Kali ini, saya berkesempatan untuk mengulas penerbangan di kelas ekonomi premium (premium economy) Vistara di rute domestik mereka yaitu dari Delhi (DEL) ke Mumbai (BOM). Ini adalah penerbangan ke-3 dari seri 8 penerbangan dalam rangka perjalanan saya ke India dan Filipina menggunakan KrisFlyer Miles.
Kenapa Vistara? Kenapa Delhi DEL ke Mumbai BOM?
Walaupun tidak terdengar di Indonesia, Singapore Airlines dan Tata Sons (salah satu konglomerat terbesar di India) mendirikan Vistara, maskapai full service yang berbasis di India.
Walaupun Vistara sendiri tidak menjadi anggota Star Alliance (karena sudah ada Air India), Vistara termasuk dalam salah satu maskapai rekanan untuk menukarkan miles KrisFlyer, dan award seat jauh lebih mudah didapatkan.
Rute Delhi (DEL) ke Mumbai (BOM) sendiri menghubungkan 2 kota terbesar di India dan karena memerlukan waktu sangat lama dengan kereta api (paling cepat hampir 16 jam) atau mobil (lebih dari 24 jam) menjadi salah satu rute penerbangan paling sibuk di dunia.
Vistara sendiri menawarkan hingga 14 penerbangan tiap harinya, di mana:
- Semua penerbangan memiliki kelas ekonomi
- Kebanyakan penerbangan memiliki kelas ekonomi premium (dioperasikan oleh A320 dan A321neo)
- Hampir semua penerbangan memiliki kelas bisnis recliner (dioperasikan oleh A320 dan 737-800)
- 1x penerbangan tiap hari memiliki kelas bisnis flatbed (dioperasikan oleh A321neo; penerbangan UK985)
Mengingat saya masih bekerja secara remote (dan itu pun dengan jam kerja Jakarta) dan penerbangan pertama yang bisa saya dapatkan untuk rute tersebut dioperasikan oleh Vistara, maka jadilah saya memesan Vistara. Untuk penerbangan ini, saya menukarkan 10.500 KrisFlyer Miles + 536 INR (~Rp100.000).
Sebelum Berangkat
Saya pergi dari Ibis New Delhi Aerocity dengan menggunakan taksi online, dan tiba di bandara Delhi terminal 3. Bandara Delhi terminal 3 merupakan terminal utama untuk penerbangan internasional sekaligus terminal “premium” untuk penerbangan domestik. Oleh karena itu, bahkan pada subuh sekalipun bandara ini sudah cukup ramai.
Anda harus menunjukkan tiket dan identitas untuk memasuki area check-in, yang kemudian akan diperiksa dengan komputer (dalam arti, reservasi Anda akan ditarik secara otomatis, lalu diperiksa secara manual dengan identitas).
Jadwal penerbangan di pagi hari tersebut sudah cukup banyak. Meskipun begitu, penerbangan saya kali ini merupakan penerbangan pertama di hari tersebut untuk rute Delhi (DEL) ke Mumbai (BOM).
Penumpang kelas ekonomi premium memiliki konter check-in terpisah. Proses check-in sendiri cukup cepat, dan tas check-in saya pun diberikan luggage tag prioritas sebagai manfaat layanan kelas ekonomi premium.
Penumpang kelas ekonomi premium juga menerima pas naik (boarding pass) dengan warna khusus, sama seperti di Singapore Airlines.
Sebagai penumpang kelas ekonomi premium, saya tidak dapat menggunakan jalur pemeriksaan prioritas – manfaat tersebut diberikan khusus bagi penumpang kelas bisnis dan utama.
Prosesnya sendiri relatif standar, kecuali di India siapapun (tidak peduli apakah Anda lolos melalui gerbang metal detector) tetap perlu naik ke panggung kecil dan diperiksa ulang dengan metal detector oleh petugas sehingga memakan waktu lebih lama.
Mengingat waktu saya yang cukup terbatas, saya pun memutuskan untuk mampir ke lounge The Centurion, yang berada di daerah gerbang keberangkatan dan kebetulan dekat dengan gerbang saya.
Sebelum Anda berbahagia, lounge-nya sendiri sangat kecil dan hanya dapat memuat kurang lebih 20 orang – ukuran lounge-nya sendiri sebatas area berwarna biru.
