Dalam rangka pembukaan 25hours Hotel Jakarta The Oddbird, saya berkesempatan menginap di hotel ini khusus untuk bisa membuat ulasan ini.
25hours Hotel Jakarta The Oddbird adalah hotel bintang 5 yang sekaligus merupakan salah satu hotel premium dalam jaringan Accor Live Limitless melalui Ennismore. Hotel yang dibangun oleh Agung Sedayu Group di kompleks District 8 ini merupakan hotel 25hours pertama di Asia Pasifik, dan seperti Swissotel Nusantara dikembangkan dalam waktu yang cukup cepat (2 tahun; sebagai perbandingan, menurut Bruno Marti selaku Executive Vice President Brand Marketing Ennismore, mengembangkan hotel serupa di Eropa bisa memakan waktu hingga 5 tahun).
Di dalam post ini:
Pemesanan
Walaupun gedung hotel ini sudah lama dibuka sebagian sebagai Ashta Residence, bagian yang menjadi hotel 25hours Jakarta The Oddbird baru pertama dibuka pada 22 November 2024. Saya memesan hotel ini di situs Accor Live Limitless di hari saat akan menginap sebagai berikut:
- Status: Platinum dengan Accor Plus
- Kamar dipesan: Medium Urban
- Kamar setelah di-upgrade: Large Urban (kamar lebih besar; upgrade 2 kategori)
- Rate: Hello Strangers, lets talk and spend the night together. Member’s Exclusive (sarapan termasuk sebagai manfaat Platinum)
- Total: Rp2.520.000 nett untuk 1 malam
- Dibayar dengan 7.000 poin Accor Live Limitless (ALL) + Rp173.668
Lokasi 25hours Hotel Jakarta The Oddbird
25hours Hotel Jakarta The Oddbird berada di dalam kompleks District 8, yang tepat di antara jalan Senopati dan Sudirman Central Business District (SCBD) bagian barat. Berbeda dengan The Langham Jakarta yang menghadap SCBD, hotel ini berada lebih dekat dengan jalan Senopati.
Lobi hotel akan nampak ketika belok kanan setelah pintu masuk District 8 sisi Senopati (yang menghadap mal ASHTA). Salah satu hal yang saya kurang suka dari kompleks ini adalah Anda harus membayar biaya parkir bahkan hanya untuk turun di lobi hotel, terutama bagi Anda yang menggunakan taksi.
Selain dari akses mobil, hotel 25hours juga tersambung dengan mal ASHTA. Mal ini memiliki jam operasional standar (10.00 – 22.00), dan juga memiliki supermarket The Gourmet di lantai LG.
Bicara tentang mal ASHTA dan kompleks District 8, kompleks ini sangat tepat memiliki hotel seunik 25hours mengingat mal yang unik (banyak tenant yang membuka toko pertama di Indonesia di sini) dan hotel tetangganya The Langham Jakarta yang juga merupakan hotel pertama dari merek tersebut di Indonesia.
Apabila Anda masuk dari mal, Anda akan masuk melalui toko 25h things.
Lobi dan Check-In
Lobi hotel ini bisa diakses dari area drop-off. Memang nampak biasa saat jam normal, tapi good luck saat antrean keluar kompleks mengular ketika jam pulang kerja (kantor saya di District 8, jadi kadang merasakan juga macetnya ๐ )
Toko 25h things menjual berbagai pernak-pernik khas 25hours beserta beberapa koleksi unik.
Di sisi depan area drop-off terdapat lobi kecil untuk membantu proses check-in. Proses check-in saya di awal pagi (sebelum saya kerja) dibantu oleh Lingga, yang mengkonfirmasi status upgrade saya menjadi kamar “Medium Plus”, yang merupakan kamar sedikit lebih besar dengan kasur king.
Saya meminta di-upgrade ke kamar yang lebih besar (Large) karena memesan kamar jenis “Medium Plus” dan awalnya tidak diizinkan, sampai Galih selaku asisten manajer front office memeriksa pemesanan saya dan baru kemudian mengizinkan upgrade ke kamar “Large” karena kesalahan penamaan kamar di sistem. Hotel ini memberlakukan upgrade 1 kategori dengan cukup ketat, sehingga kalau Anda ingin mengincar salah satu jenis kamar, silakan pesan kamar di tingkat di bawahnya persis. Waktu late check-out saat itu juga masih terbatas di jam 1 siang, yang kemudian hanya bisa diperpanjang menjadi jam 1.30 saat hari keberangkatan.
