Highlight perjalanan saya ke Amerika kali ini adalah salah satu penerbangan impian para pecinta aviasi (avgeek) yaitu rute “Island Hopper” United Airlines, yang merupakan penerbangan antara Honolulu (HNL) dan Guam (GUM) dengan (seharusnya) 5 perhentian di tengah samudera Pasifik.
Ini adalah penerbangan ke-11 sampai ke-15 dari seri 17 penerbangan dalam perjalanan saya ke Amerika Serikat menggunakan airline miles.
Penerbangan ini dapat dipesan sendiri, atau sebagai bagian dari perjalanan transpasifik dari Amerika Utara ke Asia. KrisFlyer sendiri memiliki aturan maksimal 6 penerbangan dalam 1 lembar tiket award Star Alliance, jadi dengan aturan tersebut saya betul-betul memaksimalkan jatah yang diberikan. Patut diperhatikan bahwa:
- Walaupun ada banyak penerbangan dari daratan utama Amerika Serikat ke Honolulu, banyak penerbangan yang hanya tersedia sebagai award Everyday (dalam arti, tidak bisa diakses oleh maskapai rekanan), apalagi penerbangan dari Amerika Serikat bagian tengah atau timur langsung ke Honolulu, dan
- United sendiri hampir memonopoli penerbangan di bandara Guam (dan Guam sendiri bukan bandara besar), sehingga untuk kembali ke Indonesia saya harus transit dari Guam ke Jepang atau Filipina terlebih dahulu.
Tiket ini merupakan bagian dari perjalanan saya dari San Francisco SFO ke Jakarta CGK, dan diterbitkan secara bertahap hingga perubahan terakhir pada 19 November 2022, 1 hari sebelum jadwal keberangkatan penerbangan pertama.
Total yang saya perlu bayarkan untuk trip kali ini adalah 74.500 KrisFlyer miles + tuslah bahan bakar (fuel surcharge) dan pajak US$177,4 + biaya perubahan US$100 (2 x US$50), dan tentunya belum termasuk belasan jam yang saya dedikasikan untuk membangun tiket dan menghubungi Singapore Airlines berulang kali.
Walaupun sebagian besar penerbangan dioperasikan oleh United, karena penerbangan ini dipesan menggunakan KrisFlyer miles, maka tiket tetap diterbitkan dalam lembar tiket Singapore Airlines.
Tentang United “Island Hopper” dan Operasional United Airlines di Mikronesia
Daerah Mikronesia sendiri hanya terdiri dari pulau-pulau yang sangat sepi dan juga bukan tempat tujuan wisata populer, jadi United “mewarisi” rute penerbangan di Mikronesia dari maskapai lain (untuk bukti seberapa kecil pasarnya, United sendiri “hampir” memonopoli penerbangan di Mikronesia).
Kedekatan daerah Mikronesia dengan Amerika Serikat bisa dilihat dari sejarahnya saat menjadi daerah perwalian PBB yang dijalankan oleh Amerika Serikat setelah Perang Dunia kedua.
Pada tahun 1968, Continental Airlines bersama dengan Aloha Airlines dan United Micronesia Development Association (perusahaan lokal di daerah Mikronesia) membentuk Air Micronesia, yang awalnya mendapatkan kontrak untuk menerbangi rute di Mikronesia dengan pesawat jet, lengkap dengan membentuk operasional di sana.
Seiring berjalannya waktu, Air Micronesia sendiri berubah menjadi Continental Micronesia, yang kemudian menjadi Continental sebelum akhirnya menjadi United seperti yang kita kenal. Walaupun begitu, operasional penerbangannya tidak berubah signifikan dengan tetap mengutamakan 3 fokus:
- Penerbangan dalam Mikronesia
- Penerbangan Mikronesia ke Asia
- Penerbangan Mikronesia ke Amerika Serikat
Penerbangan Island Hopper sendiri merupakan penerbangan “asli” sejak zaman Air Micronesia, dan tentunya menjadi bagian penting dari ketiga fokus di atas:
- Island Hopper menghubungkan pulau-pulau kecil di Mikronesia bagian timur, dan dengan transit di Guam juga bisa terhubung dengan Mikronesia bagian timur (Yap YAP, Palau ROR, dan Saipan SPN)
- Island Hopper sendiri terhubung dari/ke penerbangan ke Manila MNL di hari yang sama, dan penerbangan dari/ke Jepang hanya memerlukan transit 1 malam di Guam, dan
- Island Hopper dengan ujung di Honolulu menawarkan cukup banyak koneksi ke daratan Amerika Serikat, mulai Los Angeles LAX sampai New York/Newark EWR.
Sebelum Berangkat
2 1/4 jam sebelum berangkat saya menerima email informasi keterlambatan penerbangan dari United karena jam istirahat awak kabin.
