Melanjutkan ulasan saya sebelumnya, kali ini saya terbang di kabin kelas utama (first class) Singapore Airlines Suites dari Singapura (SIN) ke Delhi (DEL). Ulasan kali ini adalah ulasan dari penerbangan ke-2 dari seri 8 penerbangan saya dalam perjalanan ke India dan Filipina menggunakan KrisFlyer Miles.
Penerbangan Singapura (SIN) ke Delhi (DEL) adalah rute Singapore Airlines Suites paling dekat kedua setelah Singapura (SIN) ke Mumbai (BOM). Walaupun dulunya rute Singapura (SIN) ke Hong Kong (HKG) pernah dilayani oleh Airbus A380 dan memiliki Suites, saat ini Singapore Airlines Suites masih belum tersedia lagi di rute tersebut.
Untuk penerbangan kali ini, saya memesan penerbangan ini bersama dengan penerbangan sebelumnya dari Jakarta (CGK) ke Singapura (SIN) di kelas utama dengan 53.000 miles + Rp326.000.
Alternatifnya, penerbangan ini sendiri dapat ditebus dengan 53.000 miles + S$52,8 (award Saver; harga sebelum devaluasi), atau apabila dengan cash rate kira-kira Rp40.000.000 sekali jalan.
Sebelum Berangkat
Boarding pass untuk penerbangan ini sudah diterbitkan saat saya berangkat dari Jakarta. Karena ini merupakan penerbangan Suites, boarding pass yang diberikan berwarna kuning keemasan, beda dari pas naik kelas utama standar yang berwarna merah.
Setelah selesai mengunjungi The Private Room, saya tiba di gerbang keberangkatan 35 menit sebelum jadwal keberangkatan.
Saat saya tiba status penerbangannya sudah mulai naik pesawat. Pemeriksaan keamanan dilakukan di masing-masing kompleks gerbang keberangkatan (misalnya, kompleks gerbang A9 dan A10) dan berlangsung cukup cepat.
Setelah pemeriksaan keamanan proses pemeriksaan pas naik dilakukan sebelum memasuki ruang tunggu sehingga saat sudah waktunya bisa langsung menaiki pesawat.
Penerbangan kali ini menggunakan pesawat Airbus A380.
1 garbarata ke kabin atas digunakan bersamaan untuk kabin kelas utama dan kelas bisnis.
Di Dalam Pesawat – Singapore Airlines Suites A380
Setelah Etihad tidak lagi mengoperasikan pesawat Airbus A380, Singapore Airlines merupakan satu-satunya maskapai yang memiliki kabin kelas utama di pesawat Airbus A380 dengan konfigurasi 1-1.
Setelah saya tiba, saya pun disambut lalu diantarkan ke kursi saya yaitu 1A yang mana merupakan suite tertutup lebih besar (semua suite memiliki jendela dan akses langsung ke lorong, tapi suite di baris 1 merupakan suite paling besar).
Berbeda dari kursi kelas utama di pesawat Boeing 777-300ER, kursi di sini sedikit lebih sempit dan tidak bisa direbahkan hingga datar, namun justru lebih nyaman. Setelah saya tiba di suite tersebut, saya pun diperkenalkan dengan berbagai fitur kursinya oleh awak kabin.
Sebagai pembanding, berikut adalah foto suite di baris 3.
Kembali lagi ke ulasan suite-nya. Suite ini memiliki 1 kursi yang dapat diputar, namun tidak memiliki sandaran kaki yang bisa digunakan sebagai kursi pendamping. Saat difoto, kursi ini berada di posisi untuk lepas landas (baca: menghadap ke arah terbang pesawat).
Untuk saat lepas landas dan mendarat, suite ini memiliki TV (1 dari 3 layar), indikator sabuk pengaman, dan wadah penyimpanan. Stop kontak juga disediakan apabila hendak menggunakan meja. Ruang kakinya sendiri sedikit terbatas, walaupun tidak terlalu menjadi masalah karena bisa lebih longgar saat kursinya diputar ke posisi lain.
Di sebelah kursi terdapat tempat tablet hiburan sekaligus vas bunga.
Sesuai dengan namanya, suite ini memiliki pintu, dan pintunya sendiri cukup tinggi dibandingkan dengan kursi kelas utama lainnya.
Di balik tembok suite terdapat tempat penyimpanan yang berisi wadah penyimpanan, lemari, dan sekaligus tempat bagasi. Selain itu, sandal dan kaos kaki pun juga disediakan.
