Thai Airways Bangkrut

Thai Airways Diambang Kebangkrutan

Thai Airways, salah satu maskapai anggota Star Alliance sedang dalam kondisi yang sangat buruk. Maskapai yang berbasis di Bangkok tersebut sedang diambang kebangkrutan.

Melansir dari harian Bangkok Post, presiden Thai Airways International (THAI), Sumeth Damrongchaitham mengatakan jika Thai sedang menghadapi krisis dan kemungkinan penutupan. Beliau mengharapkan agar seluruh staff harus saling bekerja sama demi proses rehabilitasi perusahaan.

Thai Airways
Pesawat A380 Thai Airways. Foto: Star Alliance.

Kerugian Thai pada 6 bulan pertama 2019 sendiri sudah mencapai 6,44 milyar Baht. Total akumulasi kerugian hingga saat ini menjadi 280 milyar Baht atau setara dengan US$ 9,25 milyar!

Pemerintah Thailand memberikan waktu selama 1 bulan kepada Thai untuk memutarbalikkan keadaan. Jika masih tidak berhasil, maka bukan tidak mungkin jika maskapai Thai akan berhenti mengudara.

Kompetisi Sengit dari Maskapai Budget

Thai mengklaim jika mereka menelan banyak kekalahan dalam menjadi pemimpin pasar. Rute-rute Utara yang sebelumnya menghasilkan 1/3 revenue bagi Thai kini dikuasai oleh maskapai budget.

Maskapai budget atau low cost carrier (LCC) memang menjadi momok menakutkan bagi full service airline seperti Thai. Murahnya harga tiket menjadi faktor terbesar bagi penumpang dalam memilih maskapai. Belum lagi melihat pertumbuhan LCC yang pesat dengan semakin bertambahnya rute penerbangan.

langit, pesawat, pesawat terbang, outdoor, Perjalanan udara, transportasi, pesawat terbang sipil, Perusahaan penerbangan, awan, Mesin jet, Mesin pesawat terbang, kendaraan, Bandara, Rekayasa dirgantara, Terbang, Pesawat lorong tunggal, airbus, Twinjet, Layanan, Pesawat jet, penerbangan, merah, Boeing 737 generasi berikutnya, udara, jet, besar
Maskapai budget seperti AirAsia kini lebih mendominasi pasar. Foto: AirAsia.

Cost Cutting

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Thai tentunya adalah dengan mengurangi pengeluaran perusahaan. Berbagai langkah telah ditempuh sejauh ini, contohnya:

  • Pemotongan gaji karyawan
  • Zero inventory policy di bagian katering (stok seperlunya sesuai kebutuhan)
  • Tidak ada insentif atau reward bagi karyawan karena prioritas perusahaan adalah selamat dari kebangkrutan

“There will be no other rewards for the staff, because the top prize is the survival of the company,” – Sumeth Damrongchaitham.

Thai juga baru-baru ini keluar dari 6 rute Asia Tenggara dengan mengoper rute tersebut ke Thai Smiles, maskapai budget anak perusahaannya.

Bagaimana pendapat Anda tentang kondisi yang dialami Thai Airways saat ini?

H/T: View From the Wing

Share

1 comment
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.