kendaraan, dalam ruangan, pesawat terbang, pesawat, abin pesawat terbang, mobil, Sandaran kepala, penumpang, dinding, penerbangan

Flight Review: Qatar Airways Boeing 777-300ER First Class Istanbul (IST) – Doha (DOH)

Alasan saya melakukan reposition setelah hari sebelumnya ke Belanda adalah untuk mencoba Qatar Airways first class di pesawat Boeing 777-300ER.

Ini adalah penerbangan ke-3 dari seri 26 penerbangan saya dalam rangka double round the world saya di bulan Maret dan April 2024 lalu.

Saya memesan penerbangan ini di situs Qatar Airways 1 1/2 minggu sebelum jadwal penerbangan sebagai bagian perjalanan saya ke Mumbai (BOM) dengan membayar 75.000 Avios (Qatar Airways) + biaya dan pajak US$202,4 (~Rp3.170.000)

Alternatifnya, penerbangan ini sendiri bisa dipesan dengan:

  • Avios (Qatar Airways): Mulai dari 52.500 miles + US$97.15 (~Rp1.550.000)

  • Asia Miles: 53.000 miles + ~Rp3.300.0000, atau
    • PENTING: Award Qatar Airways first class atau kelas bisnis hanya dapat dipesan dengan Asia Miles mulai H-14.

  • Tunai: Harga mulai dari Rp67.000.000 (harga 1x jalan tidak peduli kapan dipesan).

Karena penukaran ini dilakukan dengan Avios (Qatar Airways), penukaran ini memberikan valuasi sebesar Rp1.247/mile; hampir 7x lipat valuasi Avios menurut PinterPoin.

teks, cuplikan layar, Font, nomor
Trivia

Penerbangan Qatar Airways first class bisa juga ditebus dengan KrisFlyer miles, walaupun hanya bisa dengan cara spesial seperti yang saya bahas di PinterPoin KrisFlyer Masterclass.

Sebelum Berangkat

Setelah selesai melakukan sesi konsultasi bagi alumni PinterPoin KrisFlyer Masterclass dan membeli baklava (plus kapok malam sebelumnya pergi ke kota dengan taksi yang mahal), saya pergi ke bandara Istanbul (IST) menggunakan KRL.

pakaian, orang, penumpang, transportasi umum, pria, alas kaki, orang-orang, kereta, wanita, kendaraan, duduk, kereta bawah tanah, dalam ruangan

Jadwal saya yang sudah agak mepet tentu tidak terbantu dengan stasiun KRL yang masih relatif jauh dari gedung terminalnya sendiri.

outdoor, awan, langit, bangunan, jalan, kendaraan, Bandara, kota, pesawat, diparkir, parkir, besar

Saya tiba 1 jam 10 menit sebelum jadwal penerbangan (baca: sangat mepet), jadi saat itu konternya benar-benar sepi.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Proses check-in tidak memakan waktu lama, dan sesudah itu saya diberikan pas naik (boarding pass) untuk penerbangan kali ini sekaligus penerbangan lanjutan ke Mumbai (BOM).

teks, nomor, struk, Font, tiket

Sebagai penumpang first class maskapai non-Turkish Airlines saya bisa menggunakan layanan prioritas imigrasi dan pemeriksaan seperti di bawah (tapi bukan persis itu; itu khusus untuk Turkish Airlines), yang terletak di sebelah kanan area prioritas Turkish Airlines tersebut.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Saya ingin berkata sebaliknya, namun bandara Istanbul (IST) benar-benar besar (anggap saja seperti bandara-bandara lain yang punya banyak terminal, namun ini dijadikan 1 terminal raksasa) – siapkan waktu yang banyak daripada kecapekan berlari menuju gerbang.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Sebagai penumpang first class maskapai non-Star Alliance saya mendapatkan akses ke IGA Lounge, yang merupakan lounge kontrak umum di bandara ini bagi penumpang kelas bisnis dan first class serta melalui keanggotaan lounge seperti Priority Pass.

