Lounge Review: The Private Room Changi Airport


Lounge Review

Saya tiba sekitar 3 jam sebelum penerbangan ke Jakarta agar bisa menikmati The Private Room (TPR) Changi Airport selama mungkin. Lounge yang dikhususkan untuk penumpang first class dari Singapore Airlines ini terletak di terminal 3 Changi Airport setelah imigrasi.

Kesan pertama saya untuk airport lounge ini adalah mewah namun outdated. Entah kenapa warna kursi The Private Room yang didominasi warna beige dan coklat memberikan kesan tua dan usang. Berikut adalah beberapa foto seating area dari TPR yang sempat saya ambil:

Saya tidak akan menulis terlalu banyak mengenai The Private Room ini karena bro Vincent/PinterPoin sudah pernah melakukan review airport lounge ini sebelumnyaBesides, saya lebih banyak menghabiskan waktu di dining area yang terletak di bagian dalam TPR ini.

Dining area dari The Private Room (TPR)

Bagian terbaik dari The Private Room? Refill sampanye yang tiada batas.

Hidangan di The Private Room

Saya sengaja mengosongkan perut saya ketika berkunjung ke The Private Room ini agar bisa makan banyak. Dan dikarenakan saya memiliki waktu yang cukup melimpah (3 jam), maka saya tidak memesan quick bites melainkan memesan menu lunch biasa yang memakan waktu cukup lama (sekitar 10-15 menit) untuk memasaknya.

Menu di The Private Room ketika saya berkunjung adalah sebagai berikut:



Untuk makan siang, saya memesan 2 makanan yaitu “Lap Mei Fun” (claypot rice) lalu kemudian assorted satay. Untuk Lap Mei Fun, rasanya sangat savory dan setiap potongan daging & sosis terasa sangat lembut. Nasinya juga terasa sangat gurih dan dikombinasikan dengan saos asin-pedasnya membuat saya melahap makanan ini dengan cepat. sangat recommended.

Selanjutnya, saya memesan assorted satay dengan separuh porsi lontong karena saya tidak ingin terlalu kenyang (saya masih ada menu ‘book the cook’ di pesawat nantinya). Rasanya biasa sekali terutama karena bumbu kacangnya tidak bisa menempel di sate karena terlalu encer sehingga alih-alih dimakan bersamaan dengan potongan sate, bumbu kacang ini terkesan menjadi bumbu celup.

Untungnya, potongan dagingnya besar dan lembut sehingga menjadi nilai plus untuk hidangan ini. Kalau boleh jujur, saya jauh lebih menyukai sate ayam yang dihidangkan di penerbangan kelas bisnis Garuda Indonesia.  

“Lap Mei Fun” (claypot rice). 8.5/10
Assorted Satay. 6/10 untuk bumbu kacang yang tidak bisa berpadu dengan potongan sate

Selain menu a la carte, The Private Room juga memiliki berbagai menu makanan (atau mungkin lebih tepat saya sebut cemilan) dengan konsep buffet.

Hanya saja, selain kacang dan beberapa kue, saya tidak mencoba finger food lainnya namun saya rasa mereka tidak akan terlalu enak karena dari sekian banyak orang yang berlalu-lalang di konter makanan ini, tidak ada seorangpun yang mengambil sandwich ataupun burger mini. Kebanyakan dari mereka memesan menu a la carte ditemani dengan segelas sampanye Dom Perignon 2009.

Lain-lain

The Private room ini dilengkapi dengan layar yang menunjukkan jadwal keberangkatan pesawat Singapore Airlines di terminal 2 dan terminal 3. Selain itu, terdapat juga magazine & newspaper corner yang sangat lengkap.

Kamar mandi dari The Private Room ini sendiri cukup besar dan sangat bersih serta mengkilap. Anda bisa mandi menggunakan shower di salah satu bilik tanpa harus perlu antri atau sekedar membilas muka Anda di wastafel sembari menyikat gigi.

Sparkling clean!
Terdapat sikat gigi ataupun alat cukur sekali pakai


Penutup

The Private Room memang merupakan airport lounge paling eksklusif di Changi Airport, saya tidak meragukan itu. Bahkan apabila Anda seorang pemegang status Solitaire PPS yang mana merupakan status paling elit di Singapore Airlines, Anda tidak akan bisa mengakses lounge ini tanpa sebuah boarding pass di kabin kelas first class yang valid. Itulah seberapa eksklusifnya The Private Room ini.

Sayangnya, seperti yang sudah saya sampaikan di awal, TPR ini terasa usang dan dekorasinya yang didominasi warna beige dan coklat tua tidak membantu. Oleh karena itu saya sangat bahagia ketika mendengar berita bahwa Singapore Airlines akan segera merenovasi SilverKris Lounge termasuk The Private Room ini.

Konsep baru The Private Room yang lebih didominasi warna cerah. Kredit: Businesstraveler

Kualitas makanan dari TPR ini sendiri sesuai dengan ekspetasi saya. Hanya saja, saya tidak merekomendasikan Anda untuk memesan makanan yang bisa Anda santap di Indonesia sehari-hari (seperti sate) karena saya cukup yakin rasanya tidak akan seenak versi Indonesia asli-nya.

Apapun itu, The Private Room adalah airport lounge yang harus Anda kunjungi apabila Anda berkesempatan naik kabib kelas first class ataupun suites dari Singapore Airlines. Hanya saja, jangan sampai telat untuk keluar dari lounge ini terutama apabila penerbangan Anda berangkat dari terminal 2 karena jaraknya yang cukup jauh.

Sediakan setidaknya 20 menit apabila pesawat Anda berangkat dari terminal 2. Saya sendiri sangat nyaris terlambat boarding karena salah memperkirakan waktu perjalanan dari The Private Room ini menuju gate keberangkatan saya di terminal 2. Mungkin efek akibat saya terlalu nyaman dan santai di The Private Room ini 🙂

.

Apakah Anda pernah mengunjungi The Private Room (TPR) di Changi Airport ini? 

Share

1 comment
  1. Halo mau nanya soal TPR ini, saya da merencanakan perjalanan plg dr Tokyo ke Jakarta firstclass, dengan transit 7jam di SG. apakah lounge ini ada batas jam? dan apakah lounge ini jg bs bebas keluar masuk? Misal saya sampe SG ingin istirahat sebentar di TPR lalu ingin jalan2 keluar ke jewel, kemudian balik lg ke TPR. Apakah diperbolehkan masuk kembali ke TPR ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.