teks, Peralatan medis, layanan kesehatan, deasin

Wow: Terdapat Wacana Menghentikan Rapid Test & PCR Swab Sebagai Syarat Terbang

Terdapat wacana untuk menghentikan hasil Rapid Test ataupun PCR Swab sebagai salah satu syarat untuk terbang dan bertransportasi secara umum.

Juru Bicara dan Ketua Tim Pakar Satgas Covid-19 Prof Wiku Adisasmito membenarkan adanya rencana tersebut. Hanya saja, masih belum ada kejelasan kapan penghapusan syarat tersebut mulai diterapkan.

“Iya, sedang dibicarakan detail pelaksanaannya”

– Wiku Adisasmito, Jubir dan Ketua Tim Pakar Satgas Covid-19

Jika memang diterapkan, maka Anda tidak perlu lagi menunjukkan hasil Rapid Test non-reaktif ataupun hasil PCR Swab test negatif ketika Anda ingin terbang ke suatu destinasi.

Meskipun begitu, terutama untuk destinasi mancanegara, banyak dari mereka masih mensyaratkan hasil tes PCR Swab yang negatif jika Anda ingin mengunjungi negara tersebut.

teks, Peralatan medis, layanan kesehatan, deasin
Goodbye rapid test?

Jika memang diterapkan, maka kebijakan ini akan paling terasa untuk turisme domestik yang mensyaratkan hasil Rapid Test. Untuk turisme internasional, seharusnya penerapan kebijakan ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan.

Apapun itu, saya cukup takjub akan keputusan pemerintah yang memiliki wacana untuk menghapuskan syarat Rapid Test & PCR Swab ditengah.pandemi Covid-19 di Indonesia yang masih belum menunjukan perlambatan ini.


Baca juga: Murah – Rapid Test Untuk Penumpang Lion Air Hanya 95 Ribu Rupiah

Baca juga: Beli Tiket Citilink Gratis Rapid Test Covid-19


Penutup

Saya tidak tahu apakah harus bahagia atau sedih dengan berita ini.

Di satu sisi, sebagai seseorang yang memiliki fobia terhadap jarum, tentunya berita ini merupakan berita bahagia karena jujur saya tidak traveling untuk sementara waktu akibat ketakutan terhadap Rapid Test ini.

Namun di sisi lain, saya tahu betul meskipun tidak selalu akurat, hasil dari Rapid Test bisa membantu menekan angka persebaran Covid-19 dengan tidak memperbolehkan penumpang dengan hasil reaktif menaiki suatu transportasi umum.

Jujur saya akan merasa lebih aman ketika terbang jika mengetahui bahwa semua penumpang di penerbangan tersebut memiliki hasil non-reaktif daripada tidak mengetahui sama sekali apakah mereka terpapar Covid-19 atau tidak.

.

Apa pendapat Anda mengenai wacana menghentikan Rapid Test & PCR Swab sebagai salah satu syarat untuk terbang ini? 

Share

16 comments
  1. saya sangat setuju dihapuskan, banyak testimoni rapid test itu nggak akurat, jadi nggak ada gunanya. PCR mahal, sebagai gambaran di korea itu bisa sekitar 125USD, namun bisa di reimbursh ke kayak BPJS Kesehatannya begitu. disini BPJS kesehatan aja merugi terus, gimana bisa akomodir biaya PCR 🙂

    ya mau nggak mau, harus “siap” segala resiko saat berpergian kemana-mana

  2. Kalo sy lbh safety pcr ttp diadakan…kl perlu pemerintah jg membantu subsidinya..jika tidak y qt gak usa pergi jau2 dlu dg pesawat terbang
    Dgn PCR insy akan merasa aman buat qt n orla

  3. Klo menurut saya pengalaman pribadi baru ini…. Saya dah swab.. Karena aturan maskapai utk internasional flight musti PCR…tapi aturan baru saat ini masuk Malaysia walau kita dah swab tetep aja swab disana
    Jadi hemat saya utk penerbangan tetep guna rapid test.. Kan terjangkau

      1. Saya pribadi baru terbang dari Eropa ke Indonesia, dengan Qatar tidak ada peraturan untuk PCR, namun masuk Indonesia harus either bawa hasil PCR atau karantina dan diswab.