Saya tidak akan mengulas lounge-nya karena keterbatasan waktu, namun saya sempat mampir dan sekilas nampak cukup memadai.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Saya tiba di gerbang keberangkatan 40 menit sebelum jadwal keberangkatan, dan saat itu sudah “panggilan terakhir” (gerbang seharusnya ditutup 20 menit sebelum jadwal keberangkatan).

Penerbangan ini dioperasikan oleh pesawat Boeing 777-300ER yang sudah berumur 13 tahun.

Pesawat ini sebelumnya dimiliki oleh Cathay Pacific, dan tetap memiliki kursi Cathay Pacific (termasuk first class) alih-alih memasang kursi Qsuite.

outdoor, pesawat, langit, transportasi, kendaraan, pesawat terbang, Perjalanan udara, pesawat terbang sipil, tanah, Bandara, Perusahaan penerbangan, Pelataran pesawat, diparkir, landasan, Mesin pesawat terbang, Garbarata, penerbangan, Rekayasa dirgantara, Mesin jet, Pesawat lorong tunggal, Layanan, Pesawat jet, Pabrikan dirgantara, tarmak, duduk, airbus, besar, gerbang, jet

Proses naik pesawat dilakukan melalui garbarata terpisah, dan karena sudah panggilan terakhir tentu bebas antrean.

pakaian, alas kaki, Kebersihan, orang, dalam ruangan, lantai, Bandara, Mall perbelanjaan, Mendaftar masuk, tanah, orang-orang, plafon, berdiri

Penumpang first class dan kelas bisnis naik melalui garbarata depan.

kereta bawah tanah, dalam ruangan, besi, garis, dinding, plafon, Aluminium, infrastruktur, terowongan

Saya bisa langsung masuk ke pesawat, di mana sudah ada awak kabin yang siap menyambut.

pakaian, alas kaki, orang, dalam ruangan, pintu, dinding, tanah, lantai, plafon, berdiri, pintu keluar masuk, kereta
Di Dalam Penerbangan
Perkenalan Kursi

Saya tiba di kursi 2A, kursi first class suite terbuka di jendela sekaligus lorong. Kursi “A” di Cathay Pacific maupun Qatar Airways Boeing 777-300ER merupakan pilihan yang lebih bagus karena susunan kursinya yang lebih privat, walaupun itu tidak perlu dipertimbangkan karena hari ini saya terbang sendiri di first class.

kendaraan, dalam ruangan, pesawat terbang, pesawat, abin pesawat terbang, mobil, Sandaran kepala, penumpang, dinding, penerbangan

Seperti kursi first class pada umumnya, terdapat 1 kursi utama berukuran raksasa. Perbedaan utama dengan kursi Cathay Pacific first class yang nampak jelas adalah kain pelindung kursi yang berwarna ungu alih-alih bantal putih dari Bamford.

dalam ruangan, dinding, bantal, sofa, mebel, desain interior

Sesuai standar di first class internasional, ruang kaki di kursi ini relatif luas, bahkan cukup untuk tamu lain duduk di ottoman.

dalam ruangan, dinding, abin pesawat terbang, teks, televisi

Di dinding di balik kursi depan saya (untuk kursi baris 2; atau bulkhead untuk baris 1) terdapat layar serta kantong penyimpanan yang cukup besar.

teks, monitor, dalam ruangan, televisi, dinding, Set televisi, Perangkat tampilan, Pusat hiburan, layar, datar

Tempat penyimpanan di balik layar berfungsi sebagai lemari untuk menggantung pakaian, sekaligus pengganti rak bagasi karena tidak ada rak di atas kabin, yang muat diisi dengan koper carry-on aluminum saya dari Baller.

dalam ruangan, dinding, lantai

Layaknya kursi-kursi reverse herringbone pada umumnya, terdapat konsol di samping kursi yang cukup luas.

dalam ruangan, dinding, Cahaya matahari, jendela, pesawat

Stopkontak AC dan USB bisa ditemukan agak jauh di depan kursi – seperti kata saya di beberapa first class tua lain seperti Qatar Airways A380 atau Japan Airlines 777-300ER, kalau stopkontak jauh dari kursi, kemungkinan besar kursinya sudah berumur. Selain itu, panel di belakang stopkontak yang sudah mulai berbintik juga menujukkan umur kursinya.

dinding, dalam ruangan, jendela, Persegi, stopkontak

Meja berukuran besar bisa diakses dari samping – cukup berat, tapi masih kokoh.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Remote ditaruh bersebelahan dengan kendali kursi, yang masih menggunakan merek Cathay Pacific (dan logo lama lagi).

