Pada bulan Oktober 2021 lalu, akhirnya saya berhasil mencoret salah satu bucket list saya, yakni terbang di penerbangan terpanjang dunia. Rekor penerbangan terpanjang di dunia saat ini dipegang oleh Singapore Airlines di rute Singapore – New York JFK dengan jarak tempuh 9.537 mil.
Penerbangan ini terasa sangat spesial & membanggakan bagi saya karena merupakan penerbangan pertama anak saya. My daughter first flight is the world’s longest flight! π
Setelah menghabiskan 2 malam di Conrad New York Midtown, kami segera menuju ke bandara John F. Kennedy untuk mengejar penerbangan pulang ke Tanah Air. Dari berbagai opsi penerbangan yang tersedia, akhirnya kami memilih untuk terbang dengan Singapore Airlines di rute penerbangan terpanjang dunia New York – Singapore.
Alasan kami memilih penerbangan ini dikarenakan saya banyak mendengar bahwa biasanya anak bayi tidak betah berlama-lama di bassinet dan ternyata benar demikian terjadi pada anak saya. Selain itu, ukuran kursi business class Singapore Airlines adalah salah satu yang terluas, apalagi untuk kursi bulkhead. Anak dan istri saya bisa berbaring bersama dengan leluasa.
Kemudian, terbang non-stop ke Singapore ketimbang transit di Jepang atau Timur Tengah lebih memudahkan kami untuk menyesuaikan waktu tidur.
Singapore Airlines menggunakan pesawat A350-900ULR konfigurasi khusus untuk jarak jauh. Dari 7 unit A350-900ULR yang dimiliki oleh SQ, kami mendapatkan pesawat dengan nomor registrasi 9V-SGB yang didatangkan pada bulan September 2018.
Pesawat ini merupakan pesawat dengan konfigurasi premium, hanya tersedia 67 kursi business class dan 94 kursi premium economy, tidak ada economy class di pesawat ini.
Cara Memesan
Untuk penerbangan ini, saya menukarkan 99.000 KrisFlyer miles + $12.40 per orang (harga sebelum devaluasi). Untuk menambahkan anak saya ke dalam tiket redemption ini, saya diharuskan membayar 10% dari harga tiket aktual di hari menelpon.
Kebetulan ketika saya menelpon, Singapore Airlines pada hari tersebut baru mengumumkan bahwa penerbangan dari New York dikategorikan sebagai penerbangan VTL. Alhasil, harga tiket aktual melonjak dari US$2,000-an menjadi US$6,000-an sekali jalan! Akhirnya saya membayar pajak sekitar US$600-an untuk tiket anak saya, yang mana tergolong mahal.
Check In
Singapore Airlines menggunakan terminal 4 di bandara JFK bersamaan dengan sejumlah maskapai ternama seperti Emirates, SWISS, Etihad, dsb.
Sebagai informasi, penerbangan ini berlangsung pada bulan Oktober 2021 lalu. Saya membuat kesalahan cukup fatal dan hampir saja ketinggalan pesawat.
Kala itu, setiap penumpang tidak terkecuali anak dibawah 2 tahun harus mempunyai hasil tes PCR negatif untuk bisa memasuki Indonesia. Alhasil kami harus bergegas menuju ke klinik yang terletak di terminal 1 JFK dengan menggunakan AirTrain. Total, kami menghabiskan biaya US $200 untuk hasil tes ekspres (30 menit).
Akibat kesalahan tersebut, kami tidak mempunyai waktu untuk mengunjungi lounge. Kala itu, penumpang business class Singapore Airlines bisa memasuki lounge Virgin Atlantic Clubhouse yang biasanya hanya bisa diakses oleh penumpang Suites/First Class Singapore Airlines saja.
Singapore Airlines Business Class New York JFK – Singapore SIN
- Nomor Penerbangan: SQ23
- Jenis Pesawat: Airbus A350-900ULR
- Registrasi Pesawat: 9V-SGB
- Rute: New York (JFK) – Singapore (SIN)
- Tanggal: Sabtu, 30 Oktober 2021
- Waktu: 10.21pm (New York) – 04.41am (Singapore)
- Durasi Penerbangan: 17 jam 42 menit
- Kursi: 19A & 19D
Memasuki Pesawat
Saya dan Erika sudah sangat familiar dengan kabin business class A350 Singapore Airlines. Kali ini, kami jauh lebih excited dan was-was karena ini merupakan penerbangan pertama anak kami. Setiap kru yang kami lewati memberikan sambutan hangat dan bercanda dengan anak kami, pertanda baik!