        Saya tidak bawa hasil PCR jadi menjalani test tanpa biaya yang dari pemerintah. Memang tidak nyaman tapi menurut saya tidak sampai menyakitkan sih. Agak aneh rasanya karena cukup dalam masuk swabnya.

        Saya sendiri belum pernah rapid test jadi ga bisa membandingkan, namun menurut saya pribadi saya akan lebih nyaman dengan rapid test. Namun rapid test kan tidak akurat, dan lebih untuk mengecek apakah ada antibody yang menunjukkan kalau dalam waktu sebelumnya sudah pernah sembuh dari covid-19 kan?

        Bulan depan saya akan pulang kembali ke Eropa, dari negara tujuan ataupun maskapai Qatar tidak ada peraturan rapid test atau PCR jadi kalau tidak ada perubahan pada peraturannya, saya harusnya tidak perlu tes lagi untuk terbang kembali.

        1. Sbnrnya emang kurang akurat, krn kan bisa 14 hr sblm terbang.. gk ada jaminan sama sekali klo dlm jangka waktu 14 hr itu org gk akan ke-eskpose ama virus itu.. lbh efektif mgkn tes pas sampe di tujuan?

    1. Itu bukan alat Tes COVID 19 bro……
      Ikuti rekendasi DOKTER yang sudah menjadi Pakar Epidemologi, patologi dan laboratorium, dan Kesehatan Masyarakat.

  4. Saya sangat setuju sekali, Karena Rapid Tes baik menuju moda transportasi dan masuk ke tempat Kerja di institusi Pemerintah secara berulangkali bukan suatu sistem dari Protokol Kesehatan.
    Segera cabut peraturan ini, laksanakan apa yang menjadi rekomendasi dari para Dokter yang menjadi pakar Patologi Laboratorium, Epidemologi, dan Kesehatan Masyarakat.

  5. Saya sih kontra, meskipun ada perdebatan keakuratan rapid dan biaya swab yang tidak murah, tetapi dengan adanya “hurdle” seperti ini akan discourage orang untuk travel kecuali benar-benar perlu.

    Memang lebih baik untuk sementara Covid ini tidak disarankan untuk non-essential travel

  6. Kalo bener itu wacana dijalankan, fix gw ga akan bepergiandgn terbang domestik. Ogah gw satu pesawat ma org yg ga jelas status covid19 nya krn covid19 itu air orne

    Tinggal berdoa aja negara laen buka imitgasi buat WNI. Semoga WNI statusnya ga jadi org pariah krn negaranya ga serius nangani covid19

  7. Setuju rapid test dan swab ditiadakan bagi penumpang. Terlalu banyak syarat menyebabkan orang tidak bepergian, kehilangan pendapatan, maskapai penerbangan dan angkutan umum pun menuju kolaps.
    Percayalah kekebalan tubuh dapat melawan covid19. Meningkatkan kekebalan tubuh bisa dilakukan dgn asupan makanan, jamu herbal, susu kefir dll. Vaksin belum tentu aman., Mengapa mengambil resiko keruntuhan ekonomi negara dgn menutup semua aktivitas masyarakat HANYA UTK MENUNGGU VAKSIN? sekali lagi, virus bisa dilawan dgn imunitas, sampai virus akan menghilang dengan sendirinya. Imunitas/ kekebalan tubuh adalah bekal pertahanan alami yg diberikan Allah utk manusia agar bisa hidup berdampingan dgn berjuta juta virus dan bakteri.

    1. Kalau kekebalan tubuh bisa melawan covid, jumlah yg meningal tentunya tidak akan sebanyak yg sekarang Pak.
      Anti vaksin sih boleh Pak, tapi tolong jangan logika falasi.

    2. iya pak, sekarang saja pemeeintah kalau ada yang positif cuma disiruh isolasi mandiri kalau tanpa gejala. saya sih nggak tau kalau isolasi mandiri itu dikirimin apa, kayaknya nggak dikasih apa-apa setahu saya.

      lagian kalau sudah test ini itu, berlaku 14 hari misalnya, besoknya rupanya diperjalanan terkena, terus naik angkutan umum, emang nggak nularin yang lain? padahal dia bawa hasil test PCR yang jutaan itu..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.