Lounge ini dapat diakses bagi penumpang yang memiliki kartu American Express Centurion, American Express Platinum, dan beberapa jenis kartu kredit American Express lainnya.
Saya sendiri memasuki lounge tersebut dengan menggunakan kartu BCA American Express Platinum yang relatif lebih mudah didapatkan daripada saudaranya dari Danamon.
Lounge ini hanya memiliki tempat duduk berupa beberapa variasi sofa. Saya sendiri belum sempat menjelajahi semua tempat karena waktu yang terbatas dan juga sebelumnya sempat cukup ramai, namun konsep lounge-nya sendiri lebih merupakan tempat untuk beristirahat dan makan sebentar mengingat lokasi dan ukurannya.
Selain itu, pilihan makanan dan minumannya sendiri juga tidak terlalu banyak.
Saya pun hanya bisa menyempatkan waktu kurang dari 10 menit di lounge sebelum akhirnya pergi ke gerbang keberangkatan, yang dihiasi dengan ukiran beberapa pose yoga.
Gerbangnya sendiri sudah tidak terlalu ramai dan penerbangannya sendiri sudah masuk ke panggilan terakhir, padahal masih lebih dari 40 menit sebelum waktu keberangkatan.
Penumpang kelas ekonomi premium mendapatkan prioritas naik pesawat, walaupun karena gerbangnya sudah sepi saya tidak menggunakan manfaat tersebut.
Walaupun proses di gerbang keberangkatan sendiri cukup cepat, saya masih perlu menunggu beberapa saat di garbarata.
Kali ini saya terbang dengan pesawat A320 dengan seri VT-TNR, yang saat saya terbang masih berusia kurang dari 3 tahun.
2 menit kemudian saya baru dapat menaiki pesawat.
Di Dalam Pesawat
Setelah memasuki pesawat, saya pun melewati kabin kelas bisnis terlebih dahulu. Vistara memiliki kelas bisnis, ekonomi premium, dan ekonomi yang semuanya dipisah dengan tirai sehingga ada nampak tirai sedikit ke belakang.
Pesawat A320 Vistara dilengkapi dengan 8 kursi kelas bisnis recliner dengan desain kursi yang standar, menggunakan dasar kursi Rockwell Collins MiQ.
Di pesawat A320 dan A321neo, kelas ekonomi premium Vistara merupakan kursi yang berbeda (dan lebih baik) dari kursi kelas ekonomi, namun tetap dalam konfigurasi 3-3. Saya duduk di kursi 5A, yang merupakan kursi jendela.
Dengan jarak antar kursi mencapai lebih dari 80 cm dan tidak adanya In-flight-Entertainment (IFE), kursi ini menawarkan ruang kaki yang cukup lega.
Selain ruang kaki yang lebih luas, kelebihan utama kelas ekonomi premium Vistara adalah sandaran kepala yang bisa disesuaikan, yang sangat membantu untuk beristirahat.
Kembali lagi ke penerbangannya sendiri. Segera setelah saya duduk, menu dan handuk pun dibagikan.
Berikut menu sarapan yang ditawarkan untuk penerbangan ini.
Setelah pintu ditutup, awak kabin pun menampilkan demonstrasi keamanan, yang dilakukan secara manual.
Beberapa saat kemudian, kami pun mulai keluar dari gerbang relatif tepat waktu.
Kurang lebih 10 menit kemudian kami lepas landas dari bandara Delhi untuk perjalanan menuju Mumbai.
Setelah tanda kenakan sabuk pengaman dimatikan, saya pun berkesempatan mencoba sistem hiburan Vistara.
Karena pesawat ini tidak memiliki IFE, mereka menyediakan Wi-Fi internal (tidak dapat tersambung ke internet) untuk mengakses konten hiburan tersebut melalui laptop ataupun smartphone. Seperti biasa, saya memeriksa konten musik klasik dan peta bergerak, yang cukup dasar namun setidaknya ada.
35 menit setelah lepas landas, sarapan pun disajikan dalam 1 baki dengan pilihan menu utama dan minuman.
Berikut makanannya setelah dibuka.
Sarapan untuk penerbangan tersebut terdiri dari:
- Pembuka: Yogurt buah
- Menu utama: Pilih 1 dari:
- Frittata keju dan paprika dengan kacang panggang dan kentang
- Kare kentang dengan thepla (roti tipis khas Gujarat; dipilih)
- Utappam (pancake tebal khas India selatan) kentang dengan idli (kue beras khas India)
- Roti: Croissant
- Minuman (bawaan): Air
- Minuman: Kopi, teh, jus, air, minuman ringan.