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Terdapat tempat penyimpanan kecil yang bisa ditutup untuk menaruh barang seperti kacamata atau paspor.

teks, dalam ruangan, mobil, kotak, orang, ditutup

Tempat untuk menaruh bunga (yang tidak dipakai) dan juga salah satu lampu baca bisa ditemukan di dekat jendela.

dinding, dalam ruangan, kamar mandi, toilet

Saya mengira area di samping kursi hanya untuk menambah lebar, tapi ternyata bisa dibuka dan menjadi sandaran tangan.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Di partisi kursi terdapat kantong bacaan dan tombol untuk mengatur cepat posisi kursinya, serta juga lampu baca kedua.

mobil, dalam ruangan, teks, lantai

Bacaan yang disediakan terbatas pada kantong mabuk udara dan kartu petunjuk keselamatan.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Tradisi mewajibkan saya untuk berfoto dengan kursinya. Dalam keadaan tegak kursi first class Cathay Pacific versi Qatar Airways lebih nyaman karena tidak ada bantal yang menyenggol pundak, tapi ceritanya tentu lain saat kursinya sedang direbahkan.

Wajah manusia, orang, pakaian, dalam ruangan, Dahi, dinding, Dagu, Selfie, alis, pria, perawatan penglihatan, kacamata, rahang, potret, pipi, Keren, memakai, baju
Penerbangan

Di kursi sendiri sudah disediakan noise-cancelling headphone standar kelas premium Qatar Airways dan juga air mineral dari Acqua Panna. Headphone yang diberikan meninggalkan sedikit suara saat fitur noise cancelling dinyalakan (ya, bisa bahkan tanpa perlu terpasang), dan karakter suaranya sendiri juga tidak begitu ekspresif.

teks, botol, minum, label, tas, dalam ruangan

Selain itu, saya juga mendapatkan amenity kit dari Diptyque, dan juga dibagikan menu makanan serta minuman terpisah. Sayangnya, baju tidur tidak disediakan karena ini merupakan penerbangan jarak (agak) dekat.

teks, dalam ruangan, lantai

Terbang di kelas premium Qatar Airways tentu tidak lengkap tanpa minuman selamat datang (welcome drink) non-alkohol berupa minuman limau dan mint. Minuman tersebut disajikan bersama dengan handuk basah dalam kemasan dari Diptyque dan, khusus di first class, kudapan berupa potongan keju dan zaitun.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Sesuai tradisi di Qatar Airways first class, selain welcome drink standar saya juga menikmati kopi Arab, yang disajikan oleh Ahmed selalu awak kabin utama di first class pada penerbangan itu.

Kopi Arab tentu perlu dipasangkan dengan kurma, yang disajikan dalam kemasan.

teks, kertas, Produk kertas, aksesori

Setelah berbincang sejenak dengan awak kabin, saya pun ditawarkan untuk difoto dalam kursinya – nampak ekstensi kursi di dekat lorong yang bisa dijadikan sandaran tangan dengan menarik tali.

pakaian, orang, dalam ruangan, dinding, Wajah manusia, pria, abin pesawat terbang, kendaraan

Kami mulai meninggalkan gerbang tepat waktu menuju landasan pacu.

outdoor, langit, pesawat terbang, pesawat, transportasi, kendaraan, awan, tanah, Perjalanan udara, Pelataran pesawat, pesawat terbang sipil, diparkir, Bandara, Perusahaan penerbangan, Pesawat jet, penerbangan, Mesin pesawat terbang, Layanan, landasan, Pabrikan dirgantara, tarmak, Rekayasa dirgantara, Pesawat lorong tunggal, Terbang, Penerbangan umum, Mesin jet, duduk, jet, besar

