Akhir tahun 2018 yang lalu, tiket penerbangan domestik di Indonesia menjadi sangat mahal. Untuk mengakali tiket yang mahal tersebut, banyak orang Indonesia yang transit di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura terlebih dahulu sebelum mencapai kota destinasi akhir.
Tgl 31 Mei 2019 kemarin, saya terbang dari bandara internasional Kualanamu (Medan) menuju bandara Soekarno Hatta via Kuala Lumpur. Karena tiket Malaysia Airlines lumayan murah dan saya merupakan anggota Enrich, saya memutuskan untuk menggunakan Malaysia Airlines.
Malaysia Airlines memiliki lounge yang dinamakan Golden Lounge, namun Golden Lounge tidak tersedia di bandara negara lain kecuali Inggris. Di bandara Kualanamu sendiri, penumpang Malaysia Airlines diberikan akses ke Saphire Mandai International Lounge.
Lokasi Saphire Mandai International Lounge
Bandara internasional Kualanamu hanya memiliki 10 gate yang membuat pengunjung tidak sulit untuk menemukan lounge ini. Setelah selesai dengan screening barang bawaan Anda, di depan akan terlihat ekskalator untuk turun ke bawah menuju gate keberangkatan.
Untuk menuju lounge ini, Anda terlebih dahulu harus melewati bagian imigrasi yang ada di antara gate 4 dan 5.
Setelah melewati bagian imigrasi, Anda hanya perlu berjalan menuju gate 1.
Di sekitar gate 2, Anda akan menemukan papan petunjuk lounge ini.
Lounge ini bisa diakses oleh penumpang Garuda Indonesia, Malaysia Airlines, Silk Air, AirAsia, Saudi Airlines, Mihin Lanka Airlines dan Cathay Dragon. Selain itu, pemegang Priority Pass dan kartu kredit sejumlah bank juga bisa mengakses lounge ini. Jam operasi lounge ini adalah dari pukul 05:00 sampai dengan 22:00 WIB.
Fasilitas
Meskipun di terminal internasional, lounge ini tidak begitu besar dan tidak begitu banyak pengunjung. Mungkin dikarenakan penerbangan internasional dari bandara Kualanamu belum begitu banyak. Di pintu depan lounge, terdapat 1 meja resepsionis dengan 1 orang petugas yang bertugas memeriksa boarding pass pengunjung.
Setelah masuk kedalam lounge, di bagian depan langsung terlihat satu buah ruangan yang dinamakan Private Room. Di dalam ruangan ini terdapat beberapa kursi dan meja kecil yang bisa digunakan jika pengunjung menginginkan ruangan yang lebih tenang.
Di samping kanan juga terdapat 2 ruangan yang kelihatannya seperti Private Room juga namun tidak ada nama untuk kedua ruangan ini.
Ruangan utama lounge ini terdapat food and drink corner dan memiliki kapasitas sekitar 50-60 pengunjung.
Colokan listrik tersedia di dekat beberapa meja dan kursi dan bentuknya bulat yang biasa digunakan di Indonesia. Saya sempat menanyakan apakah saya bisa meminjam colokan listrik universal kepada petugas yang berjaga, namun sayangnya mereka tidak menyediakan colokan listrik universal.
Di lounge ini juga disediakan smooking room bagi yang ingin merokok di dalam bandara, reflexology room dan musholla. Karena penasaran dengan reflexology room, saya pun mencoba masuk ke dalam. Namun sayangnya, reflexology room lounge ini sudah kosong dan tidak digunakan lagi.
Kamar kecil dan shower room (?)
Pada saat saya mencari tahu informasi mengenai lounge ini di laman Priority Pass, saya tidak menemukan adanya informasi fasilitas shower di lounge ini. Namun ketika saya masuk ke dalam kamar kecil, saya melihat ada satu ruangan yang kelihatannya seperti shower room dan sedang terbuka. Namun sayangnya di dalam shower room initerdapat beberapa handuk yang sedang dijemur. Menurut saya, jika memang shower room ini dikhususkan untuk pengunjung, saya rasa shower room ini tidak layak dipakai.
Makanan dan minuman
Kota Medan merupakan salah satu kota wisata kuliner di Indonesia. Sebelum datang ke lounge ini, saya benar-benar berharap tinggi kepada kualitas makanan yang dihidangkan di lounge ini. Namun sayangnya, saya sangat kecewa sekali dengan kualitas makanan yang ada di lounge ini.
Untuk makanan utama, lounge ini menyediakan lontong sayur Medan yang menurut saya terlalu hambar. Selain itu, terdapat juga kwetiau goreng dan nasi goreng yang tidak terlihat menarik.
Dari seluruh makanan yang tersedia, saya hanya mencoba lontong sayur Medan dan makanan ringan berupa kue keju dan kue Nagasari. Jika Anda pernah mencoba kue Nagasari, Anda akan tahu mengenai tekstur kue Nagasari yang lembut dan sedikit kenyal. Namun, setelah saya membuka kue Nagasari yang saya ambil, bagian dalam kue tersebut langsung hancur berantakan.
Penutup
Fasilitas yang dimiliki oleh Saphire Mandai International Lounge sebenarnya cukup bagus menurut saya. Namun sayangnya fasilitas yang bagus tersebut tidak dibarengi oleh perawatan yang baik. Pada saat saya mengambil gambar lounge, saya mendengar ada petugas yang berbisik mengatakan bahwa saya sedang mengambil gambar lounge. Dan setelah itu, saya melihat beberapa petugas langsung bergerak untuk bersih-bersih.
Saya tidak tahu apakah kualitas makanan dan kebersihan lounge ini dari dulu seperti ini atau tidak karena ini merupakan akses pertama saya ke lounge ini. Tidak menutup kemungkinan saya akan mengunjungi lounge ini lagi karena di terminal internasional hanya ada 1 lounge yang bisa diakses. Mudah-mudahan pada saat itu kualitas makanan dan kebersihan lounge ini sudah meningkat.
Hahahaha,Namanya Medan Bung Pak Edwin.di Medan
1.Kartu Kredit jarang mereka pakai
2.karena tidak laku/ramai makanya fasilitasnya kurang jadinya kayak begitu
3.rata2 org Medan itu Jarang menikmati/tahu fasilitas yg didapatkan dari Kartu Kredit,Dsb.
Itulah beberapa sebabnya.coba dibandingkan sama Jakarta pasti saya yakin sangatlah berbeda.saya sendiri pernah menikmati beberapa Fasilitas disini,tapi tidak Worth it dari segi pelayanan dsb.
So i Agree dengan hal yg dikeluhkan oleh Pak Edwin.
Halo Pak Andy,
Saya sangat setuju dengan pendapat Pak Andy. Mungkin masyarakat Medan harus membaca artikel-artikel PinterPoin agar lebih mengerti mengenai dunia per-poin-an hehe
Terima kasih Pak Andy karena sudah membaca artikel ini ๐
Salam,
Eddy
Jauh lbh berkwalitas yg Saphire Lounge domestik klu di kuala namu.yg inter malah gak worth it.
Medan..medan..bikin malu aja awak anak medan
Berbanding terbalik waktu saya kesini sehari setelahnya (1 Juni 2019). Waktu siang itu ramai sekali sebelum saya masuk, dan setelah beberapa menit pun tetap ramai. Beberapa pengunjung juga ada yang pakai kartu kreditnya untuk masuk. Ekspektasi terlalu tinggi karena melihat biasanya lounge itu agak berkelas, tapi hanya biasa saja terutama dari makanannya. Untungnya saya sudah kenyang dan hanya ngambil pisang goreng yang bentuknya tidak karuan itu.