Setelah terbang dari Jakarta menaiki business class Japan Airlines & bersantai di lounge first class Japan Airlines di bandara Tokyo Narita, selanjutnya saya akan menaiki first class Japan Airlines ke New York.
Untuk penerbangan first class ke New York (+business class dari Jakarta – Tokyo), saya menukarkan 75.000 miles Alaska + biaya sebesar US$59.95. Jika dibeli dengan uang, penerbangan ini dihargai Rp133 juta sekali jalan!
Penerbangan ini merupakan penerbangan first class internasional pertama saya dalam 15 bulan. Sebelumnya, saya selalu mendapatkan pengalaman terbang yang luar biasa dengan Japan Airlines. Oleh karena itu saya sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana pelayanan di first class JAL selama pandemi COVID-19 ini.
Penumpang penyandang disabilitas dipersilahkan untuk boarding pertama, kemudian disusul keluarga dan baru kemudian penumpang first class.
Karena sepinya jumlah penumpang, JAL hanya menggunakan 1 garbarata saja yang terletak di pintu paling depan. Artinya seluruh penumpang harus berjalan melewati kabin first class.
Kali ini, saya akan menaiki pesawat Boeing 777-300ER berusia hampir 12 tahun dengan nomor registrasi JA743J. Tiga minggu setelah saya, Erika juga mendapatkan pesawat yang sama. Selama masa pandemi ini, sepertinya JA743J hanya difokuskan untuk rute Tokyo – New York saja.
Japan Airlines First Class Tokyo Narita – New York JFK
- Nomor Penerbangan: JL8006
- Jenis Pesawat: Boeing 777-300ER
- Registrasi Pesawat: JA743J
- Rute: Tokyo Narita (NRT) – New York (JFK)
- Tanggal: Jumat, 7 Mei 2021
- Waktu: 11.31am – 10.44am (New York)
- Durasi Penerbangan: 12 jam 13 menit
- Kursi: 2A
Memasuki pesawat, saya disambut dengan ramah oleh 3 orang kru kabin yang diantaranya merupakan manager penerbangan, pramugari senior dan junior. Setelah duduk, satu persatu kru kabin datang untuk memperkenalkan diri.
Total, terdapat 8 kursi di kabin first class yang terbagi menjadi 2 baris. Saya memilih kursi 2A yang terletak di sebelah kiri belakang.
Persis di belakang kabin first class, terdapat kabin business class mini yang terasa sangat private. Japan Airlines menggunakan kursi business class Apex yang merupakan salah satu tipe kursi business class favorit saya.
Sebelum penumpang lain masuk, saya berkesempatan untuk mengintip ke kabin business class yang hanya terisi oleh 3 penumpang saja. Secara total, terdapat kurang dari 30 penumpang yang terbang menuju ke New York pada penerbangan ini, brutal!
Kembali ke first class, selain saya terdapat 1 orang penumpang lain bersama dengan anaknya yang duduk di 1G dan 1K. Total, terdapat 3 pramugari di kabin first class, yang berarti 1 pramugari untuk tiap penumpang.
Menunggu di kursi, terdapat amenity kit dari Etro & Shiseido Men (khusus penumpang laki-laki) serta noise cancelling headphone Bose Quiet Comfort 25. Penumpang perempuan akan mendapatkan amenity kit Cle de Peau.
Fitur massage di kursi first class ini tidak sebaik di kursi business class Japan Airlines yang saya naiki dari Jakarta.
Konfigurasi kursi first class Japan Airlines memang tidak menawarkan privasi yang total seperti produk kompetitor, namun produk ini masih tergolong solid & terasa luar biasa berkat soft product-nya.
Salah satu komplain saya akan desain kursi ini adalah letak power plug yang sulit dijangkau. Namun hal ini bisa diakali dengan membawa kabel charger yang panjang. Selain itu, tidak ada individual air nozzle sehingga suhu kabin bisa sewaktu-waktu terlalu panas/dingin.