Saya sudah melakukan proses check-in di San Francisco di hari sebelumnya dan mendapatkan boarding pass di sana. Untuk penerbangan kali ini saya menggunakan pas naik ke-3 sampai ke-8; total 6 keping.
Oleh karena itu, saya tiba di bandara 1 1/2 jam sebelum jadwal keberangkatan awal, atau 4 jam sebelum jadwal keberangkatan baru.
Berbeda dengan bandara lain di Amerika Serikat, sebelum terbang keluar (dan masuk) Hawaii, tas Anda harus diperiksa oleh dinas pertanian setempat.
Saya sendiri sudah melakukan check-in, sehinga bisa langsung melanjutkan ke pemeriksaan keamanan. Karena bandara Honolulu baru buka agak pagi, antrean pun memakan waktu cukup lama.
Ini artinya, saya baru bisa masuk ke area ruang tunggu 30 menit setelah mulai mengantre. Di Amerika, tidak ada pemeriksaan imigrasi sebelum terbang keluar negeri.
Sebagai anggota KrisFlyer Elite Gold (hasil promo KrisFlyer Status Credit di tahun 2021), saya pun masuk ke lounge United Club.
Karena saya merupakan anggota Star Alliance Gold, staf lounge sendiri mengarahkan saya untuk pertama menghubungi customer service United Premier, walaupun mereka mengarahkan saya ke agen United standar dan masih saja tidak dapat membantu karena tiket saya merupakan lembar tiket Singapore Airlines.
Setelah kemudian menghubungi customer service Singapore Airlines saya pun ditawarkan untuk pulang lewat Seoul (ICN) dengan Asiana, walaupun terpaksa saya tolak dan sudah hampir waktunya naik pesawat ke Guam.
Saya sendiri tidak sempat mengulas lounge-nya karena terlalu berfokus pada nasib penerbangan lanjutan saya, namun lounge-nya sendiri cukup nyaman dan tenang saat saya di sana.
Jangan bertanya soal makanannya – tak terhitung berapa potong Spam dan “es krim” non-susu rasa nanas yang saya makan sambil menghubungi call center United dan Singapore Airlines, dan juga koktail mai tai dijual di bar dengan harga US$10 (wine, bir, dan spirit standar tetap tersedia gratis).
Honolulu (HNL) sendiri bukan merupakan hub United, sehingga tidak terlalu banyak penerbangan yang ditawarkan.
Penerbangan kali ini dioperasikan oleh Boeing 737-800 dengan seri N73299 berumur 17 tahun.
Di Dalam Penerbangan
Perkenalan Kursi
Pesawat Boeing 737-800 untuk penerbangan ini dilengkapi dengan 12 kursi kelas bisnis – sebetulnya ada 16 kursi, namun baris pertama dikhususkan sebagai tempat istirahat pilot dan baris kedua tidak dijual karena baris pertama diatur supaya bisa rebah sangat dalam.
Selain itu, kursi lorong kiri di kelas ekonomi baris pertama, yang juga merupakan kursi kelas ekonomi dengan ruang kaki tambahan diblok untuk tempat duduk mekanik.
Untuk penerbangan pertama hari ini saya duduk di kursi 14A, kursi kelas ekonomi standar di kabin bagian depan. Di penerbangan berikutnya, saya akan berpindah kursi beberapa kali, tapi pada dasarnya kursinya sama.
Ruang kaki di kursi ini cukup standar, dan kursinya sendiri memiliki fasilitas yang cukup untuk pesawat berbadan sempit. Saya sendiri tidak mengalami masalah terbang selama 14 jam di kursi serupa (di penerbangan kali ini saya berpindah kursi beberapa kali), walaupun tentu kursi Economy Plus nampak menarik setelah terbang cukup lama.
Walaupun betul United cukup baik untuk menyediakan layar hiburan, pilihannya sangat terbatas karena penerbangan ini diluar daratan Amerika Serikat. Selain itu, karena sistemnya cukup tua, layarnya hanya bisa diatur dengan remote.
TV sendiri dikendalikan oleh remote di sandaran tangan.
Selain di layar, opsi hiburan yang tersedia bisa juga ditemukan di majalah Hemispheres.
Bicara tentang majalah, bacaan di kantong kursi terdiri dari kartu petunjuk keselamatan, majalah, iklan kartu kredit (dan betul, iklannya masih ada bahkan untuk penerbangan dari Guam ke Asia sekalipun), dan tidak lupa kantong mabuk udara.
Seperti pesawat Boeing 737-800 lain milik United, stop kontak hanya tersedia di kursi sampai baris pintu keluar darurat – ini artinya, minta kursi di depan baris tersebut minimal untuk 1 penerbangan dan pastikan baterai Anda penuh sebelum duduk di kursi kelas ekonomi di belakang.