Berikut penulisan jenis kamar yang salah tersebut – kamar jenis “Medium” ditulis sebagai “Medium Plus”. Sebagai referensi, berikut tingkatan kamar di hotel ini:
- Medium – kamar standar, hanya tersedia kasur twin dengan desain “Urban” (kota; ini yang saya pesan),
- Medium Plus – kamar sedikit lebih besar, hanya tersedia kasur king dengan desain “Urban” maupun “Garden” (taman; juga menghadap ke arah selatan Jakarta),
- Large – kamar lebih besar, hanya tersedia kasur king dengan desain “Urban” maupun “Garden”,
- Extra Large – suite standar, hanya tersedia kasur king dengan desain “Urban”,
- Gigantic – suite sedikit lebih besar, hanya tersedia kasur king dengan desain “Garden”,
- Gentlemen Suite dan Rockstar Suite – suite besar, masih belum dijual.
Kembali lagi ke proses check-in. Karena perubahan kamar tersebut, kamar saya baru akan siap beberapa jam seusdahnya, jadi saya tinggal terlebih dahulu untuk bekerja di kantor.
Di lobi kecil ini terdapat beberapa tempat duduk yang didesain dengan konsep loft untuk menghemat tempat.
Berbeda dari lobi hotel-hotel lain yang menonjolkan sofa, lobi di sini memiliki cukup banyak kursi dengan mena memanjang. Walaupun konsep loft terdengar menarik, tempat di lantai atas terasa cukup panas, sehingga lebih baik tetap di lantai bawah.
Selain di lantai dasar, terdapat lobi utama di lantai L, yang bisa diakses dengan lift.
Setelah kamar saya siap di sekitar jam makan siang, saya mendapatkan folder kartu yang berisikan kunci kamar.
Hotel ini memiliki 4 lift. Walaupun terkesan banyak, sebetulnya jumlah lift-nya relatif sedikit karena bukan hanya dipakai sebagai akses ke parkir di basement, namun juga dipakai untuk Ashta Residence sekaligus.
4 lift di sini digunakan untuk ruang rapat, 2 hotel dengan total 345 kamar (walaupun beberapa lantai masih belum buka), dan juga fasilitas umum.
Lorong kamar di sini tidak memiliki jendela dan dihiasi wallpaper berwarna hitam, sehingga cukup gelap.
Saya menginap di kamar 1519, kamar berukuran lebih besar.
Kamar
Large Urban
Jenis kamar | Kamar lebih besar |
Luas kamar | 45 m2 |
Ruang tamu terpisah | Ya |
Jenis kasur | 1 king |
Meja kerja | Tidak |
Sofa | Tidak |
Kamar mandi | 1 |
Bak mandi/pancuran | Pancuran |
Minibar | Ya, gratis |
Akses lounge | Tidak |
Lainnya | Bangku, pemutar vinyl |
Begitu saya masuk, saya langsung disambut dengan kamar yang nampak cukup lega dan dengan desain yang terasa hip sesuai temanya kota. Untuk jenis kamar yang seukuran (“Large”), terdapat juga desain kamar “Garden” yang lebih bertemakan tumbuhan.
Area minibar dan tempat menaruh koper yang biasanya di lorong sempit sebelah pintu dibuat menjadi terbuka, sehingga nampak lega.
Tepat di sebelah pintu terdapat tempat untuk menaruh koper dan gantungan baju, di mana terdapat tas dari terpal truk untuk dipinjamkan (tapi mahal kalau mau dibeli).
Di rak minuman terdapat mesin espresso beserta teh dan kopi, dengan kulkas minibar di bawahnya.
Item di minibar gratis, walaupun memang tidak terlalu banyak dan isi ulang dikenakan biaya (bisa dipesan melalui TV cerdas).
Meja berukuran sedang memisahkan minibar dan area pakaian dengan tempat tidur..
Di atas meja terdapat air mineral dari botol kaca dan juga pot gelas tanaman. Walaupun saya berharap ada Aqua Reflections seperti di Swissotel Nusantara (atau saya berharap terlalu banyak?), pilihan air ini sama seperti di hotel-hotel premium Accor lain seperti Pullman Jakarta Central Park, dan juga lebih baik daripada teko air yang umum ditemukan di berbagai hotel Ibis atau Mercure.
Kamar ini memiliki 1 kasur berukuran king yang sedikit keras, meskipun untungnya bantalnya enak. Bicara tentang kasur, hotel ini tidak memiliki extra bed, sehingga mungkin kurang cocok untuk keluarga.
Berikut kasurnya ketika malam hari, lengkap dengan lampu baca di atas kasur yang cukup terang dan boneka burung sebelum saya taruh di samping.
