Salah satu highlight perjalanan round the world saya tahun lalu adalah mencoba salah satu produk first class terbaik di dunia, All Nippon Airways (ANA) first class, dari Honolulu (HNL) ke Tokyo (NRT).
Selain Singapore Airlines yang terbang 1x/hari ke Los Angeles (LAX), All Nippon Airways (ANA) first class merupakan satu-satunya opsi untuk terbang di rute transpasifik dengan KrisFlyer miles. Khusus untuk penerbangan kali ini, saya mencoba rute first class terpendek mereka, yang uniknya dioperasikan oleh armada khusus Airbus A380 bertemakan “Flying Honu”.
Ini adalah penerbangan ke-10 dari seri 14 penerbangan dalam perjalanan saya keliling dunia di bulan Agustus 2023.
Ini merupakan segmen terpenting dalam lembar tiket dari Honolulu (HNL) ke Jakarta (CGK), sehingga segmen penerbangan ini dipesan secara manual kurang lebih 7 bulan sebelum saya terbang sejak awal tiketnya terbentuk (baca: beberapa segmen lain dirombak berikutnya; saya selalu percaya kalau membuat tiket itu sifatnya iteratif).
Penerbangan ini sendiri membutuhkan 167.500 KrisFlyer miles + entahlah berapa pajak dan fuel surcharge yang sulit dilacak karena tiketnya sendiri sudah diganti berkali-kali.
Apabila dipesan sendiri, penerbangan ini memerlukan 157.500 KrisFlyer miles + US$139,8 (~Rp2.250.000), atau mulai dari Rp192.200.000 kalau dipesan dengan uang tunai, jadi minimal saya mendapatkan valuasi penukaran Rp1.205/mile, hampir 7x lipat valuasi KrisFlyer miles menurut PinterPoin.
Artikel ini didedikasikan untuk alumni PinterPoin KrisFlyer Masterclass, kelas yang sudah dibawakan oleh saya dan Paulo sejak Februari 2023 dan telah membantu ratusan alumni untuk memaksimalkan KrisFlyer miles, baik untuk mengumpulkan maupun menukarkan miles (salah satunya untuk terbang di first class ini).
Kelas berikutnya akan diadakan di bulan Januari 2025 😀
Sebelum Berangkat
Saya berangkat dari Ala Moana Honolulu by Mantra ke bandara Honolulu (HNL) dalam keadaan lapar (dalam arti, tidak sarapan; status saya sayangnya masih belum ALL Diamond), jadi saya memulai hari dengan meminum kopi dari jatah welcome drink saya.
Saya tiba di bandara Honolulu (HNL) 2 jam 40 menit sebelum jadwal keberangkatan.
Penerbangan ini nanti merupakan penerbangan internasional, jadi saya bisa langsung pergi ke konter check-in tanpa melewati pemeriksaan pertanian.
Walaupun tidak mengantre, proses check-in sendiri sedikit lama karena banyaknya segmen, dan juga tas saya diarahkan sampai ke Bangkok (BKK) sesuai permintaan saya setelah ditawarkan oleh staf check-in (dalam arti, ditanya mau di-tag sampai mana tasnya karena perjalanannya yang panjang).
Berikut pas naik (boarding pass) saya untuk penerbangan dari Honolulu (HNL) ke Bangkok (BKK) di atas stok kertas ANA; pas naik saya untuk penerbangan kali ini berada di belakang.
Pemeriksaan keamanan di AS sangat “adil”, dalam arti, semuanya sama-sama memakan waktu lama, tidak peduli apakah Anda penumpang first class atau kelas ekonomi.
Setelah pemeriksaan selama kurang lebih 20 menit saya pergi menuju pier C ke ANA Suite Lounge Honolulu (HNL), yang sekaligus menjadi gerbang keberangkatan untuk penerbangan kali ini.
Penerbangan ini dioperasikan oleh Airbus A380-800 pertama milik ANA yang saat itu berumur 5 tahun. Pesawat Airbus A380 milik ANA dikhususkan untuk penerbangan rute Honolulu (HNL), sehingga semuanya dicat dengan tema “Flying Honu”, masing-masing dengan warna yang berbeda.