Lemari tersebut dapat memuat tas kabin saya, walaupun cukup ketat karena tasnya sedikit tebal (saya menggunakan Lojel Cubo Small sebagai perbandingan tas kabin).
Di balik lemari tersebut terdapat layar hiburan utama yang dapat disesuaikan, baik untuk waktu memakai meja atau tidur.
Terdapat kompartemen yang berfungsi untuk menahan tempat tidur lipat, sekaligus menyimpan selimut.
Semua suite memiliki 2 jendela dengan tirai elektrik (bahkan di suite 1A/1F yang lebih besar) dan lampu baca di tempat tidur,
Salah satu kelemahan utama kabin lantai atas A380 adalah jendelanya yang cukup jauh, sehingga sangat menyusahkan saat ingin mengambil foto.
Di samping kursi, terdapat tablet hiburan, earphone dari Bang & Olufsen (sama seperti penerbangan saya sebelumnya), dan tombol untuk pengaturan lampu maupun layar hiburan utama.
Suite ini memiliki beberapa tempat penyimpanan kecil beserta cermin, ditambah tempat penyimpanan tas tangan. Karena ini adalah penerbangan jarak menengah, amenity kit dan piyama merek Lalique juga diberikan setelah mengkonfirmasi ukurannya.
Di bawah tembok depan terdapat rak bacaan.
Berikut bacaan yang tersedia di penerbangan ini.
Seperti di kursi kelas bisnis/utama lainnya, di kursi ini terdapat sambungan untuk noise-cancelling earphone.
Terdapat juga remote dan kendali kursi untuk memutar sekaligus merebahkan kursi. Sebagai catatan, kursinya sendiri sudah sedikit rebah dari awal, jadi bahkan saat lepas landas atau mendarat tetap sangat nyaman.
Seperti biasa, berikut saya saat duduk di kursi tersebut dengan sandaran kepala dinaikkan.
Kembali ke penerbangannya sendiri. Saat pintu kabin ditutup video informasi keselamatan pun ditayangkan, dilanjutkan dengan perkenalan kursi untuk penumpang kelas utama dan bisnis.
Kami pun mulai meninggalkan Singapura kira-kira 20 menit setelah jadwal keberangkatan.
Setelah tanda sabuk pengaman dipadamkan dan saatnya untuk makan, pintu suites-pun ditutup. Karena meja terletak di dekat dinding depan/belakang suite, posisi saat makan akan menghadap kursi di sebelahnya.
Makan malam dimulai dengan sate ayam gaya Singapura sebagai pra-pembuka.
Sate ayam tersebut dipasangkan dengan sampanye Krug Grande Cuvee.
Setelah saya selesai memakan sate, setting meja pun disiapkan untuk makanan berikutnya. Seperti biasa, saya meminta roti bawang.
Untuk appetizer dari menu internasional, saya memilih kaviar dengan salmon.
Singapore Airlines sendiri tidak menawarkan keseluruhan kaviar melainkan hanya ditaruh sebagian. Appetizer ini juga ditawarkan sebagai pembuka untuk makan malam di penerbangan kelas utama regional (Singapura SIN – Jakarta CGK) namun dengan porsi yang lebih kecil.
Dari kaviar saya pun berpindah ke set India, yang dimulai dari hidangan pembuka berupa ayam panggang.
Makan malam set India pun dilanjutkan dengan sup dal tomat.
Saat sup tiba, saya pun ditawarkan untuk menambah sampanye dan saya memilih untuk berganti sampanye menjadi Taittinger Comtes de Champagne 2008. Ini adalah sampanye yang sama yang digunakan di The Private Room.
Untuk hidangan utama saya memilih set (atau di India biasa disebut thali) non-vegetarian yang datang bersamaan dengan pendamping. Baru setelah saya menulis ulasan ini, saya sadar bahwa rotinya tertinggal walaupun sudah “digantikan” dengan roti bawang yang saya makan sebelumnya.
Saya mengakhiri makan malam dengan kue keju dan juga cheese platter. Secara efektif, pada penerbangan ini terdapat total 7 menu dan selesai kira-kira 2 jam setelah lepas landas.
