Setelah 15 bulan paspor saya tersimpan di lemari, akhirnya saya kembali terbang ke luar negeri. Kali ini, saya akan terbang ke New York JFK melalui Tokyo Narita. Penerbangan pertama saya akan menggunakan business class Japan Airlines di pesawat Boeing 787-9 dan kemudian dilanjutkan dengan first class Japan Airlines yang hanya bisa ditemui di pesawat Boeing 777-300ER.
Sebagai informasi, penerbangan leg pertama di rute Jakarta – Tokyo Narita ini tidak dilayani oleh first class sehingga business class menjadi opsi tertinggi.
Untuk penerbangan sekali jalan ini, saya menukarkan 75.000 miles Alaska + biaya sebesar US$59.95, yang mana sangat luar biasa menguntungkan melihat tiket ini dihargai Rp133 juta sekali jalan!
Kebetulan, perjalanan saya ini serupa dengan teman saya, Paulo (@anonymouslycurated), yang beberapa waktu lalu berbaik hati untuk membagikan pengalamannya di PinterPoin, baca cerita beliau disini.
Bandara Soekarno-Hatta
Tiba di terminal 3, saya langsung merasakan kondisi bandara yang sangat menggerahkan, seperti biasanya. Dari informasi yang saya dapatkan dari pembaca, terminal 3 Soetta sedang menjalani program penghematan listrik selama pandemi COVID-19.
Jika Anda pernah mengunjungi terminal 3 & merasakan hawa panasnya, maka coba bayangkan sekarang tidak ada AC yang menyala karena penghematan listrik..
Anyway, saya langsung menuju ke konter check in Japan Airlines yang terletak di area C. Menariknya, konter paling kanan dikhususkan bagi penumpang first class lanjutan dari Tokyo.
Proses check in kali ini berjalan agak lama, sekitar 15-20 menit akibat adanya pemeriksaan data dan dokumen yang diwajibkan. Hal yang harus saya penuhi selama proses check in:
- Menyertakan hasil negatif tes antigen atau PCR untuk syarat masuk ke Amerika Serikat
- Mengisi formulir online kedatangan ke New York (mirip seperti e-HAC)
Staf JAL juga menginformasikan bahwa penumpang disarankan untuk mempunyai tiket pulang dari Amerika karena akan ditanyakan oleh pihak imigrasi sesampainya disana. Untungnya saya sudah mempunyai bookingan penerbangan pulang. Namun, sesampainya di Amerika saya tidak ditanyai mengenai tiket pulang, hanya ditanyakan maksud & tujuan ke Amerika dan durasi kunjungan saja.
Penumpang business class Japan Airlines keberangkatan dari Jakarta bisa memilih diantara 2 lounge, yakni lounge business class Garuda Indonesia atau Plaza Premium Lounge.
Saya pribadi memilih Plaza Premium (review) karena letaknya yang berdekatan dengan gate 5 yang digunakan oleh JAL. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengunjungi lounge & memilih untuk menghabiskan waktu dengan keluarga di area check in.
Mendekati waktu naik pesawat, saya pun menyempatkan diri untuk melihat-lihat pesawat yang terparkir di T3.
Penumpang business class masuk dalam urutan grup boarding kedua. Grup pertama diutamakan bagi penumpang penyandang disabilitas dan keluarga.
Japan Airlines Business Class Jakarta – Tokyo
- Nomor Penerbangan: JL726
- Jenis Pesawat: Boeing 787-9 Dreamliner
- Registrasi Pesawat: JA871J
- Rute: Jakarta (CGK) – Tokyo Narita (NRT)
- Tanggal: Kamis, 6 Mei 2021
- Waktu: 10.04pm – 7.02am (Tokyo)
- Durasi Penerbangan: 6 jam 59 menit
- Kursi: 5A
Memasuki pesawat, saya disambut ramah oleh 2 pramugari JAL yang mengenakan masker sesuai aturan maskapai.
Dilandasi rasa penasaran, saya pun menanyakan perihal jumlah penumpang pada penerbangan ini. Total, terdapat 46 penumpang yang terbagi menjadi 6 penumpang business class dan 40 penumpang economy/premium economy class.
Dengan sedikitnya jumlah penumpang, maskapai memanfaatkan kekurangan beban pesawat dengan mengisi tambahan kargo.
Kursi
Untuk rute Jakarta, Japan Airlines menggunakan kursi business class SKY SUITE III reverse herringbone dengan konfigurasi kursi 1-2-1 di pesawat Boeing 787-9 Dreamliner ini. Pada pesawat 787-9 untuk rute jarak jauh, Japan Airlines menggunakan kursi Apex yang sempat digunakan sebagai kursi first class di Korean Air 787.
