Untuk mengejar penerbangan American Airlines first class dari New York (JFK) ke San Francisco (SFO) sekaligus bertemu Vincent, saya terbang dengan United Express di kelas bisnis domestik non-premium (business class/domestic first) dari Washington (DCA) ke New York/Newark (EWR), di pesawat Bombardier CRJ550.
Ini adalah penerbangan ke-5 dari seri 14 penerbangan dalam perjalanan saya keliling dunia pada bulan Agustus 2023, sekaligus penerbangan terpendek kali ini.
Penerbangan ini dipesan 1 minggu sebelum berangkat dan membutuhkan 26.000 KrisFlyer miles + pajak US$5,6.
Sebelum Berangkat
Setelah bangun dari malam sebelumnya membawakan PinterPoin Masterclass edisi Agustus 2023, saya berangkat dari Sofitel Washington DC at Lafayette Square menggunakan KRL ke bandara Washington (DCA).
Walaupun tidak semewah, misal, KRL di Singapura atau Hong Kong, Washington Metro sendiri merupakan salah satu sistem KRL terbaik di Amerika dengan akses mudah ke bandara dan kereta yang cukup sering.
Saya tiba di stasiun bandara Washington (DCA) 1 jam 5 menit sebelum jadwal keberangkatan. Bandara Washington (DCA) sendiri bukan bandara besar, jadi saya tidak perlu datang terlalu awal.
Walaupun termasuk bandara yang cukup sibuk, bandara Washington (DCA) uniknya bukan merupakan bandara internasional – ini artinya, bandaranya hanya melayani penerbangan domestik atau ke tujuan luar negeri yang memiliki fasilitas “Preclearance” (imigrasi AS diproses di bandara keberangkatan) untuk penerbangan kembalinya.
Konter check-in sendiri untungnya tidak terlalu ramai, dan setelah mencetak pas naik dan tag bagasi saya pun menaruh tas di konter.
Berikut pas naik (boarding pass) untuk penerbangan saya pagi itu; Kenapa pagi, karena malamnya saya masih akan melanjutkan penerbangan lagi ke San Francisco di ulasan terpisah.
Proses pemeriksaan sendiri relatif cepat untuk ukuran pemeriksaan normal (non-PreCheck/CLEAR) di bandara di AS, dan memakan waktu sekitar 10 menit
Setelah itu saya tiba di koridor pusat menuju ke beberapa pier gerbang. Di sebelah kanan nampak juga calon Centurion Lounge, yang kedepannya akan bisa diakses oleh kartu American Express Platinum (baik BCA ataupun Danamon).
Gerbang saya akan berangkat nanti merupakan gerbang paling ujung di terminal 2, dan tepat di sebelahnya terdapat United Club.
Saya mungkin butuh tambahan motivasi untuk menulis ulasan United Club, tapi sebut saja jauh lebih sederhana daripada yang di New York/Newark (EWR).
Begitu saya selesai mengunjungi lounge, saat saya tiba di gerbang semua penumpang sudah boleh naik pesawat.
Penerbangan kali ini dioperasikan oleh Bombardier CRJ550, yang dioperasikan oleh GoJet Airlines untuk United Express; ini artinya, penerbangannya sendiri hanya membawa nomor penerbangan UA dan ketersediaan award-nya bisa diakses seperti penerbangan United lainnya.
Di Dalam Penerbangan
Perkenalan Kursi
Bombardier CRJ550 sendiri pada dasarnya merupakan pesawat Bombardier CRJ700 yang di United sendiri biasanya dilengkapi dengan 70 kursi namun hanya dilengkapi dengan 50 kursi dan dengan berat maksimum yang lebih ringan untuk memenuhi aturan scope clause (batasan jumlah/ukuran armada; dalam konteks maskapai AS untuk melindungi pilot dan awak kabin maskapai utama dari maskapai regional) sekaligus untuk menghemat jumlah awak kabin.
Berikut perbedaannya:
Fitur | CRJ700 | CRJ550 |
Kursi United First (kelas bisnis non-premium domestik) | 6 | 10 |
Kursi Economy Plus (ekonomi dengan ruang kaki tambahan) | 16 | 20 |
Kursi ekonomi standar | 48 | 20 |
Rak penyimpanan bagasi kabin | 0 | 4 |
Bar swalayan | 0 | 1 |
Awak kabin | 2 | 1 |
Begitu saya masuk terdapat saya tiba di kabin United First, yang memiliki 10 kursi dalam konfigurasi 1-2.
Saya sendiri duduk di kursi 4A, kursi recliner jendela sekaligus lorong tepat di belakang pembatas kabin kelas bisnis dan ekonomi.
Ruang kaki di kursinya sendiri bisa dibilang cukup longgar.
Di bawah sandaran tangan sendiri tidak terdapat pengisi baterai AC; sebagai penggantinya, hanya ada pengisi baterai USB-A maupun USB-C.
Hampir semua kursi diatas kelas ekonomi memiliki meja kecil untuk menaruh minum, dan itu berlaku juga bahkan di pesawat sekecil ini (dan di kursi solo lagi).
Seperti di berbagai kursi kelas bisnis recliner, di balik sandaran tangan terdapat meja lipat berukuran standar.
Bacaan di pesawat ini sama seperti di penerbangan United standar, berupa iklan kartu kredit co-brand, petunjuk keselamatan, dan majalah Hemispheres.
Tradisi mewajibkan saya berfoto di kursinya, kali ini lengkap dengan muka sedikit kusut (tidak ada yang bilang terbang total 20 jam dalam 3 hari sebelum ini mudah, tapi ini masih baru permulaan).
Penerbangan
Salah satu alasan kenapa proses naik pesawat kali ini bisa dibilang mulus untuk ukuran jet regional adalah adanya rak penyimpanan bagasi.