Anda dapat mengakses menu lengkapnya di sini (kelas utama, bisnis, ekonomi premium, ekonomi), namun berikut adalah makan malam untuk penerbangan kali ini di kelas utama:
- Set India oleh Sanjeev Kapoor (dipilih; dimulai setelah pembuka menu internasional):
- Pembuka: Pilih satu dari:
- Vegetarian: Kroket kentang dan kurma dengan marmalade jeruk dan cabe serta keju digulung timun
- Non-vegetarian: Ayam panggang dengan chutney mint dan keju digulung timun (dipilih)
- Sup: Sup dal tomat dengan daun ketumbar,
- Hidangan utama (pilihan): Pilih satu dari:
- Vegetarian: Kare keju paneer dan water chestnut, semur bayam merah
- Non-vegetarian: Udang gaya Kerala dan domba dengan kare saffron (dipilih)
- Hidangan utama (ada di keduanya): Kohlrabi dan kacang polong tumis dengan masala, lentil merah masak tomat, dan nasi dengan biji teratai dan paneer
- Roti dan pendamping: Papadum, roti datar gaya India, salad kachumber, yogurt, acar gaya India, digestif
- Penutup: Kue keju dengan bau mawar
- Pembuka: Pilih satu dari:
- Menu internasional:
- Pra-pembuka: Sate ayam gaya Singapura (dipilih)
- Pembuka: Pilih satu dari:
- Kaviar mallosol dengan salmon Balik dengan asparagus dan creme fraiche, (dipilih)
- Sup dal tomat dengan daun ketumbar,
- Hidangan utama: Pilih satu dari:
- Dada ayam panggang diisi dengan oseng jamur cincang,
- Mi telur dengan daging casiu dan pangsit babi,
- Salmon panggang dengan salad freekeh dan terong asap tumbuk
- Roti: Roti dari keranjang roti,
- Penutup: Pilih satu dari:
- Trifle dadih lemon dengan panna cotta citrus
- Piring variasi keju (Stilton, Brie, Morbido Rosso, dan Sbrinz) dengan biskuit dan pendamping lain (dipilih),
- Buah potong
- Minuman: Bervariasi, alkohol maupun non-alkohol.
Walaupun terdapat sedikit kekurangan di beberapa titik, secara keseluruhan hidangan di penerbangan ini memiliki kualitas yang sangat solid, salah satu makanan terbaik yang pernah saya makan di udara dan setara dengan makanan di restoran kelas atas.
Set makanan India sendiri juga merupakan satu dari sedikit menu khusus di kelas utama Singapore Airlines dan meskipun awak kabinnya sendiri berujar bahwa sebagian penumpang lebih memilih makan masakan India saat mereka tiba (di India), saya tetap menyarankan ini sebagai pilihan makanan Anda.
Setelah makan, saya menyempatkan diri ke kamar kecil. Di kabin kelas utama terdapat 2 kamar kecil, yang dipisahkan oleh tangga depan.
Singapore Airlines memilih untuk tidak memasang pancuran seperti Emirates atau Etihad, tetapi menggunakan ruangannya untuk tempat penyimpanan dan meja rias.
Di laci meja rias Anda bisa menemukan beberapa kelengkapan seperti alat cukur.
Kloset di sini menggunakan kloset standar, dan di sebelah kloset terdapat tempat duduk yang sekaligus menjadi tempat penyimpanan kursi pendamping untuk makan berdua.
Sekedar opini, karena kursinya relatif kecil dibandingkan dengan sandaran kaki/kursi pendamping di kursi kelas utama lain, saya tidak menyarankan Anda untuk makan bersama di suite.
Berbeda dengan wastafel di kabin lain, wastafel di kelas utama berbentuk seperti yang Anda temui di mal atau hotel dan memiliki aliran air yang cukup kencang.
Singapore Airlines menggunakan amenity Lalique Neroli.
Kamar mandi yang lebih kecil tidak memiliki meja rias, tetap tetap cukup luas dan menawarkan tempat duduk.
Saya menyempatkan diri untuk menggunakan komputer di meja untuk bekerja, dan mejanya sendiri cukup nyaman (sebagai referensi, saya mencoba meja dengan ThinkPad T14 Gen 2 dan MX Master 3 sebagai perbandingan laptop dan mouse ukuran standar).
Sebelum ada yang bertanya tentang boneka beruang (teddy bear) seperti di ulasan saya sebelumnya, kebetulan di penerbangan tersebut saya mendapatkan 2 boneka setelah meminta ke awak kabin, 1 boneka laki-laki dan 1 boneka perempuan.
Lampu di kabin kelas utama terus diatur cukup gelap karena tiap suite sudah memiliki pengaturan lampu sendiri.