Total, terdapat 52 kursi business class di pesawat ini yang terbagi menjadi 2 area; 7 baris kursi di kabin depan dan 6 baris kursi di kabin tengah. Terdapat 3 kamar kecil (lavatory) khusus penumpang business class.
Saya memilih kursi 5A karena tidak terlalu dekat dengan lavatory & agar tidak berdekatan dengan 5 penumpang lain yang tersebar di berbagai kursi.
Menunggu di kursi sudah terdapat bantal, selimut, slippers, amenity kit, headphone merek Sony. Terdapat juga sebotol air mineral, alcohol wipes dan plastik untuk masker. Menariknya, tidak ada pajamas pada penerbangan ini.
Sebelum & ketika duduk, saya merasa agak claustrophobic dengan ukuran kursi business class yang tergolong sempit & banyaknya pernak-pernik yang disiapkan di kursi. Akhirnya saya memindahkan banyak pernak-pernik tersebut ke kursi di sebelah saya yang kebetulan kosong.
Sebagai informasi, kursi ini mempunyai panjang 198cm dan lebar 51cm.
Pengontrol kursi terletak di sebelah kanan bawah. Salah satu fitur yang saya senangi dari kursi ini adalah fitur massage yang membantu merilekskan punggung saya.
Remot IFE diperlukan untuk menyalakan layar yang ada di depan mata.
Tidak ada welcome drink yang ditawarkan kepada penumpang. Pramugari menginformasikan jika servis minuman akan dilakukan setelah lepas landas. Pushback dimulai pukul 21.49 WIB, awak kabin mematikan lampu kabin & menyalakan safety demo di layar IFE.
Saya segera menyalakan peta penerbangan, how I missed this!
Pesawat lepas landas pada pukul 22.03 WIB dengan kekuatan penuh. Lampu kabin dinyalakan & tanda sabuk pengaman dimatikan pada pukul 22.11 WIB.
Servis dimulai dengan handuk atau tissue basah kemasan.
Setelah dibagikan tissue basah, selama beberapa saat tidak ada pramugari yang berlalu-lalang. Kurang lebih 10-15 menit kemudian, akhirnya seorang pramugari menghampiri saya & menawarkan welcome drink. Saya memilih segelas champagne (Ayala). Untuk rute Jakarta – Tokyo, Japan Airlines merotasikan 2 jenis champagne, yakni Ayala & Delamotte.
Anehnya, saya kembali harus menunggu 10-15 menit untuk diantarkan welcome drink & snack.
Karena penerbangan ini adalah penerbangan red-eye, pramugari langsung menanyakan kapan saya ingin dibangunkan untuk breakfast.
Penumpang bebas untuk memilih waktu breakfast, namun menurut saya akan lebih baik untuk mengikuti jadwal yang dianjurkan oleh pramugari karena lampu kabin akan dinyalakan anyway sehingga akan mengganggu tidur. Saya mengikuti saran dari pramugari untuk dibangunkan 1 jam 40 menit sebelum mendarat di Tokyo Narita.
Makan
Salah satu hal favorit saya dari maskapai Jepang adalah makanannya. Menu disediakan dalam bahasa Jepang & Inggris, saya hanya menyertakan foto menu dalam bahasa Inggris. Berikut menu makanan & minuman pada penerbangan ini:
Japan Airlines mempromosikan diri sebagai restoran di udara & saya sangat setuju, apalagi di first class ๐ .
Karena penerbangan ini adalah penerbangan red-eye, tidak ada makanan berat yang disajikan setelah memasuki pesawat. Hanya tersedia snack yang disajikana dalam tray, yang mana masuk akal karena mayoritas penumpang langsung bergegas untuk tidur.
Snack yang disajikan adalah Smoked Salmon, Simmered Shrimp dan Chicken Teriyaki with Lemon. Sayangnya makanan dingin ini agak hambar dan tidak cocok untuk saya yang sedang kelaparan!
Karena masih lapar, saya kemudian memesan mi instan Chanpon & beberapa snack sebagai teman menonton film. Jujur saja, karena excited & kangen terbang jauh di kelas premium, saya cukup kesulitan untuk tidur di 1-2 jam awal penerbangan.
Saat melihat-lihat menu, saya tidak melewatkan kesempatan langka untuk mencoba Chardonnay asal Jepang, Château Mercian Moegi 2018.