Di saat bersamaan, video petunjuk keselamatan pun diputar. Posisi layar sedikit miring dari pandangan mata karena layarnya perlu disimpan dulu untuk lepas landas, tapi selain itu bisa digeser ke samping kalau tidak sedang ada pendamping di ottoman.

dalam ruangan, monitor, dinding, televisi, teks, Perangkat tampilan, plafon, layar

Lampu kabin seperti biasa diredupkan untuk saat persiapan lepas landas. Berbeda dengan Qantas first class, partisi di kursi bagian tengah sudah menjadi bagian rangka kursinya sehingga terasa lebih privat bagi penumpang di sisi kiri.

dalam ruangan, dinding, televisi, abin pesawat terbang, plafon

Dari gerbang keberangkatan kamu pergi cukup jauh ke landasan pacu di sisi barat terminal.

outdoor, awan, langit, jalan, bangunan, pesawat terbang, rumput, Bandara, tanah, pesawat, landasan, tarmak, besar, kota, jalanan

Setelah taxi yang cukup panjang, kami baru lepas landas hampir 35 menit setelah jadwal keberangkatan awal.

awan, outdoor, langit, Bandara, pesawat terbang, Fotografi udara, Pandangan mata burung, pesawat, bangunan, kendaraan, aerial, rumput, landasan

Sebelum bandara Istanbul (IST) yang saat ini ada, bandara Istanbul (ISL; dulu IST) yang lama terletak jauh lebih dekat dari pusat kota.

aerial, Fotografi udara, air, Pandangan mata burung, Rak kontinental, muara, Selat, outdoor, Bentang alam pesisir dan samudera, alam, Perairan, penerbangan, lautan

Sedikit iklan ditontonkan sebelum saya bisa melanjutkan memakai sistem hiburan.

dalam ruangan, Peralatan Rumah tangga, dinding, perapian, monitor, televisi, Set televisi, teks, kamar, datar

Pesawat ini memiliki Wi-Fi. Saya tidak masalah dengan Wi-Fi yang berbayar (bahkan sampai kelas bisnis), tapi sebagai penumpang first class saya tidak disediakan kupon Wi-Fi seperti di Qatar Airways first class Airbus A380, jadi saya memilih untuk offline di sepanjang perjalanan.

Tentunya dengan load yang sangat ringan di first class, pelayanan sendiri bisa dibilang cepat.

teks, cuplikan layar, Font, deasin

Minuman alkohol baru bisa disajikan setelah lepas landas. Minuman pertama saya adalah sampanye Armand de Brignac Brut yang merupakan merek milik artis Jay-Z, yang disajikan dengan kacang kira-kira 20 menit setelah lepas landas.

perlengkapan meja, minum, dalam ruangan, Gelas anggur, kaca, Perlengkapan minum, meja, Gelas bertangkai, Barware, Minuman beralkohol, dinding, piring, Peralatan dapur, anggur, Tatanan meja, Gelas tangkai sampanye, koktail, makanan, kosong, dari kayu, alkohol

Bicara tentang sampanye, Qatar Airways first class menyajikan dua sampanye yaitu sampanye standar dan rose.

teks, botol, Botol kaca, minum, anggur, botol anggur, Minuman beralkohol, dalam ruangan, alkohol, meja

Setelah minuman setelah lepas landas, meja saya mulai disiapkan untuk makan siang.

dalam ruangan, handuk, kain, kertas

Makan siang dimulai dengan kaviar, yang disajikan langsung di atas piring kaca bermotif bersama dengan salmon dan pendampingnya alih-alih disajikan dalam kaleng seperti di Japan Airlines atau disiapkan langsung seperti di Lufthansa. Saya sebetulnya bisa saja meminta kaviar tambahan untuk menyaingi Edwin di Emirates first class (lagipula hanya ada saya sendiri), tapi 1 porsi saja dulu untuk kali ini 😀

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Sup jamur morel menjadi salah satu opsi pembuka, namun seperti biasa apabila memungkinkan saya memilih sup dan pembuka lain. Di penerbangan kali ini, sup disajikan sebelum pembuka, dan juga setting roti diubah menjadi roti untuk pembuka dan hidangan utama (termasuk mentega dari Isigny-Sainte-Mere dan minyak zaitun Monte Vibiano).