Proses naik pesawat dari ANA Suite Lounge sendiri cukup cepat, dan tidak lama kemudian saya langsung diarahkan menuju garbarata lantai 2.
Garbarata lantai 2 memang digunakan untuk semua kabin selain ekonomi, namun sebagai penumpang first class saya bisa naik pesawat lebih awal, sehingga saya tidak perlu mengantre lama.
Di Dalam Penerbangan
Perkenalan Kursi
Seperti Qatar Airways Airbus A380, kabin first class terletak di bagian depan kabin lantai atas dan terdiri dari 8 kursi dalam konfigurasi 1-2-1. Uniknya untuk kabin first class, rak bagasi masih disediakan di sisi kiri dan kanan alih-alih semua tas ditaruh di dalam suite masing-masing.
Saya tiba di kursi 2A, kursi first class suite standar jendela sekaligus lorong.
Seperti kursi first class pada umumnya, suite ini terdiri dari 1 kursi utama. Kursinya sendiri memang tidak selebar di pesawat Boeing 777-300ER dan juga cukup firm, namun sudah cukup luas, dan sebagai penggantinya terdapat area penyimpanan besar di samping.
Ruang kaki di kursi ini tentunya cukup longgar, walaupun memang sedikit dibatasi di sisi atas dengan meja.
Layar di kursi kali ini memang tidak sebesar atau sejernih layar 4K di ANA THE Suite, namun sudah lebih dari cukup.
Meja di kursi ini juga disusun seperti Japan Airlines first class, dimana mejanya bisa digeser mendekati kursi utama supaya ottoman-nya bisa dijadikan kursi tambahan.
Berikut ottoman-nya dengan meja yang digeser.
Di bawah ottoman terdapat tempat untuk menyimpan tas ukuran kecil.
Di sisi dalam dinding kursi bagian depan terdapat lampu dan juga lemari untuk menaruh jas. Seperti biasa, pintu sendiri terletak di sisi luar dinding.
Di sisi samping kursi bagian dekat jendela terdapat meja minuman kecil serta beberapa tempat penyimpanan yang sejajar dengan kursi dan sekaligus sebagai sedikit permukaan tambahan untuk tidur.
Khusus di kursi jendela, terdapat juga banyak tempat penyimpanan tambahan berukuran besar. Oh, dan juga khusus di kabin first class tirai jendela diatur secara elektronik, dimana di kabin lain jendela diatur secara manual.
Lebih dalam lagi terdapat sandaran tangan, remote kendali sistem hiburan, dan juga konsol untuk mengatur kursi. Alternatifnya, terdapat juga kendali kursi yang lebih sederhana di bawah sandaran tangan.
Stopkontak USB dan AC terdapat di dekat tempat duduk. Praktis, ya, namun cukup rentan untuk tersenggol apabila sedang duduk.
Di sisi dekat lorong terdapat cermin yang bisa dibuka dan juga kantong bacaan.
Meja yang terletak di bagian depan kursi bisa ditarik mendekati kursi utama, dan ketika dibuka menghasilkan permukaan yang cukup besar serta stabil.
Berbagai amenity sudah tiba di kursi saya berupa baju tidur, baju santai, sandal, amenity kit dari Globe-Trotter khusus untuk rute Hawaii, dan headphone noise-cancelling.
Headphone di penerbangan ini menggunakan headphone noise-cancelling Sony WH-1000XM3 yang suaranya cukup bagus dan setara headphone di kabin first class premium lain seperti Bang & Olufsen atau Bose.
Bacaan yang disediakan di kantong sangat terbatas, dan hanya terdiri dari kartu petunjuk keselamatan (+ kantong mabuk udara, kalau itu juga dihitung).
Tradisi mewajibkan saya untuk berfoto dengan kursinya. Walaupun sedikit sedih karena perjalanan round the world saya akan segera selesai, kebahagiaan saya mendapatkan value KrisFlyer miles yang mencapai 7x lipat normal tentu tidak dapat ditutupi.