Walaupun sarapannya sendiri cukup kering dan croissant-nya tidak enak, secara keseluruhan sarapannya cukup standar untuk penerbangan 2 jam dan sesuai dengan ekspektasi saya untuk penerbangan domestik India dengan menu yang ditawarkan kebanyakan makanan lokal.
Selain itu, pelayanan-nya pun cukup lengkap dengan layanan teh/kopi setelah sarapan, walaupun saya hanya meminta tambahan air mineral saat itu.
Setelah sarapan, saya pun melanjutkan tidur lagi karena saya sendiri masih perlu bekerja dari jauh dan bangun cukup pagi. Hal berikutnya yang saya tahu, pesawat sudah mendarat dan tiba bandara Mumbai (BOM).
Proses turun pesawat sendiri tidak diatur berdasarkan baris, jadi seperti biasa cukup banyak yang mengantre di lorong.
Kedatangan
Saat saya melalui garbarata nampak pesawat Jet Airways, maskapai layanan penuh yang sempat bangkrut dan rencananya akan kembali beroperasi.
Begitu tiba di bandara Mumbai saya pun langsung melalui koridor ke area pengambilan bagasi.
Karena saya mengakhiri perjalanan di Mumbai, saya pun pergi ke area kedatangan. Apabila Anda perhatikan, di bawah petugas keamanan terdapat panggung kecil yang umum ditemui di pemeriksaan keamanan di India.
Sama seperti bandara Delhi terminal 3, bandara Mumbai terminal 2 juga merupakan terminal utama untuk penerbangan internasional, sehingga hanya memiliki 2 tempat bagasi khusus ditambah 2 tempat bagasi yang dipakai bergantian dengan kedatangan internasional.
Jadwal kedatangan pada pagi tersebut.
Tepat 16 menit setelah saya turun dari pesawat, tas saya pun tiba. Penumpang kelas ekonomi premium bisa mendapatkan tasnya lebih awal berkat luggage tag prioritas.
Saya pun melanjutkan perjalanan dengan keluar. Bandara Mumbai memiliki 2 area umum, yang pertama masih di dalam gedung.
Sedangkan yang kedua terletak di luar gedung, yang tersambung dengan area parkir menggunakan lift. Berbeda dengan bandara Delhi, saat ini masih belum ada KRL yang melayani bandara ini sehingga tidak ada sambungan khusus ke stasiun KRL.
Karena saya melanjutkan perjalanan dengan taksi online, saya perlu keluar menuju area parkir. Untuk taksi online Ola (sama juga dengan Uber), Anda harus turun dengan lift ke lantai 4 – cari lift dengan tanda besar seperti di bawah, lalu turun ke parkir lantai 4.
Setelah itu, tinggal ikut petunjuk yang ada menuju ke area penjemputan. Ola dan Uber keduanya memiliki ruang tunggu ber-AC untuk penumpang di dalam gedung parkir, lengkap dengan petugas.
Beberapa saat kemudian, saya pun dalam perjalanan menuju Sofitel Mumbai BKC.
Kesimpulan
Kelas ekonomi premium Vistara merupakan cara yang cukup nyaman untuk terbang domestik di dalam India. Dengan jumlah miles yang dibutuhkan hanya berbeda sedikit dari kelas ekonomi (~20% lebih banyak), fasilitas tambahan yang didapatkan cukup membantu untuk membuat perjalanan lebih nyaman terutama untuk penerbangan komuter seperti ini.
Meskipun begitu, patut diperhatikan bahwa kelas ekonomi premium domestik Vistara sendiri adalah kelas “ekonomi plus” dan bukan “bisnis minus”. Dengan susunan kursi yang tetap 3-3, pemeriksaan keamanan standar, dan tidak adanya akses lounge maka tentu Anda juga harus menyesuaikan ekspetasi Anda.
Secara keseluruhan, saya sendiri tetap menyarankan Anda untuk terbang di kelas ekonomi premium domestik Vistara apabila Anda tidak dapat terbang di penerbangan dengan pesawat A321neo, namun apabila Anda mendapatkan pesawat jenis A321neo saya lebih menyarankan untuk upgrade ke kelas bisnis dengan kursi flatbed.