Saya juga berganti sampanye menjadi Bollinger La Grande Annee Rose Brut 2007, yang lebih enak daripasa sampanye sebelumnya.

perlengkapan meja, dalam ruangan, Piring, peralatan makan, cawan, Tatanan meja, tenggelam, hidangan, piring, minum, Peralatan dapur, makanan, keramik, mangkuk, dinding, restoran, meja, kopi

Makan siang dilanjutkan dengan pembuka berupa piring variasi salmon dengan kaper dan telur salmon yang sudah kempes.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Karena ini penerbangan ke Qatar dan saya sudah memilih tidak makan pembuka gaya Arab, saya memilih nasi kabsah dengan daging domba dari chef Noof Al Marri.

Saya sempat ingin juga memesan ikan sole untuk hidangan utama, yang sayangnya belum bisa terwujud karena sudah mulai kenyang (padahal saya memilih tidak makan di lounge).

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Di Qatar Airways first class piring variasi keju merupakan course terpisah, yang disajikan dengan keranjang roti baru. Di sini saya juga ditawarkan oleh Ahmed untuk berganti minuman pendamping menjadi port wine W. & J. Graham’s 40 Year Old Tawny Port.

perlengkapan meja, meja, dalam ruangan, Kudapan ringan, minum, Piring, makanan

Saya suka port wine atau (lebih sulit didapat) dessert wine untuk mengakhiri makan, dan bisa dibilang port wine dari Qatar Airways first class merupakan salah satu pilihan terbaik yang ada di udara.

Gelas anggur, kaca, Perlengkapan minum, wadah, Gelas bertangkai, anggur, perlengkapan meja, minum, Barware, Gelas tangkai sampanye, Minuman beralkohol, Material transparan, gelas, anggur merah, Anggur pencuci mulut, meja, koktail, dalam ruangan, kacamata, merah

Saat itu memang sedang bulan puasa sehingga botol minuman beralkohol tidak muncul di kabin (dituangkan di dapur). Walaupun begitu, karena saat itu saya sendiri di kabin first class, awak kabin pun mengizinkan saya untuk melihat minumannya (W. & J. Graham’s 40 Year Old Tawny Port dan sampanye Armand de Brignac Brut).

dalam ruangan, Botol kaca, minum, Minuman beralkohol, dinding, botol anggur, botol, anggur, Minuman didistilasi, meja, kaca, lantai, alkohol, dari kayu, Bir

Makan siang kali ini diakhiri dengan custard pistachio dan beri yang sedikit lebih manis dari ekspektasi saya.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Untuk mengakhiri makan, saya diberikan handuk basah dalam keadaan tidak dibungkus.

dalam ruangan, lantai, meja, dari kayu, kayu, makanan

Walaupun makan siangnya total mencapai 6 course, makan siang kali ini selesai hanya 2 jam 15 menit setelah lepas landas.

Berikut menu makan siangnya:

  • Kaviar: Kaviar dengan salmon gaya “Balik”, disajikan dengan pendamping tradisional, blini, dan roti panggang Melba (dipilih)

  • Pembuka: Pilih dari:
    • Sup jamur morel (dipilih),
    • Daging sapi “Wagyu” tenderloin dengan jus truffle dan salad dengan saus cuka lemon,
    • Rolade salmon dimarinasi adas sowa dengan labneh (yogurt saring) lemon, gandum hitam, telur salmon dimarinasi gaya Jepang, bit, dan kaper (dipilih), atau
    • Piring variasi pembuka gaya Arab (hummus, muhammara, dan tabouleh) dengan roti pita.