Sebagai kenang-kenangan, saya pun berfoto di kursi kabin Suites sekaligus meminta tolong untuk dibuatkan tempat tidur (turndown service).
Setelah kabin diatur untuk tidur oleh awak kabin, peralatan untuk tidur juga sudah disediakan cukup lengkap seperti di kamar hotel. Kali ini partisi tempat tidur tidak dibuka karena suite 2A diisi oleh penumpang lain.
Kasurnya sendiri sedikit keras dan terasa sedikit lebih sempit daripada di pesawat lain (terlebih dengan partisi), namun sudah mencukupi untuk istirahat sejenak (saya belum sempat mencoba untuk tidur agak lama karena waktu penerbangan yang kurang lama).
Berikut perbandingan ukuran kasurnya dengan saya – sebagai perbandingan, tinggi saya kurang lebih 178-180 cm.
Setelah beristirahat kira-kira 1,5 jam, akhirnya kami pun mulai perlahan turun ke Delhi.
Kami mendarat kira-kira 25 menit sebelum jadwal kedatangan lalu perlahan pergi menuju gerbang kedatangan.
Pesawat kami akhirnya parkir di sebelah pesawat Etihad, yang disambungkan dengan garbarata menuju terminal 3.
Kedatangan
Setelah keluar pesawat saya pun segera diarahkan ke lantai kedatangan.
Tidak terdapat pemeriksaan apapun hingga menuju ke imigrasi, sehingga saya bisa terus melanjutkan perjalanan.
Saya pun melalui pemeriksaan imigrasi. Karena sedang tidak banyak penerbangan lain, proses imigrasi pun berlangsung cukup cepat.
Setelah melalui imigrasi saya perlu melalui toko bebas bea untuk menuju ke tempat pengambilan bagasi.
Walaupun saat itu nampak cukup sepi, bandara Delhi sebagai bandara ibukota India memiliki banyak sekali penerbangan internasional.
Saya tidak membawa bagasi terdaftar, sehingga saya bisa langsung keluar melalui bea cukai.
Setelah keluar bea cukai saya pun membeli kartu SIM lokal untuk dipakai selama di India.
Karena kartu SIM lokal saya baru aktif beberapa jam setelah saya membeli, saya pun memilih untuk menggunakan KRL untuk pergi menuju hotel. Jaringan KRL Delhi merupakan jaringan KRL paling lengkap di India dan kali ini saya menggunakan jalur kereta bandara.
Sebelum memasuki stasiun KRL semua bawaan harus diperiksa dulu.
Stasiunnya sendiri cukup modern, namun sayangnya cukup panas di dalam.
Karena layanan kereta bandara ini merupakan layanan khusus, keretanya sendiri menggunakan kereta seperti kereta bandara di Hong Kong sehingga cukup nyaman.
Kesimpulan
Singapore Airlines Suites menawarkan salah satu, kalau bukan cara terbaik untuk terbang di jarak menengah (medium-haul) dan penerbangan dari Singapura (SIN) ke Delhi (DEL) ini merupakan cara paling efisien untuk dapat merasakan Suites dari Singapore Airlines ini.
Apabila Anda memang berencana untuk pergi ke India atau ingin mencoba Singapore Airlines Suites tanpa perlu takut ketersediaan kursi atau menghabiskan miles banyak, saya sangat merekomendasikan Anda untuk mencoba penerbangan ini.
Rencana saya pengen suite class ke hkg after pandemic
Eh A380 udh ga terbang kesana
Sedangkan ke India miles masih kurang
Musti gercep karna jan 2023 dah mulai pada exp
Halo mas eric, saat ini saya lihat ke HKG sudah ada penerbangan dengan A380. Apakah itu artinya Suite class ini sudah tersedia lagi di penerbangan ker HKG?
Terimakasih mas Eric
Min, apakah bisa redeem first/suites saver buat 2 orang langsung jika poinnya cukup? Saya cek tiap kali book 2 org hanya bisa advantage
Robby,
Bisa kalau available. Saya pernah pergi bersama teman 2 orang saver suites.
Jika naik Suite dari Singapore ke India ini apakah ketika sampai di Delhi kita masih bisa masuk ke lounge nya? jika bisa masuk ke lounge apa ya pak Eric?
Hi Johan,
Tidak bisa, karena area kedatangan terpisah dari area keberangkatan. Ini berlaku baik domestik maupun internasional di semua bandara di India.