya banyak menolak pasien yang ingin dilakukan tes corona, beda dengan korea yang melakukan tes untuk semua yang dicurigai melakukan kontak.. saya sertakan berita dari kompas juga..
    https://www.kompas.com/tren/read/2020/02/29/093200865/rumah-sakit-jepang-tolak-cek-warga-yang-ingin-tes-virus-corona-ini

    note: saya seharusnya pergi ke jepang 22 maret ini, tapi saya memutuskan untuk reschedule dengan alasan diatas

    1. Saya berencana ke Jepang akhir Maret ini, tapi akhirnya saya batalkan dan hangus kan tiket nya. Padahal saya naik kelas bisnis, dari pada nanti pulang harus di karantina atau lebih parah menularkan ke orang2 dekat saya. Mending gak lah ke Jepang.

  6. ya, saya setuju, saya saja memilih untuk tidak terbang ke thailand karena 1 hari sebelumnya badan istri panas dan batuk. padahal itu sakit biasa, nanti sampai thailand malah di karantina, nggak jadi jalan-jalan…, biar aja rugi, daripada tambah ribet

  7. Being quarantined is the scariest issue. Especially as countries seem to be putting up bans or quarantines for countries based off of politics.

    Example, Hong Kong Nationals are now restricted for travel to Japan by the Japanese government. However, Japan has not restricted countries like Spain, Italy, or France where the infection rate is high and the recovery rate is even lower than Japan. On the other hand, Hong Kong recovery rate is much higher than many other countries.

    I’m the end, as I travel full-time, I now have to actually think where I will travel next and avoid just so I don’t have to deal with hassles or restrictions now or in the future.

    1. Steve, how do you read Indonesian btw? GTranslate? I appreciate that you participate in this local travel site.

    2. yup. the risk is not about the covid itself but the quarantine , esp Indonesian, quarantine on pulau antah berantah for 14 days.

  8. Kemarin redeem SQ ke shanghai pas 51% spontaneous escape tp karena corona harus refunded dikasih full refund tp memang ngurusnya lama. Redeem lg ke India dan untung di sana aman2 saja.

    Bulan ini ke Amsterdam cukup deg-degan sih krn berangkat tgl 25 ini takutnya 1) Indonesia tiba2 meledak jumlah kasus nya lalu di ban ke eropa apalagi pas tanggal berangkat, skr aja udah ga boleh umroh. Itu bagaimana ya, kalau di ban apa diganti refund sama airlines? Apa travel insurance membantu? semoga amit2 ga kejadian.
    2) takut di negara tujuan kasus nya membludak terus baliknya jadi karantina

    Tp bagaimana pun tetap pengen berangkat

    BTW, saya kenapa agak takut ya sama Indonesia daripada negara lain ya, penanganan nya kayak ga maksimal aja

  9. Menurut saya sih bukan Virusnya ya yang bikin scary. Tapi kasus racism terhadap people from Asian Decent ya. Banyak kasus di UK dan Europe yang menunjukkan hal tersebut.

  10. Rasionalisasi terbatas sama angka. Tapi faktor luck dan kesialan tidak melihat angka.
    Hari ini case covid19 di Indonesia tiba2 naik jadi 19, dan beberapa case itu gara2nya traveler dr luar negri yg menularkan ke suaminya.

    So, think again. Rasio matinya sama kaya mati saat di lift, tapi rasio ketika 1 orang kena dan 1 orang itu menularkan ke 10 orang adalah 100%.
    Tinggal kalikan lagi 10 orang ke 10 orang, dst.

    Kalo anda mati sendiri atau sembuh sendiri sih silakan.

  11. Thanks Edwin for sharing your thoughts. The rationalisation helps us biar ga overparno dengan situasi yang ada, tapi lihat ke actual facts of numbersnya. You’ve successfully gets me laughing si dengan probabilitas mati di lift atau diserang buaya šŸ˜€

    Kalau di keluarga saya yang muda2 berani pergi tapi seperti banyak yang comment takut sama resiko kena quarantinenya. seperti nasib penumpang diamond princess, in total mereka bisa dikarantina hampir sebulan (2 minggu di kapal + 2 minggu di negaranya), ini si yang lebih dipikirin.

    Anyway, nice article to share.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.