  • Hidangan utama: Pilih dari:
    • Wellington daging sapi dengan jus timi, akar seledri tumbuk, dan sayuran panggang,
    • Machboos (nasi kabsah) domba gaya Qatar dengan saus daqoos (saus tomat gaya Kuwait), lemon, bawang goreng, dan kismis (dipilih),
    • Ikan sole Dover dengan saus beurre blanc, parsnip tumbuk, wortel kecil, paprika, dan brokoli, atau
    • Pasta triangoli articok dengan saus krim jamur, tomat panggang, labu pattypan, dan keju parmesan,

  • Keju: Piring variasi keju dengan grainex, lavosh, dan variasi pendamping (dipilih),

  • Penutup: Pilih dari:
    • Souffle coklat dengan saus beri, remahan almond dan coklat putih, beri, dan es krim vanila,
    • Custard pistachio dengan wafer lengkung (dipilih), atau
    • Beri dengan sirup bunga elder,

  • Roti:
    • Keranjang roti:
      • Roti gandum,
      • Roti gandum hitam gelap, dan
      • Roti zaitun cheddar.
    • Disajikan dengan: Pilih dari:
      • Mentega “Beurre d’Isigny”, atau
      • Minyak zaitun “Monte Vibiano” dengan variasi:
        • Standar,
        • Dengan cuka balsamik,
        • Dengan cabai dan tomat. atau
        • Dengan lemon pedas.

  • Minuman: Bervariasi, non-alkohol maupun alkohol

Secara keseluruhan makan siang kali ini bisa dibilang cukup baik. Makanannya sendiri sudah cukup sesuai dengan standar first class jarak menengah dengan variasi yang lengkap, dan karena ini merupakan penerbangan siang tentu jauh lebih baik daripada saat saya terbang di penerbangan red-eye. Selain itu, kecepatan makannya sendiri juga cukup pas, yang tentunya penting mengingat durasi penerbangannya yang relatif pendek.

Apabila ada yang bisa diperbaiki dari makan siang kali ini, itu lebih pada kualitas makanannya, seperti telur salmon yang sudah kempes di pembuka maupun nasi kabsa yang masih agak basah. Setidaknya, makan siang kali ini sudah lebih dari cukup untuk membuat saya tidak menyesal tidak makan dulu di lounge sebelum terbang.

Kembali lagi ke penerbangannya. Saat makan, seperti di berbagai penerbangan lain, saya tentu melihat koleksi musik klasiknya, yang bisa dibilang lengkap walaupun mungkin tercampur dengan beberapa musik yang umumnya tidak dibilang “klasik”.

Sistem hiburannya sendiri sudah cukup responsif, walaupun sebagian orang mungkin merasa layarnya agak kecil apabila dibandingkan dengan, misal, ANA first class A380 (apalagi yang 777-300ER “THE SUITE”).

teks, multimedia, Perangkat tampilan, monitor, Peralatan elektronik, elektronik, media, cuplikan layar, komputer, Layar panel datar, software, gadget, video, Layar lcd led-backlit, Perangkat keluaran, dalam ruangan, layar

Kamar kecil pun tak luput dari kunjungan. 2 kamar kecil terdapat di depan kabin dan tentunya dalam keadaan bersih. Desain kamar kecilnya sendiri tidak diubah sedikit pun dari saat pesawat ini masih dipakai Cathay Pacific dengan wastafel besar dan kloset tanpa bidet.

Seperti standar di kelas premium Qatar Airways, amenity di kamar kecil menggunakan amenity dari Diptyque.

dalam ruangan, dinding, Persediaan rumah tangga, botol, tenggelam, wadah, item, kamar mandi, makanan

Kloset Qatar Airways (atau Cathay Pacific) tentu bukan kloset di pesawat yang terbaik di dunia karena tidak ada bidet, termasuk di first class. Untungnya, selalu ada bidet portabel dari LEKA untuk membuat pengalaman buang air saya senyaman di Japan Airlines atau ANA first class.

dalam ruangan, tenggelam, alat, orang, kuku, Perlengkapan pipa, memegang, jarum

Saya lupa apakah saya meminta turndown atau menata sendiri kasurnya, namun berikut hasilnya saat kasur dibuat di kursi 1A. Kasurnya sendiri cukup nyaman karena permukaan kursinya, namun karena penerbangannya relatif pendek kali ini tidak ada matras. Bahkan ketika ada matras pun (seperti di penerbangan saya tahun sebelumnya ke Bangkok (BKK)), matrasnya bisa dibilang cukup tipis.

dalam ruangan, abin pesawat terbang, dinding, plafon

Karena Qatar Airways hanya “meminjam” pesawat dengan konfigurasi ini, bedding-nya tentu berbeda dengan di Cathay Pacific first class jarak jauh yang matrasnya mengikuti kontur kursi.

dalam ruangan, dinding
Bedding di Cathay Pacific first class.