Walaupun tempat penyimpanan bagasi di atas relatif kecil, rak seperti di foto tersebut bisa menampung cukup banyak tas kabin ukuran standar, jadi tidak perlu khawatir kehabisan tempat.
Seperti di kebanyakan pesawat berbadan sempit, di atas kabin terdapat katup saluran udara.
Penerbangan ini sendiri dimulai dengan minuman selamat datang (welcome drink), dan saya kali ini memilih air.
Kami mulai meninggalkan gerbang sedikit lebih awal dari jadwal.
Salah satu manfaat terbang dari Washington (DCA) adalah lokasinya yang sangat dekat dari kota; saat menuju landasan apabila Anda beruntung bisa nampak beberapa tempat seperti Washington Monument
Kami lepas landas 10 menit setelah jadwal awal berangkat dan segera menanjak menghindari Washington (disini saya berkata menghindari karena pesawat tidak boleh terbang terlalu rendah diatas gedung seperti White House)
Beberapa menit kemudian saya pergi ke kamar kecil sebelum pelayanan dimulai. Pesawat ini hanya memiliki 1 kamar kecil di kabin bagian belakang, jadi saya harus melewati kabin kelas ekonomi dulu.
Kamar kecilnya sendiri sesuai standar kamar kecil kelas ekonomi United, cukup untuk membersihkan diri, tapi tidak dilengkapi dengan amenity tambahan.
Berikut nampak kabinnya dari belakang.
Berikut kursinya saat saya rebahkan sampai maksimal. Dibandingkan dengan recliner kelas bisnis lain seperti Garuda atau apalagi ANA, ini tentu berbeda sangat jauh dan bahkan hampir seperti kelas ekonomi premium.
Di penerbangan kali ini awak kabin sendiri menawarkan beberapa makanan ringan dalam keranjang.
Saya memilih pisang setengah matang (jenis kematangan pisang favorit orang Amerika) dan piring variasi keju. Minuman pun dibagikan kemudian, dan seperti sebelumnya saya kembali memilih air.
Berikut menu makanan ringan di penerbangan kali ini:
- Makanan ringan: Pilih apapun dari keranjang makanan ringan
- Minuman: Bervariasi, alkohol dan non-alkohol
Untuk penerbangan sependek ini saya hanya mengharapkan minuman dan mungkin sedikit makanan ringan (di situs United sendiri penerbangan sependek ini harusnya hanya menawarkan minuman), jadi opsi yang ditawarkan kali ini sudah lebih dari cukup.
Selain itu, variasi dan kualitasnya makanan ringannya sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan biskuit di kelas ekonomi, jadi bisa dibilang cukup pas dengan durasi penerbangannya.
Untuk penerbangan yang lebih jauh, bar swalayan yang terletak di depan kabin ini bisa digunakan untuk mengambil makanan ringan dan minuman, walaupun karena ini penerbangan pendek minumannya sudah disimpan di dapur.
Penerbangan ini cukup pendek, jadi seperti kebiasaan United hanya ada waktu sebentar sampai pesawat mulai turun dan tanda kenakan sabuk pengaman dinyalakan kembali.
Karena saya duduk di sisi kiri, pemandangannya didominasi oleh dataran yang tidak terlalu padat sampai nanti mendekati Newark.
Beberapa menit sebelum mendarat pesawat pun berbelok untuk turun ke New York/Newark (EWR) dari arah utara, jadi dari sisi kiri nampak Manhattan dari jauh.
Dari beberapa ulasan saya sebelumnya Anda mungkin sudah familiar bahwa bandara Newark (EWR) adalah rumah United di area New York; United sendiri bahkan tidak beroperasi sama sekali di New York (JFK) meskipun banyak maskapai rekanan yang terbang ke sana seperti Singapore Airlines, ANA, Lufthansa, dan Air India (dua maskapai terakhir punya lounge sendiri di sana).
Kami akhirnya tiba di gerbang C111, tepat di sebelah pesawat United Express CRJ550 lain.
Kedatangan
Begitu keluar dari garbarata saya langsung memasuki area transit bandara New York/Newark (EWR), yang saat itu cukup sibuk.
Seperti biasa di Amerika Serikat, penumpang yang baru tiba tidak dipisah dengan penumpang yang baru akan berangkat, sehingga terminalnya terasa agak penuh.
Begitu keluar dari area transit saya langsung tiba di tempat pengambilan bagasi.
Tas saya sendiri untungnya merupakan salah satu yang pertama keluar berkat tag bagasi prioritas.
Saya akhirnya dijemput oleh Vincent (founder PinterPoin) menggunakan mobil untuk berkeliling New York sambil menunggu penerbangan saya ke San Francisco (SFO).
Kesimpulan
United Express business class di pesawat CRJ550 merupakan cara yang cukup efisien untuk terbang domestik jarak pendek di Amerika Serikat. Dengan kursi yang cukup longgar dan pelayanan yang praktis, terbang di United Express hampir terasa seperti terbang di United standar.
Walaupun begitu, meski produk business class non-premium di Amerika Serikat sendiri memang lebih nyaman dari kelas ekonomi, tapi karena terlalu sering diberikan gratis bagi anggota elit produknya sendiri terasa ala kadarnya, berbeda jauh dibandingkan dengan produk business class premium (United Polaris/American Airlines Flagship/Delta One) atau business class yang sering kita temukan di Asia.
Kalau bukan karena saya penasaran terbang di business class non-premium (“domestic first“), saya hanya akan terbang di United First lagi kalau selisih harganya tidak berbeda jauh dengan biaya check-in tas setelah saya tidak lagi memiliki status Star Alliance Gold.