Boneka burung yang disediakan di kamar bernama Jacky, dan tidak, bonekanya tidak untuk dibawa pulang (tapi bisa dibeli di toko 25h things).
Di sebelah kasur terdapat telepon, catatan, saklar kendali lampu, dan juga stopkontak standar Eropa/Indonesia.
Di sisi sebelah, terdapat speaker Bluetooth dari Nakamichi dan juga stopkontak universal.
Di hadapan kasur tentunya ada TV, namun selain itu ada juga berbagai hiasan di rak di atas.
TV di kamar ini menggunakan TV cerdas, di mana Anda bisa juga memesan room service (walaupun sayangnya program sewa sepeda masih belum ada)
Salah satu keunikan kamar ini adalah pemutar vinyl, yang berfungsi dan juga dilengkapi dengan 1 keping untuk hiburan.
Bangku dan kursi standar disediakan lengkap dengan meja, walaupun lebih meja untuk bersantai daripada meja untuk bekerja (dan tidak separah Ibis Surabaya Tidar). Di kamar jenis “Garden”, bangku dan kursi besi ini diganti dengan sofa, kursi kayu, dan juga hammock.
Pemandangan kamar ini menghadap gedung-gedung lain di District 8. Ini mungkin sesuai bagi Anda yang jarang dikelilingi gedung-gedung tinggi, namun bagi saya yang kantornya nampak di situ tentu akan jauh lebih memilih kamar yang menghadap Jakarta bagian selatan ๐
Berikut pemandangan ketika malam (ingat, lampu gedung menyala = masih banyak yang lembur).
Di sebelah area tempat tidur terdapat kamar mandi dengan susunan memanjang, sehingga terasa sedikit sempit saat di dalam.
Berbeda dari kebanyakan hotel jaringan Accor, amenity sekali pakai yang disediakan di kamar mandi sangat minim, termasuk juga tidak ada sikat gigi (yang bisa dibeli terpisah).
Kloset di kamar mandi ini menggunakan kloset standar, yang dipasangkan dengan bidet terpisah.
Fasilitas mandi di kamar ini menggunakan pancuran (shower) di bilik yang cukup luas.
Amenity di kamar mandi disediakan oleh Oaken Lab.
Aliran airnya sayangnya sedikit pelan, walaupun masih cukup untuk mandi.
Selain itu, masalah minor lain ada pada pengencang gagang pintu shower yang tidak dilem, sehingga bisa diputar dengan mudah.
Amenity
Amenity yang disediakan di kamar ini terdiri dari coklat dan kuki.
Biasanya saya berharap ada surat selamat datang juga, walaupun saat itu tidak ada (mungkin karena perubahan kamar mendadak).
Makanan dan Minuman
Saat ini 25hours Hotel Jakarta The Oddbird memiliki 1 restoran, COPA, yang berfungsi sebagai restoran all-day dining. Selain itu, terdapat juga bar The Oddbird Bar, kedai kopi, dan pool bar Cabana.
Minuman Selamat Datang (Welcome Drink)
Accor adalah satu-satunya hotel loyalty program yang secara spesifik menyebutkan welcome drink sebagai manfaat status elit. Walaupun demikian, implementasi welcome drink ini berbeda-beda di setiap hotel.
Di 25hours Hotel Jakarta The Oddbird, welcome drink diberikan menggunakan voucher digital di aplikasi Accor Live Limitless, dan bisa ditukarkan di The Oddbird Bar atau di kedai kopi di lobi.
Manfaat welcome drink di sini tidak dibedakan berdasarkan status, namun minumannya bisa berbeda:
- Kedai kopi di lobi: Jus jeruk chilled (bukan segar; kalau tidak meminta spesifik kopi, saya hanya akan mendapatkan jus jeruk tersebut),
- Oddbird Bar: Kopi, teh, soft drink, atau mocktail, atau
- Cabana: Belum sempat mencoba.
Untuk kupon welcome drink pertama, saya memilih oatmilk latte, yang disajikan dengan gula diet.
Keesokannya saat saya sedang rapat di The Oddbird Bar, saya memesan mocktail “Oriolus Oriolus” (ya, semua minuman racikan buatan hotel menggunakan nama burung) menggunakan kupon kedua.
Sebagai referensi, berikut menu minuman di bar.
Bicara tentang barnya sendiri, The Oddbird Bar terletak di sebelah restoran COPA, dan juga sesuai tema hotelnya dilengkapi dengan desain burung.