Penerbangan
Begitu saya tiba, Omi selaku awak kabin menawarkan minuman selamat datang (welcome drink), dimana saya memilih jus jeruk yang nampak di beberapa foto kursi. Selain itu, saya juga diberikan 1 botol air mineral lokal dan handuk dingin dalam kemasan.
Selain itu, berbagai amenity juga ditawarkan secara keliling. Ini memang amenity yang sama di kelas bisnis, namun sudah cukup untuk penerbangan ini.
Video perkenalan layanan ANA khusus untuk rute Hawaii diputar.
Kami mulai meninggalkan gerbang tepat waktu.
Video petunjuk keselamatan juga diputar saat kami pergi menuju landasan pacu.
Seperti saat saya terbang dengan United “Island Hopper”, kami berangkat dari landasan pacu 08R yang terletak agak jauh dari terminal.
Suara mesin sendiri sangat tenang saat lepas landas, namun lampu di atas kabin bergetar cukup keras sehingga sedikit berisik.
Lepas landas sendiri menjadi momen yang pas untuk melihat pesawatnya naik perlahan menuju ketinggian jelajah dari kamera di sisi ekor pesawat.
Setelah lepas landas, saya diberikan 1 kupon untuk akses internet gratis tak terbatas. Saat saya terbang, akses internet gratis hanya diberikan bagi penumpang first class.
Apabila Anda belum memiliki voucher, akses internetnya sendiri tidak terlalu mahal.
Internetnya memang sedikit lambat, hanya cukup untuk sedikit bersantai dan menghubungi rekan-rekan di darat.
Folder menu pun tak lupa diberikan sebelum saya memilih set makanan utama untuk penerbangan kali ini.
Layanan makan siang dimulai kira-kira 30 menit setelah lepas landas dengan minuman, dimana saya memilih sampanye. Sampanye utama yang disajikan di penerbangan ini adalah Krug 2004, salah satu sampanye premium yang umum ditemui di beberapa produk first class premium seperti Cathay Pacific (khusus first class jarak jauh) dan Singapore Airlines (di periode tertentu). Selain Krug 2004, ANA first class juga menyajian Deutz Blanc de Blancs 2014.
Sampanye tersebut ditemani dengan amuse bouche.
ANA menawarkan 2 jenis set makanan, set Jepang atau set internasional. Saya tentunya memilih set Jepang, yang dimulai dengan variasi pembuka setelah amuse bouche.
Hidangan berikutnya adalah sup kue ikan. Sesuai tradisi di Jepang, supnya diminum langsung dari mangkok alih-alih menggunakan sendok, sedangkan isiannya dipotong dam diambil dengan sumpit.
Selain sup, sashimi juga disajikan sebagai menu opsional di penerbangan ini. ANA adalah satu-satunya maskapai yang menyajikan sashimi di pesawat (JAL first class tidak menyajikan sashimi), dan itu pun hanya tersedia di kabin first class, jadi ini tentu hidangan yang sangat eksklusif.
Baki standar set Jepang saya mendadak menjadi penuh dengan hidangan-hidangan berikutnya, dimana 3 jenis hidangan (hidangan dingin berupa sidat panggang dan rumput laut, hidangan hangat kecil berupa daging sapi, dan juga hidangan utama berupa ikan panggang) disajikan sekaligus beserta pelengkapnya.
Untuk mengakhiri makan siang ini, saya mendapatkan agar kacang merah, yang ditemani dengan segelas teh hijau Jepang.