Menunggu di kursi, terdapat sebuah binder bersampul kulit yang berisikan menu makanan & minuman, akses WiFi gratis, dan katalog duty free.
Saya pun tidak lupa mengukur kecepatan WiFi tersebut, yang mana memuaskan bagi saya. Membalas chat, mengirim foto, dan story Instagram bisa dilakukan dengan mudah tanpa kendala. Sayangnya jaringan WiFi terkadang hilang ketika terbang diatas Samudera Pasifik.
Saat sedang mengambil foto, seorang pramugari menghampiri saya & menawarkan minuman. Saya memilih segelas air yang diantarkan segera bersamaan dengan wet towel.
Setelah diantarkan minuman, kami akhirnya berbincang sejenak. Pramugari tersebut khawatir saya kelelahan dari penerbangan sebelumnya.
Well, mendapatkan kesempatan terbang di tengah pandemi (+ di first class) tentunya membuat saya merasa kebalikannya, I am very excited for this flight! Melihat rasa gembira saya, pramugari tersebut juga menawarkan untuk mengambil foto saya.
Setelah semua penumpang sudah menaiki pesawat, terjadi delay karena ada masalah pada pintu depan, pesawat baru memulai proses pushback pada pukul 11.12 pagi waktu Tokyo.
Durasi taxi adalah 19 menit sebelum akhirnya pesawat lepas landas pada pukul 11.31 pagi waktu Tokyo. Meskipun berangkat terlambat, penerbangan saya tiba 21 menit lebih awal dari jadwal ketibaan.
Pada pukul 11.43, lampu tanda sabuk pengaman dimatikan & menjadi pertanda dimulainya kesenangan saya selama 12 jam kedepan! ๐
Setelah tanda sabuk pengaman dimatikan, seorang pramugari langsung menyarankan saya untuk mengganti pakaian saya ke pajamas yang disediakan. Saya dibawakan sepasang sendal dan pajamas berukuran M yang mana pas untuk badan saya. Kini, JAL menggunakan pajamas generik tanpa merk & amenity kit dari ETRO. Dulunya, JAL menggunakan pajamas dan amenity kit dari Porsche Design.
Saya & Erika sangat menyukai pajamas baru ini karena teksturnya yang lembut & cukup stylish ketimbang pajamas maskapai lainnya. Saya tidak akan ragu untuk menggunakan atasan/bawahan dari JAL ini untuk keluar rumah.
Servis
Servis makan siang akhirnya dimulai pukul 12.01 siang waktu Tokyo, diawali dengan champagne.
Saya pribadi sangat yakin Japan Airlines adalah maskapai yang menyajikan champagne termahal di dunia, dimana champagne Salon disajikan untuk penerbangan dari Tokyo dan champagne Cristal disajikan untuk penerbangan ke Tokyo.
Sayangnya, JAL hanya membawa 1 botol Salon saja pada penerbangan ini, yang mana saya habiskan sendiri karena penumpang lain rupanya merupakan penggemar sake.
Tidak lama setelah disajikan, seorang pramugari menghampiri saya dan mengatakan “Mr. Vincent, we made a huge mistake by serving you the champagne with the wrong glass” sembari membawakan champagne flute pengganti. Servis di first class memang harus hingga ke detil terkecil! ๐
Makan
Japan Airlines secara bangga mempromosikan dirinya sebagai flying restaurant dan saya sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
Terbang di first class JAL serasa seperti bersantap di restoran Jepang Michelin star karena memang chef yang mendesain menu makanan untuk JAL merupakan chef Michelin star.
Berikut foto menu makanan & minuman secara lengkap:
Servis makanan dimulai dengan caviar dan champagne Salon 2007. Saya me-request agar disajikan caviar secara tradisional (langsung dari tin) karena pada opsi Japanese, caviar ditaburkan pada menu sashimi. Caviar disajikan dengan mother of pearl spoon dan crackers Arnott’s dikarenakan tidak adanya blini yang dibawa pada catering hari ini.