Bar ini dilengkapi dengan beberapa sofa maupun kursi santai, dan seperti tempat-tempat lain di hotel ini terasa cozy.
Sarapan
Sarapan tersedia di restoran COPA. Di hotel ini, sarapan gratis bisa didapatkan dengan cara:
- Menjadi member ALL dengan status Platinum atau ke atas, atau
- Menggunakan voucher sarapan gratis dari Accor Plus Indonesia.
Restoran COPA merupakan restoran all-day dining hotel ini, yang sekaligus menjadi restoran untuk sarapan. Restoran ini dapat diakses di lantai L.
Pintu masuk utama restoran ini terdapat di sebelah lobi, dan saya diizinkan masuk setelah memberitahukan nomor kamar.
Area makannya sendiri cukup indah dengan desain yang bergaya klasik di area utama.
Di seelah kanan dari pintu masuk areanya berubah menjadi sedikit lebih kontemporer. Sialnya, saya belum menemukan stopkontak yang mudah diakses di sepanjang restoran, sehingga memberikan tantangan tersendiri saat ingin bekerja sambil sarapan.
Selain area tertutup yang bernuansa klasik, terdapat area dengan atap dan pintu kaca yang cukup terang. Di luar sendiri terdapat teras, namun tidak dilengkapi dengan meja makan.
Selain tempat makan umum, restoran COPA juga memiliki area untuk private dining hingga 8 orang.
Karena saya merupakan salah satu, kalau bukan yang pertama sarapan di hari itu, saya masih bebas memilih meja. Setting meja di restoran ini cukup unik (kalau tidak mau dibilang sedikit pelit) untuk standar hotel premium di Indonesia karena tidak langsung menyediakan sendok makan, yang harus diambil di area prasmanan.
Selain prasmanan, di tiap meja terdapat menu a la carte yang terbatas.
Bisa dibilang “jantung” restoran ini adalah area prasmanan hidangan panas yang juga menjadi dapur terbuka (open kitchen) untuk menu-menu a la carte.
Prasmanannya hanya memiliki sedikit pilihan. Cukup untuk sarapan, ya, tapi tidak bisa dibandingkan dengan hotel-hotel dengan restoran yang lebih besar.
Selain telur yang dimasak sesuai keinginan, terdapat juga shakshouka dan juga telur panggang isi sosis.
Di prasmanan hanya tersedia pendamping bubur dan sup, di mana keduanya perlu dipesan terlebih dahulu.
Buah dan sayur segar serta beberapa hidangan dingin seperti yogurt dan oat terdapat di meja di ruangan ekstensi restoran.
Di pojok kiri terdapat beberapa variasi roti dan juga penutup berdasarkan roti.
Beberapa jenis pastry seperti donat dan croissant anehnya ditaruh di ujung yang berlawanan.
Kedua menu roti tersebut diapit oleh potongan daging dingin (cold cuts) dan sereal.
Minuman disajikan secara swalayan, dengan pilihan kopi dari mesin espresso swalayan atau teh dari Singabera, di luar 3 jenis jus (jus semangka dan melon segar atau jus jeruk chilled).
Berikut beberapa makanan yang saya coba untuk sarapan kali ini, termasuk satu-satunya opsi makanan Amerika Latin di menu a la carte.
Soto yang disajikan di hari itu adalah soto Bandung, yang menggunakan potongan daging seperti di tongseng, namun dimasak berbeda.
Saya juga memesan omelet, yang cukup baik walaupun isiannya relatif sederhana.
Secara keseluruhan sarapannya dibawah ekspektasi. Walaupun kualitas dan rasanya masih relatif bisa diterima (kecuali daging sapinya yang agak keras dan kecil), menunya sangat terbatas dibandingkan dengan hotel-hotel besar lain. Selain itu, menunya yang relatif standar juga tidak menggambarkan ciri khas restoran ini sebagai restoran Amerika Latin, sehingga terasa seperti missed opportunity untuk mengajak tamu juga kembali ke restoran untuk makan siang dan malam.
Saya juga sempat mengunjungi restoran ini kurang lebih jam 9 pagi, dan restorannya sudah penuh (padahal kamarnya baru dibuka 4 lantai), sehingga sampai restoran lain dibuka (akan ada 2 lagi menurut Alex Kusuma selaku CEO ASRI), mungkin akan ada saat di mana Anda perlu mengantre untuk sarapan.
Fasilitas Lain
Seperti di berbagai hotel lain, 25hours Hotel Jakarta The Oddbird menawarkan Wi-Fi gratis.