Makan siang selesai kurang lebih 2 jam 15 menit setelah lepas landas. Berikut menu makan siang untuk penerbangan ini:
- Amuse bouche: Variasi kudapan:
- Roll daging sapi panggang dengan saus rempah,
- Salad daging kepiting dengan telur ikan,
- Bola keju dengan wijen,
- Stik keju dan paprika,
- Set Jepang “Washoku” (dipilih):
- Pembuka kecil “Sakizuke”: Tahu campur wijen,
- Pembuka “Zensai”: Variasi hidangan pembuka:
- Bayam dimarinasi dalam saus kecap dengan yam dan telur ikan,
- Bebek panggang saus teriyaki,
- Keju dibungkus salmon asap,
- Roll daging babi dan asparagus,
- Aprikot semur sirup, dan
- Akar teratai dalam cuka manis,
- Sup “Owan” (opsional, dipilih): Sup kue ikan campur udang,
- Sashimi “Otsukuri” (opsional, dipilih): Variasi makanan laut yang diolah ringan:
- Ikan ekor kuning tumis,
- Sotong tumis,
- Udang spot prawn rebus tanpa kulit,
- Hidangan hangat “Atsumono”: Has daging sapi semur dan sayur dalam sup daging sapi,
- Hidangan ringan “Kobachi”: Sidat panggang (unagi) dan timun dengan jelly bonito dan cuka,
- Hidangan utama “Shusai”: Ikan sablefish semur dalam saus jahe,
- Pendamping hidangan utama: Nasi putih, sup miso, dan acar Jepang,
- Penutup “Kanmi”: Agar kacang merah gula cokelat.
- Menu internasional:
- Pembuka: Piring variasi pembuka:
- Mousse kacang polong dengan kaviar,
- Salad ham bebek yang dikeringkan dan daging sapi panggang,
- Salmon gravlax dan udang masak gaya cajun dengan saus hijau,
- Hidangan utama: Pilih satu dari:
- Steak “US Prime” bagian has dalam dengan saus anggur merah dan minyak truffle (dipilih, nanti), atau
- Ikan kakap putih tumis dari Chile dengan saus krim saffron dan dill,
- Roti: Variasi roti, disajikan dengan
- Penutup: Pilih dari:
- Variasi es krim,
- Mousse mangga, atau
- Kue raspberry dan teh hijau dengan es krim vanilla,
- Petit four (kudapan dengan minuman panas),
- Pembuka: Piring variasi pembuka:
- Minuman: Bervariasi, alkohol maupun non-alkohol.
Makan siang di penerbangan ini bisa dibilang sangat bagus. Walaupun tidak menawarkan course kaviar dan masih terasa makanannya dibuat di Amerika (terjadi juga saat saya terbang dengan JAL first class dari Chicago beberapa bulan kemudian), secara keseluruhan makanannya masih enak dan cukup segar. Selain itu, variasi menu yang sangat lengkap (bahkan sampai menawarkan sashimi) juga menjadi daya tarik sendiri. Dipadukan dengan presentasi yang bisa menyamai restoran kelas menengah di Jepang dan durasi makan yang tidak terlalu lama, pengalaman makan siang di penerbangan ini tidak boleh dilewatkan.
Kabin ANA first class di pesawat Airbus A380 memiliki 2 kamar kecil di depan kabin, mirip seperti Singapore Airlines Suites. Kedua kamar mandi bisa dibilang cukup luas dengan bangku terpisah, kloset, dan wastafel, walaupun tidak dilengkapi dengan meja rias, apalagi shower.
Sesuai standar di kabin kelas premium maskapai Jepang, kedua kloset memiliki bidet.
Walaupun amenity standar seperti sikat gigi bisa dibilang relatif lengkap, ANA first class kalah jauh dalam hal amenity bermerek premium seperti parfum atau sabun tangan yang umumnya ditemui di kabin first class lainnya.
Sekarang juga saat yang tepat untuk berkeliling kabin. Di depan kabin first class terdapat meja yang bisa berfungsi sebagai bar, namun tidak digunakan. Di sini tidak disediakan juga kursi untuk bersosialisasi atau fasilitas lain, jadi lebih sebagai pemanis.
Bar tersebut nampak saat melewati sisi depan kabin bagian bawah.
Kembali lagi ke atas. Lampu di kabin first class dimatikan di sepanjang perjalanan, namun penumpang bebas untuk membuka atau menutup jendela.