Bagi Anda yang penasaran dengan rasa caviar, saya mendeskripsikan rasanya seperti kombinasi cream cheese & butter. Anyway, Anda pastinya harus mencoba sendiri ๐ .
Untuk makan siang, saya memilih opsi menu Japanese yang sudah menjadi kewajiban bagi saya ketika terbang dengan maskapai Jepang. Berikut sajian seasonal five colorful delicacies – dari kiri ke kanan:
- Cherry Salmon & Green Asparagus with ‘Sansho’ Pepper Sauce dari Kagurazaka Ishikawa (3 Michelin Stars)
- Steamed Abalone with its Liver Sauce dari Kohaku (3 Michelin Stars)
- Sea Urchin & Beachwort with Soy Sauce & Rice Vinegar dari Kohaku
- Hard Clam & Udo Mountain Vegetable with a hint of Yuzu Citrus dari Kagurazaka Ishikawa
- Greenling with Truffle Sauce dari Kohaku
Pastinya seluruh hidangan seafood ini sangat fresh dan tidak berbau amis sama sekali. Favorit saya adalah Sea Urchin dan Greenling with Truffle Sauce. Sejenak saya lupa sedang menikmati makanan pesawat!
Tidak lupa sebelum bersantap, seorang pramugari menawarkan diri untuk mengambil foto saya.
Hidangan selanjutnya adalah Soup dari Ishikawa; Horsehead Snapper & White Sesame Tofu Topped with ‘Sansho’ Buds. Rasa soup ini sangat ringan serta ditemani sempurna dengan tahu dan ikan yang lembut.
Kemudian diteruskan dengan Sashimi dari Ishikawa; Seasonal Crab Covered with Vinegar Broth Jelly dan Kohaku; Caviar, Cream Cheese, Turnip & Radish with Yuzu. Keduanya sangat lezat, superb!
Hidangan selanjutnya adalah Wagyu Confit & Bamboo Shoot with Thick Butterbur Buds Sauce dari Ishikawa yang dihidangkan dengan Steamed Rice with Butterbur Stem & Burdock, Miso Soup with Wakame Seaweed, Deep-fried Tofu & Leek, dan Simmered Kelp, Yam & Turnip.
Hanya tersedia 1 pilihan untuk dessert, hasil kreasi dari Kohaku; Matcha Mousse, Sweet Soy Bean Sauce, Sherbet Flavored with Salted Cherry Leaves & Rice Chips. Jujur, dessert ini merupakan bagian yang paling tidak saya favoritkan dari seluruh sajian makanan yang spektakuler di penerbangan ini.
Makan siang ditutup dengan dibukanya sebotol teh spesial “Queen of Blue” yang disajikan secara dingin di gelas wine dan kemudian diikuti dengan segelas teh hijau otentik khas Jepang.
Istirahat
Selesai makan, saya memutuskan untuk bekerja sejenak & kemudian seorang pramugari menawarkan untuk mengubah kursi 2D di sebelah saya menjadi ranjang. Artinya saya akan mempunyai 1 kursi dan 1 ranjang.
Uniknya, matras JAL bisa dibolak-balik, dimana satu sisi lebih empuk dan sisi satunya lagi lebih keras. Saya memilih opsi yang lebih empuk.
Kru kemudian menawarkan cemilan untuk menemani jam kerja saya. Akhirnya saya memilih macaron dan Darjeeling tea dari Mariage Frères.
Diluar dugaan, macaron yang diberikan sangat empuk dan enak dengan tingkat kemanisan yang pas. Akhirnya saya meminta 1 macaron lagi dengan rasa lain; black sesame.
Akhirnya saya tertidur selama 3 jam lebih dan terbangun di tengah Samudera Pasifik dengan pemandangan yang menakjubkan.