Tidak lama setelah duduk, pramugari datang untuk mengambil pesanan makanan kami. Sayangnya, pada waktu penerbangan ini, SQ belum memperkenalkan kembali fitur Book the Cook sehingga kami terbatas dengan makanan yang tersedia di menu saja. Selain itu, SQ juga belum mengembalikan menu kertas dan masih menerapkan menu digital yang bisa diakses melalui gadget pribadi.
Kursi
Berkat terbang bersama infant, saya dan Erika diperbolehkan memilih kursi 19A dan 19D yang merupakan kursi bulkhead. Kelebihan kursi ini adalah ottoman yang lebih lebar ketimbang kursi dibelakang, berikut foto perbandingannya:
Di setiap kursi, telah tersedia sendal, kaus kaki, penutup mata dan amenity kit dari Penhaligon’s. Menurut info terkini yang saya dapatkan, kini Singapore Airlines tidak selalu menyediakan amenity kit pada penerbangan jarak jauhnya.
Saya memilih duduk di kursi 19D yang terletak di tengah agar istri dan anak saya bisa duduk di 19A (jendela), yang tentunya lebih private.
Setelah nyaman, saya menyempatkan diri untuk mengunjungi lavatory. Beruntung, karena sepinya penerbangan ini, keadaan lavatory selalu bersih dan tidak berbau selama penerbangan.
Untuk penerbangan ini, Singapore Airlines memberikan gratis internet selama 2 jam.
Di tempat penyimpanan, terdapat sebotol air mineral, care kit dan headphone standar. Isi dari care kit berupa masker, hand sanitizer dan disinfectant wipe.
Kursi business class ini dilengkapi dengan soket untuk berbagai jenis media, serta lampu baca yang bisa diatur sesuai posisi duduk/berbaring.
Karena sudah tercatat di sistem, salah seorang pramugari menghampiri kami dan menawarkan untuk memasang bassinet. Di kabin business class, hanya kursi 19A dan 19K (keduanya jendela), yang bisa dipasangi bassinet. Kru kabin juga berbaik hati membawakan mainan untuk Gillian.
Servis
Tidak lama setelah duduk di kursi, salah seorang pramugari datang menawarkan welcome drink. Saya memilih segelas champagne. Saya cukup beruntung karena beberapa hari sebelumnya SQ mengganti Charles Heidsieck NV menjadi Piper-Heidsieck vintage champagne.
Pesawat mulai melakukan pushback pada pukul 10.24pm waktu New York lepas landas pada pukul 10.37pm. Lampu kabin pun dipadamkan untuk alasan keselamatan. Sebagai informasi, infant tidak diperbolehkan berada di bassinet selama proses lepas landas dan mendarat.
Setelah lepas landas, servis makan malam segera dilangsungkan agar penumpang bisa beristirahat setelahnya.
Selesai makan malam, kami segera bersiap-siap untuk istirahat. Pramugari secara proaktif menawarkan untuk mengubah kursi kami menjadi lie flat bed.
Ternyata benar, anak kami tidak betah berlama-lama di bassinet sehingga akhirnya tidur bersama dengan Erika.
Sebelumnya, saya dan Erika sudah pernah melihat aurora di Fairbanks, Alaska. Namun, saya selalu berharap agar bisa melihat aurora dari pesawat dan sudah menaruh sedikit harapan agar bisa terwujud di penerbangan ini.
Benar saja, pada pukul 12.40am waktu New York, pesawat sedang terbang melewati Greenland dan kapten membuat pengumuman bahwa sedang terdapat Northern Lights (aurora) di luar pesawat.
Saya segera bergegas pindah ke 20A untuk melihat fenomena alam tersebut. Menggunakan kamera iPhone, saya mencoba untuk mengambil foto dan berikut hasilnya:
Pertunjukan spektakuler ini berlangsung singkat, kurang lebih hanya 5 menit saja. Meski demikian, saya dan banyak kru kabin sangat senang karena bisa menyaksikan aurora dari pesawat. Bahkan banyak kru kabin SQ yang belum pernah menyaksikan aurora dari pesawat. Tentu pengalaman ini tidak akan pernah terlupakan bagi kami semua.
Setelah melewati Greenland, saya kembali tidur pada pukul 01.30am waktu New York dan berhasil tidur hingga pukul 5 pagi waktu New York. Pada momen tersebut, kami masih harus menempuh 11 jam 13 menit lagi menuju ke Singapore. Karena kondisi kabin yang masih gelap, saya pun berusaha untuk kembali tidur hingga akhirnya terbangun kembali pada pukul 09.23am waktu New York ketika lampu kabin dinyalakan untuk makan pagi/siang.