Kabin Qatar Airways sendiri relatif hangat, sehingga saya memilih untuk tidak tidur (lagipula sayang kalau penerbangan sependek ini masih ditinggal tidur lama 😀 ). Ini artinya, begitu melihat saya memfoto kursinya dalam keadaan tidur, Ahmed menawarkan untuk memfoto saya di kursi tersebut, dan berikut beberapa hasilnya:

Di (hampir) semua ulasan saya tidak menunjukkan saya sedang menonton film, tapi untuk foto di atas saya memutuskan menonton film sejenak hanya supaya layarnya tidak kosong (jangan dikomplain 😀 ).

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Setelah mencoba kasurnya sejenak saya menyempatkan waktu sejenak untuk pergi berkeliling pesawat, dimulai dari kabin kelas ekonomi dalam konfigurasi 3-4-3 (baca: lebarnya sempit; berbeda dengan di Garuda Indonesia atau Singapore Airlines).

Pesawat bekas Cathay Pacific juga dilengkapi dengan kabin ekonomi premium, tapi karena Qatar Airways tidak memiliki kelas ekonomi premium kursi ini dijual sebagai kursi kelas ekonomi dengan ruang tambahan (Comfort Plus; anggap saja seperti Singapore Airlines kursi ekonomi premium di rute jarak dekat).

Kelas bisnis sendiri menggunakan kursi reverse herringbone merek Safran Cirrus dan disusun dengan konfigurasi 1-2-1.

Penerbangan Istanbul (IST) ke Doha (DOH) sendiri tidak terlalu lama, jadi sesaat setelah kembali di kabin first class (kira-kira 40 menit sebelum mendarat) saya diberikan praline coklat dari Laderach untuk mengakhiri perjalanan kali ini.

teks, lantai, kotak, dalam ruangan, meja, duduk, dari kayu, kayu

Saat kami mulai turun beberapa pesan sponsor tentang Qatar dan Qatar Airways ditayangkan.

Saat kami mulai turun Pearl selaku kepala awak kabin di penerbangan kali ini dan salah satu awak kabin lain datang dan memastikan saya belum memerlukan apa-apa lagi. Walaupun begitu, di sepanjang perjalanan hampir selalu Ahmed yang nampak di kabin, yang kali ini juga nampak dan berujar bahwa saya perlu membuat ulasan penerbangan ini (sudah tugas; pasti 😀 )

awan, langit, outdoor, alam, pesawat terbang, kumulus, pesawat, berawan, penerbangan

Lampu kabin diredupkan untuk persiapkan mendarat.

dalam ruangan, abin pesawat terbang, teks, dinding, monitor, plafon, penerbangan

Karena kami sebelumnya terbang di atas Teluk Persia, kami perlahan memutar sambil turun sebelum akhirnya mendarat dari sisi selatan.

air, alam, kabut, outdoor, danau, Tenang, cakrawala, berawan, awan, langit, lanskap

Saat itu matahari sedang hampir terbenam ketika kami mendekati Doha (DOH), dan karena dari sisi selatan sayangnya tidak nampak pemandangan pusat kota dari atas.

outdoor, air, cakrawala, danau, alam, lautan, langit, lanskap, awan, berawan, matahari terbenam

Kami mendarat kira-kira 5 menit sebelum jadwal kedatangan, yang bisa dibilang cukup tepat waktu.

outdoor, cakrawala, alam, pantai, air, langit, tepi, tanah, lautan, matahari terbenam, awan, lanskap

Untungnya proses taxi tidak memakan waktu lama, walaupun akhirnya kami tiba di salah satu remote stand di dekat terminal VIP alih-alih langsung di depan gedung terminal.