Kemudian saya memaksakan diri untuk kembali tidur & berhasil tertidur pulas hingga akhirnya terbangun diatas Montana, tersisa 3 jam 45 menit lagi menuju New York.
Breakfast
Lampu kabin pun perlahan dinyalakan kembali seiring dengan matahari yang mulai terbit. Untuk breakfast, saya kembali memilih opsi Japanese; Simmered “Kuroge Wagyu” Beef Ginger Flavor.
Sebagai seorang penggemar Yoshinoya & Matsuya, tentu saya sangat menikmati hidangan ini. Bayangkan daging sapi Yoshinoya namun di-upgrade menjadi wagyu..
Saya kemudian meminta buah-buahan dan segelas cappuccino yang disajikan dengan cinnamon stir stick.
Highlight dari buah yang disajikan adalah melon khas Jepang yang sangat manis.
Kemudian saya diberikan 1 box cokelat dari Jean-Paul Hévin.
Lavatory
Terdapat 2 lavatory yang keduanya terletak di bagian depan kabin. Mengingat hanya ada saya dan pasangan bapak & anak, rasanya seperti saya mempunyai kamar mandi sendiri. Kamar kecil selalu dalam keadaan bersih setiap kunjungan saya.
Sebelum Mendarat
Setelah servis breakfast selesai, pesawat sedang berada di atas Lake Michigan dengan waktu penerbangan kurang dari 2 jam menuju New York.
Sebelum mendarat, semua kru kabin datang berterima kasih karena telah memilih terbang dengan Japan Airlines. Mereka juga dengan baik hari membawakan hadiah berupa miniatur pesawat JAL bertemakan Tokyo Olympic 2020, cemilan khas Jepang dan sebuah masker baru untuk saya.
Kru juga meninggalkan kartu perpisahan yang personal ๐
Sebagai kenang-kenangan, saya meminta izin untuk foto bersama dengan ketiga kru yang luar biasa.
Tidak terasa, akhirnya kapten kembali menyalakan tanda sabuk pengaman & menginformasikan bahwa descend akan segera dilakukan.
Akhrinya pesawat mendarat di New York pada pukul 10.44 pagi.
Tiba di gate 7 terminal 1 pada pukul 10.46.
Penutup
Japan Airlines adalah salah satu maskapai favorit saya bersamaan dengan kompetitornya senegaranya; ANA. Terbang dengan Japan Airlines selalu memberikan kesan & pengalaman yang luar biasa, terutama di kabin premium.
Impresifnya, Japan Airlines tidak melakukan cost cutting sama sekali pada soft product-nya meskipun sedang menghadapi situasi pandemi. Saya tidak akan ragu untuk kembali terbang dengan JAL ketika ada kesempatan lain.
(+) Servis yang luar biasa dari kru, makanan & minuman level Michelin star, dan kemudahan koneksi dari Jakarta ke New York
(-) Kursi yang outdated & tidak mempunyai fitur privasi layaknya kursi first class generasi baru, tidak ada individual air nozzle sehingga sewaktu-waktu suhu bisa terlalu panas/dingin
.
Omg Vincent next time harus coba whisky nya Ichiro’s Malt Chichibu JAL Exclusive. Karena saking langkanya, di reseller market itu bisa 2000SGD 1 botolnya
Hi, kartu kredit apa saja yang bisa kumpulin poin untuk miles pesawat JAL ? , krn kebanyakan kartu hanya biaa untuk SQ atau garuda .. terimakasih
Amel,
Anda bisa menukarkan Asia Miles untuk penerbangan JAL.
Hi,
Bagaimana cara terbaik untuk mengumpulkan Miles alaska ? Karena Citi Premiere Miles dengan 11 Partner maskapai tidak bisa ditukarkan ke Alaska.
Apa ada CC yg memiliki Partner tukar ke Alaska ?