Servis makan pagi/siang kelar pada pukul 10.30am waktu New York. Overall, makanan yang dihidangkan tidak berkesan bagi kami dan porsinya juga tergolong sedikit. Setelah makan, kami menghabiskan waktu dengan menonton film dan berbincang dengan kru kabin.
Sebelum terbang, kami cukup kelelahan karena harus mengemas dan membawa barang bawaan yang cukup banyak. Melihat Erika dan Gillian kembali tertidur, akhirnya saya pun memutuskan untuk kembali berbaring dan tertidur kembali hingga 01.32pm waktu New York.
Terbangun diatas Myanmar dalam keadaan lapar, saya memesan Vegetarian Curry Instant Noodles dan segelas cappuccino. Saya juga diberikan 2 bungkus snacks sebagai pendamping kopi.
Akhirnya pada pukul 03.53am waktu Singapore, pilot memulai proses descending dan akhirnya mendarat dengan selamat pada pukul 04.21am waktu Singapore.
Penutup
Seperti biasa, Singapore Airlines berhasil membuktikan konsistensinya. Singapore Airlines merupakan salah satu maskapai favorit saya berkat konsistensinya dan level servis yang selalu baik. Penerbangan ini tidak menjadi pengecualian, saya dengan keluarga berhasil melewati penerbangan terpanjang di dunia dengan aman dan nyaman.
Awalnya, saya berencana untuk terbang kembali ke Amerika Serikat dengan Qatar Airways (QSuite). Namun berkat penerbangan ini, saya memutuskan untuk kembali terbang ke New York non-stop dengan Singapore Airlines. Dengan mempunyai anak, penerbangan ini sepertinya akan menjadi pilihan utama kami hingga beberapa tahun kedepan.
Halo mau nanya, kenapa kalau cek redeem poin krisflyer airline selain sq itu tax dll nya mahal banget ya? Contoh kyk jakarta jepang pp gt mahal tax nya…
Manto,
Dasarnya SQ melalui program KrisFlyer-nya tidak mengenakan fuel surcharge pada award ticket sehingga memang tax-nya murah (Hanya airport tax) sedangkan maskapai lain seperti Thai Airways, Turkish, Lufthansa, memang dasarnya mengenakan Fuel Surcharge (atau disingkat YQ) sehingga memang biaya redeem-nya mahal. Tips dari saya, silahkan cari program airline yang dasarnya tidak mengenakan fuel surcharge bahkan untuk partner airline sekalipun seperti Alaska (no YQ on JAL/CX).
Hi Vincent,
Kemarin ini saya baru saja terbang dengan rute yang sama dengan Business Class SQ juga, dan tentunya saya sudah membaca Review ini sebelum saya terbang (yang membuat saya tidak sabar untuk segera terbang), dan sekarang saya kembali lagi untuk baca ulang. Hehe.
Luckily, fasilitas Wi-Fi untuk kelas Business Class sekarang bukan hanya 2 jam, tapi full flight 18.5 jam π
Sepertinya SQ baru saja mengubah mekanisme fasilitas ini, sekitar 1-2 bulan yang lalu (Sekitar Sept/Okt 2022)
PS: Sayang sekali sewaktu saya terbang, sepertinya tidak ada aurora.
Saya juga tidur selama 10 jam selama penerbangan. Sangat nyaman sekali full-flat bed SQ.
Wow! Keren sekali pengalaman dengan auroranya.
luar biasa pengalamannya
terimakasih sudah berbagi
Hi Vincent,
Kemarin ini saya baru saja terbang dengan rute yang sama dengan Business Class SQ juga, dan tentunya saya sudah membaca Review ini sebelum saya terbang (yang membuat saya tidak sabar untuk segera terbang), dan sekarang saya kembali lagi untuk baca ulang. Hehe.
Luckily, fasilitas Wi-Fi untuk kelas Business Class sekarang bukan hanya 2 jam, tapi full flight 18.5 jam π
Sepertinya SQ baru saja mengubah mekanisme fasilitas ini, sekitar 1-2 bulan yang lalu (Sekitar Sept/Okt 2022)
PS: Sayang sekali sewaktu saya terbang, sepertinya tidak ada aurora.
Saya juga tidur selama 10 jam selama penerbangan. Sangat nyaman sekali full-flat bed SQ.
Hi Jovan,
Turut senang mendengarkan pengalaman flight Anda.
Benar, sekarang SQ sudah memberikan full WiFi untuk penumpang business di semua jenis pesawat kecuali Boeing 737-800.