Kabin kelas bisnis merupakan satu-satunya kabin yang semua jendelanya ditutup, namun karena ini merupakan penerbangan siang lampu terus dinyalakan.
Walaupun kursi first class di pesawat ini mirip dengan kursi first class ANA Boeing 777-300ER yang baru (“THE Suite“), kursi kelas bisnis penerbangan ini lebih menyerupai kursi kelas bisnis Boeing 787 (“Business Staggered“), hanya saja lebih modern.
Kabin kelas ekonomi premium terletak di belakang kabin kelas bisnis di lantai atas, dan seperti Qantas A380 memiliki kabin yang berukuran sangat besar.
Kelas ekonomi ANA di pesawat Airbus A380 merupakan kelas ekonomi terbaik di seluruh armada ANA karena lebarnya yang sangat luas. Di pesawat ini, kelas ekonomi menempati sepanjang kabin lantai bawah, dengan beberapa baris terakhir dikhususkan untuk COUCHii (kursi ekonomi yang bisa diubah menjadi tempat tidur).
Walaupun hanya berbeda sedikit lebarnya di atas kertas, namun tentu terasa jauh berbeda saat diduduki.
Kembali lagi ke suite saya. Setelah beberapa saat menunggu, suite saya sudah diubah menjadi kasur.
Walaupun permukaan kasurnya cukup luas, matras yang disediakan sangat tipis dan lebih terasa seperti pelindung matras. Ini tentu kembali lagi ke preferensi tiap orang, tapi saya lebih suka tidur di kasur empuk seperti di Qantas atau Lufthansa first class alih-alih kasur keras ala Jepang (yang juga sama-sama terjadi di JAL first class, walaupun tidak seekstrem ini).
Kaki saya tidak mengalami masalah saat tidur di sini, namun anehnya justru sering mengenai bagian atas area kaki saat terbang dengan kursi Apex Suites (cerita untuk ulasan di lain waktu).
Selain pesawatnya yang unik, ANA juga membawa beberapa merchandise unik di toko dalam pesawatnya, salah satunya model pesawat yang persis dengan yang saya naiki.
Sesuai tradisi saya saat mengulas hiburan, saya menyempatkan diri untuk melihat pilihan musik klasiknya, yang bisa dibilang cukup.
Kurang lebih 2 jam sebelum mendarat saya ditawarkan untuk menikmati makanan ringan sebelum mendarat.
Berbeda dengan JAL first class yang lebih menonjolkan sampanye dan teh, ANA first class lebih menonjolkan whisky. Untuk memulai makan ringan saya memesan dua whisky premium, Johnnie Walker Blue Label dan Suntory Hibiki 17 Years. ANA first class di rute ini sebetulnya menawarkan Johnnie Walker King George V, walaupun sayangnya tidak dibawa untuk penerbangan kali ini.
Setelah sempat direkomendasikan menu internasional, saya mencoba steak has dalam dari hidangan utama menu makan siang.
Kembali lagi ke menu makanan ringan, saya memilih nasi sidat panggang (unagi donburi), yang dilengkapi dengan telur dadar iris tipis.
Saya sudah tidak tahu lagi bagaimana urutannya (tapi kembali lagi, ini first class, saya bisa memesan dengan urutan apapun 😀 ), yang jelas setelah itu saya menikmati variasi kudapan minuman untuk menemani whisky saya yang tak kunjung habis.
Berikut menu makanan ringan untuk penerbangan ini, yang semuanya bisa bebas dipesan:
- Pendamping sake: Kombinasi berikut (dipilih):
- Stik ikan makerel Okhotsk Atka,
- Ikan bonito kering,
- Ikan makarel kering,
- Variasi kue ikan goreng gaya Kagoshima, atau
- Kacang campur,
- Sup: Pilih dari:
- Sup jagung, atau
- Sup sayur dari KAYANOYA,
- Kudapan: Pilih dari:
- Salad, pasangkan dengan saus dressing berikut (pilih satu):
- Saus dressing wijen panggang, atau
- Saus dressing bawang bombay parut,
- Piring variasi keju,
- Buah,
- Yogurt tawar dengan selai buah,
- Petit four (kudapan dengan minuman panas), atau
- Sereal dengan susu,
- Salad, pasangkan dengan saus dressing berikut (pilih satu):
- Hidangan ringan: Pilih dari:
- Sandwich terbuka dengan salad Cobb dan saus dressing susu mentega,
- Kare daging sapi dan ayam dengan nasi putih,
- Nasi dengan sidat panggang (unagi) dan saus kecap (dipilih), atau
- Nasi dengan ikan kurisi merah dan rumput laut dalam kuah kaldu.