Saya juga memesan minuman khas JAL, SKY TIME Peach & Grape MIX.
Setelah cukup puas dengan makanan & minuman yang disajikan, saya segera mengubah kursi menjadi posisi lie flat untuk menonton & beristirahat. Sebelum beristirahat, seorang pramugari berputar di kabin menawarkan barang jualan dari JAL Shop.
Tidak lama berselang, pada pukul 11.07 WIB, lampu kabin dimatikan & menjadi tanda waktu istirahat bagi penumpang. Saya meminta tambahan bantal & selimut agar ranjang saya lebih empuk dan nyaman.
Kemudian saya lanjut menonton film The War with Grandpa sambil menikmati wine & menunggu hingga mengantuk dan tertidur.
Tidak selesai menonton, saya pun mengantuk dan tertidur sebelum dibangunkan 1 jam 40 menit sebelum mendarat sesuai janji pramugari.
Breakfast
Sebangunnya, saya pun segera menyalakan in flight map untuk mengetahui posisi pesawat yang ternyata sudah mendekati Tokyo. Servis dimulai dengan segelas jus jeruk dan sebotol air mineral.
Untuk breakfast, terdapat opsi Japanese & Western. Saya pribadi selalu memilih opsi Japanese untuk penerbangan dengan maskapai Jepang.
Seluruh makanan disajikan dalam 1 tray & terbungkus rapi. Bento box breakfast ini membuat saya semakin rindu untuk berkunjung ke Jepang yang merupakan salah satu negara favorit saya.
Kualitas makanan yang disajikan ini menurut saya tergolong baik & berkualitas, jika ditanya soal rating rasa dan penampilan, saya akan memberi 8.5/10.
Dessert Avocado & Chocolate Mousse juga disajikan dalam keadaan tertutup rapat.
Servis breakfast berlangsung kurang lebih 40-50 menit dan tidak lama berselang awak kabin mulai bersiap untuk proses mendarat di Tokyo.
Lavatory
Selama penerbangan, saya menggunakan lavatory yang terletak di bagian depan pesawat. Kondisi lavatory selalu dalam keadaan bersih dan fully stocked dengan amenities.
Setelah perjalanan panjang (yang tidak terasa panjang karena terbang di business class), akhirnya saya pun segera mendarat di bandara Tokyo Narita.
Pendaratan cukup keras (rem penuh) hingga barang-barang di kursi lain terjatuh.
Keluar dari pesawat, penumpang langsung diminta untuk membuat 2 barisan; 1 untuk penumpang transit dan 1 untuk penumpang yang keluar di Tokyo.
Selanjutnya saya diarahkan ke konter khusus penumpang transit.
Meskipun terbentuk antrian yang cukup panjang, namun total saya hanya menghabiskan waktu 5 menit dari mulai mengantri dan memproses dokumen yang diperlukan.
Setelah itu, saya segera menuju ke First Class Lounge JAL untuk mandi, makan dan bekerja sebelum penerbangan selanjutnya ke New York (review segera).
Penutup
Setelah lama tidak terbang, tentunya penerbangan internasional ini terasa sangat melegakan & berhasil mengobati rasa kangen saya.
Terbang dengan Japan Airlines selalu saya anggap sebagai pengalaman yang menyenangkan. Produk business class Japan Airlines saya nilai cukup solid, terutama di sisi pelayanannya. Sayangnya, saya bukan penggemar ukuran kursinya yang terasa sempit & claustrophobic.
Penerbangan saya selanjutnya ke New York (JFK) tentu akan jauh lebih mewah & menarik karena saya akan menaiki first class Japan Airlines. Stay tuned untuk review-nya!
Vincent,
Alangkah baiknya kalau tiap review diberi keterangan lengkap ttg miles apa yg digunakan, jumlahnya berapa, dll.
Dwi,
Terima kasih atas masukannya, sudah saya tambahkan di artikel ๐
Hi kak Vincent,
saya mau naik business class JAL ke US booking di Alaska air tapi itinerarynya overnight layover semua. Kira-kira bisa masuk airport hotel ga? Apakah itinerarynya kak Vincent ada overnight layover?
Halo kak Vincent,
sekarang kan WNI ga bisa masuk ke Jepang. Kalo overnight layover bisa ke airport hotel ga?
Halo Vincent,
Sayangnya tidak bisa karena Jepang belum menerima turis dari Indonesia. Pada saat yang sama, bandara juga ditutup pada tengah malam dan baru dibuka kembali di pagi hari. Artinya Anda tidak boleh memilih penerbangan dengan durasi transit melebihi jam operasional airport.