outdoor, langit, awan, mobil, pesawat, tanah, pesawat terbang, Pelataran pesawat, Bandara, diparkir, Kendaraan darat, roda, landasan, kendaraan, tarmak

Karena proses turun dilakukan dari pintu kedua di tengah kabin kelas bisnis, saya justru perlu mengantre dulu sebelum bisa turun.

dalam ruangan, pakaian, dinding, orang, pria

Proses turun pesawat dilakukan melalui tangga, namun paling tidak dengan bus yang berbeda untuk tiap kelas. Andaikan saja saya bisa diantar ke terminal dengan satu dari beberapa limusin yang menunggu, tapi tidak – saya masih mendapatkan bus yang (hampir) kosong.

langit, kendaraan, outdoor, mobil, pesawat, Bandara, tanah, pesawat terbang, orang-orang, orang, grup, diparkir, landasan, lantai

Bus untuk penumpang first class menggunakan kursi yang berukuran besar dan bahkan memiliki tempat penyimpanan bagasi, yang tentunya jauh lebih baik daripada bus untuk penumpang British Airways first class.

Kedatangan

Setelah tiba di gedung terminal saya melewati pemeriksaan keamanan sebelum perjalanan berikutnya ke Mumbai (BOM). Bandara Doha (DOH) sendiri memiliki konsep pemeriksaan sebelum ke area transit, jadi sudah tidak ada lagi pemeriksaan keamanan di tiap gerbang penerbangan lanjutan.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.

Penumpang first class atau kelas bisnis bisa menggunakan jalur pemeriksaan prioritas yang lebih cepat, dan setelah itu saya tinggal turun lalu naik lagi menuju lounge Al Safwa sambil menunggu penerbangan lanjutan ke Mumbai (BOM).

plafon, bangunan, tanah, lobi, lantai, Bandara, dalam ruangan, orang-orang, aula

Koper check-in saya dari Baller akhirnya tiba di Mumbai (BOM) dengan tag prioritas first class, walaupun cepatnya tidak terlalu terasa karena saya perlu mengisi kartu kedatangan fisik yang hanya disediakan sebelum di antrean imigrasi.

Terjadi kesalahan permintaan tidak valid.
Penutup

Saya selalu percaya bahwa berbeda dengan kelas bisnis yang lebih menekankan kursi nyaman, terbang di first class berbeda karena pelayanannya yang lebih individual, dan ini merupakan contoh yang sangat pas.

Selain kursi yang nyaman (walaupun mulai berumur) dan makanan yang cukup memadai, hal yang paling menonjol di penerbangan ini ada pada pelayanannya. Ini mungkin sedikit terbantu dengan kabin yang kosong, tapi alih-alih hanya reaktif (dan responnya cukup cepat), pelayanan di penerbangan kali ini oleh Ahmed sebagai awak kabin utama bisa dibilang jauh lebih proaktif. Sebagai contoh, saat saya duduk di awal penerbangan dan berusaha melihat sekeliling kabin saya ditunjukkan tentang sandaran tangan tersembunyi, rutin memeriksa kabin, membantu memasangkan kembali pengisi baterai yang tidak sengaja terlepas, dan juga menyarankan port wine yang luar biasa enak – terdengar simpel, sampai secara keseluruhan tentu membuat saya terasa benar-benar diperhatikan di penerbangan ini.

Di sisi lain, kelemahan penerbangan kali ini ada pada pelayanan yang terasa sangat standar saat di bandara Istanbul (IST), dan juga kabin yang sudah mulai menunjukkan usianya. Keduanya memang tidak terlalu signifikan, tapi apabila saya membayar harga penuh untuk penerbangan ini tentu ekspektasinya akan jauh lebih tinggi.

Walaupun Qatar Airways punya Qsuite, saya masih tetap menyarankan Anda untuk terbang di Qatar Airways first class untuk pelayanan yang jauh lebih baik, beberapa menu tambahan seperti kaviar, dan tentunya akses ke lounge Al Safwa di Doha (DOH).

Apakah Anda ingin mencoba terbang dengan Qatar Airways first class?
Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.