Walaupun lebih sederhana (dan lebih “aman”) dari makan siang di awal, makanan ringan di penerbangan ini bisa dibilang cukup enak. Selain variasi yang cukup beragam, pilihan yang lebih aman tersebut membuat rasanya tetap terjaga bahkan sampai beberapa jam setelah penerbangan, dan juga bisa disesuaikan apakah Anda hanya membutuhkan pendamping minuman atau makan sore yang lebih berat. Andaikan saja ada set menu untuk hidangan kedua seperti penerbangan lain dari/ke daratan AS (tapi yang lebih pendek), hidangan kedua ini bisa saja (hampir) semenarik makan siang di awal 😀
Sesuai tradisi saat saya terbang di first class, saya meminta tolong untuk difotokan di kursi, dan berikut nampak saya saat terbang di first class maskapai ke-9.
Tak terasa daratan Jepang sudah mulai nampak, yang menjadi tanda penerbangan ini akan segera selesai.
Setelah kabin dipersiapkan untuk mendarat, kami mendarat di landasan 16R, yang sudah cukup dekat dengan gedung terminal.
Karena itu juga, penerbangan kali ini sayangnya harus berakhir sekitar 40 menit lebih awal dari jadwal.
Kami parkir di sebelah pesawat Air China Airbus A330-300. Air China sendiri merupakan salah satu maskapai yang first class internasionalnya paling saya incar, terutama mengingat begitu langkanya ketersediaan kursi award (ini tentu bisa menjadi cerita lain; tapi kalau ada yang bisa menemukan, tolong beritahu saya).
Proses turun pesawat seperti biasa dilakukan melalui garbarata.
Karena penerbangan ini berangkat dari Amerika Serikat, saya bisa langsung pergi menuju ke area transit untuk melanjutkan penerbangan dengan Thai Airways first class ke Bangkok.
Kesimpulan
ANA first class merupakan produk yang sangat bagus, setara dengan JAL first class dan sangat worth it untuk diperjuangkan.
Anda yang pernah mengikuti PinterPoin KrisFlyer Masterclass tentu tahu bahwa ANA first class merupakan salah satu sweet spot dari KrisFlyer miles. Walaupun ketersediaan award-nya cukup sulit didapatkan bahkan di rute terpendek ini, ANA first class merupakan produk yang sangat kompetitif dengan kabin yang modern, hidangan yang sangat enak, dan juga pelayanan yang efisien. Selain itu, apabila Anda memesan penerbangan ini dengan KrisFlyer miles, Anda juga bisa mengkombinasikan penerbangan ini dengan first class lain seperti Thai Airways atau Singapore Airlines hanya dengan menambah sedikit miles, sehingga value yang didapatkan dari penerbangan ini bisa lebih luar biasa lagi (Rp1.000/mile pun tidak mustahil)
Di sisi lain, layanan ANA first class di darat lebih terasa seperti saat terbang di kelas bisnis dengan tidak adanya pendamping dan lounge yang relatif sederhana, sehingga walaupun salah satu yang terbaik di dunia masih belum benar-benar yang terbaik (tapi ini berlaku juga bagi first class lain – saya masih belum bisa menemukan satu first class yang betul-betul bisa dibilang “terbaik”).
Saya sangat menyarankan Anda untuk mencoba ANA first class apabila Anda ingin merasakan terbang di produk first class gaya Jepang, dan juga sekaligus memaksimalkan KrisFlyer miles Anda.