Wi-Fi di hotel ini sangat cepat, cukup untuk melakukan streaming maupun bekerja.
Di lantai 9, terdapat area rapat, yang masing-masing dinamai dengan beberapa kota besar. Alih-alih foyer kosong, foyer di sini dibentuk sebagai tempat prasmanan kecil.
Ruang rapat sendiri bisa diakses melalui lorong.
Berikut ruang rapatnya saat digunakan pada konferensi pers pembukaan hotel ini. Konferensi pers ini dihadiri oleh diantaranya Bruno Marti dari Ennismore, Garth Simmons dari Accor, dan Alex Kusuma dari ASRI (anak perusahaan Agung Sedayu Group).
Di lantai yang sama, terdapat juga beberapa fasilitas kebugaran seperti kolam renang. Karena lokasinya yang di atas sekelompok gedung, kolamnya sendiri tidak terlalu besar.
Selain kursi malas yang menghadap kolam, terdapat juga beberapa sofa sedikit lebih jauh dari tepi kolam.
Sesuai dengan nama hotelnya, bahkan pintu kamar mandi kolam renang pun menggunakan gambar burung.
Walaupun kolamnya kecil, terdapat pool bar bernama Cabana, walaupun memang sedang tutup karena sangat pagi.
Tak lupa juga terdapat gym yang cukup luas., walaupun peralatannya memang sedikit kurang lengkap.
Di balik kaca terdapat spa, yang belum sempat saya foto karena ketika saya berkunjung masih tutup (dalam arti, saya yang datang terlalu pagi, bukan spa-nya masih elum beroperasi).
Ingin minum yang segar? Di gym terdapat air minum dingin yang bisa Anda nikmati.
Hal yang paling menarik di area publik hotel ini justru berada di lobi dengan banyaknya tempat duduk yang ramah digunakan untuk bekerja.
Sama seperti lobi di lantai GF, lobi di lantai L juga memiliki area loft dengan beberapa tempat duduk.
Dari atas loft nampak area lobi, yang di malam pembukaan digunakan sebagai akses masuk acara ulang tahun salah satu media. Di balik kotak merah tersebut tersimpan juga area co-working tambahan, walaupun saya belum sempat mausk karena ramainya keadaan malam itu.
Bahkan sofanya pun dilengkapi dengan stopkontak di lantai, yang tentunya cukup langka di lobi hotel.
Untuk mendukung bekerja (dan bersantai), lobi hotel dilengkapi dengan kedai kopi. Memang kopinya sedikit mahal, namun bisa sangat worth it untuk “membeli” lokasinya yang tenang, dan juga masih lebih murah daripada kopi Rp80 ribu yang terkenal itu bahkan setelah pajak dan service charge.
Kamar kecil umumnya juga relatif bersih dan menggunakan amenity yang sama seperti di kamar.
Penutup
25hours Hotel Jakarta The Oddbird merupakan hotel premium yang sangat unik.
Di tengah banyaknya hotel-hotel premium yang bernuansa bisnis di Jakarta, 25hours Hotel Jakarta The Oddbird menawarkan konsep yang sangat menyegarkan. Dengan desain yang unik dan akses yang sangat praktis, hotel ini menawarkan value for money yang cukup baik, apalagi di daerah SCBD yang minim hotel premium (Alila SCBD, The Langham Jakarta, dan The Ritz-Carlton Jakarta Pacific Place semuanya merupakan hotel mewah).
Selain itu, hotel ini juga menawarkan salah satu, kalau bukan area co-working di lobi hotel terbaik di Jakarta, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi Anda yang membutuhkan tempat kerja (belum lagi kalau Anda memanfaatkan 1 kopi gratis/hari dari Ennismore Dis-Loyalty, yang bisa menawarkan value luar biasa apabila sering digunakan).
Di sisi lain, kelemahan utama hotel ini ada pada sarapannya yang masih terbatas untuk hotel serupa, dan juga manfaat yang cukup pelit. Memang hotel ini memenuhi syarat dan ketentuan di atas kertas, namun bisa dibilang sedikit pelit dengan upgrade hanya 1 kategori dan late check-out yang hanya diperpanjang sebentar bahkan dengan status Platinum.
Secara keseluruhan, saya menyarankan Anda untuk menginap di hotel ini bagi Anda yang ingin staycation dengan pasangan, atau pergi untuk keperluan bisnis di sekitar SCBD, namun jangan lupa untuk menjaga ekspektasi, terutama bagi Anda yang memiliki status elit di program Accor Live Limitless.
Keren bgt detailll every spot review for this hotel, thanks Bro! harus cobain nih