Berikut foto standar saya saat duduk di kursi tersebut dengan sandaran kepala dinaikkan – di penerbangan ini masker bersifat opsional, dan foto saya menyesuaikan apakah masker wajib digunakan.
Penerbangan
Pengalaman terbang di Island Hopper sendiri dimulai dengan pemandangan bandara Honolulu yang semi-terbuka. Kursi 14A merupakan salah satu kursi ekonomi standar terbaik untuk mendapatkan pemandangan yang bagus; untuk kursi dengan pemandangan yang lebih tidak terhalang sayap, pertimbangkan untuk membeli kursi Economy Plus (bahkan apabila Anda sudah memiliki status United MileagePlus Premier Silver; dengan status itu Anda baru bisa memilih kursi Economy Plus secara gratis saat check-in online).
Layanan pun dimulai dengan membagikan earphone, dan juga seperti biasa lap permukaan diberikan saat masuk pesawat.
Kami pun mulai mundur terlambat hampir 3,5 jam dari jadwal awal.
Video petunjuk keselamatan pun diputar tiap kali akan lepas landas. Karena pesawat ini dipakai untuk terbang ke Asia timur, terjemahan dalam bahasa Jepang dan Cina juga disediakan.
Seperti penerbangan United dari/ke daratan Amerika Serikat, video iklan kartu kredit United pun tetap diputar.
Setelah lepas landas kami pun mendapatkan kesempatan terakhir melihat Amerika Serikat sebelum pesawat berbelok ke arah barat daya.
30 menit setelah lepas landas layanan sarapan pun disediakan – walaupun saat makanan ini tiba sudah hampir jam 12 siang di Honolulu, jadwal awal penerbangannya sendiri cukup pagi.
Tidak ada opsi makanan yang diberikan, namun pilihan minuman pun ditawarkan. Seperti penerbangan saya ke Seattle beberapa hari sebelumnya, saya meminum air berkarbonasi rasa jeruk merek AHA. Berikut makanannya saat disajikan, dan juga setelah dibuka dan ditata.
Menu yang disediakan gratis pada penerbangan ini terdiri dari:
- Pembuka: Yogurt blueberry
- Hidangan utama: Croissant dengan telur mata sapi, ham (tidak disebutkan dari babi atau sapi), dan saus hollandaise
- Penutup: Kue kering isi saus buah
- Minuman: Bervariasi, non-alkohol.
Sebagai makanan sarapan, walaupun sederhana setidaknya masih cukup lengkap, dengan yogurt, telur, daging sarapan (ham), dan tentunya roti sarapan (croissant; cerita lain untuk urusan bentuk). Satu hal yang mungkin saya perhatikan adalah, croissant sendiri pada dasarnya sedikit flaky sehingga lebih sulit dimakan di kabin kelas ekonomi tanpa risiko remah-remah bertebaran.
Kurang lebih 3 jam setelah lepas landas dari Honolulu, kami pun melewati garis waktu internasional.
Sebelum Anda bertanya seperti apa rasanya; betul-betul tidak terasa apa-apa, pemandangan pun masih seperti sebelumnya merupakan hamparan laut yang luas (ini gunanya rating ETOPS untuk rute Mikronesia).
Ini juga merupakan satu-satunya penerbangan yang cukup lama untuk bisa mampir ke kamar kecil dengan tenang, jadi saya juga memanfaatkan kesempatan ini. Kamar kecilnya sendiri cukup sempit, dengan gaya mirip kamar kecil Boeing 737 MAX
Sebagai satu-satunya penerbangan yang bisa tidur cukup tenang, kebanyakan penumpang juga menutup jendela. Di United, jendela boleh ditutup kapanpun kecuali di pintu darurat, yang harus dibuka saat lepas landas atau mendarat.
Saat kami mulai turun ke Majuro (MAJ) sayangnya cuaca saat itu sedang mendung.
Atol Majuro di negara kepulauan Marshall sendiri berada sangat dekat dengan laut – ini artinya, sekarang merupakan salah satu kesempatan terakhir untuk mengunjungi sebelum terendam oleh air laut.
Sekecil apa tempatnya? Kurang lebih daerahnya hanya selebar 2 rumah, 1 di tiap sisi. Bicara tentang mendaratnya sendiri, bandaranya baru akan nampak saat detik-detik terakhir, dan bandara sendiri merupakan salah satu, kalau bukan titik terlebar pulau itu.
Majuro (MAJ) merupakan hub Air Marshall Islands, maskapai nasional kepulauan Marshall. Maskapai ini hanya melayani penerbangan domestik; Penerbangan internasional tetap dilayani oleh United dari Majuro (MAJ) dan Kwajalein (KWA).
Kami akhirnya tiba di tempat parkir sebelum akhirnya ramp untuk turun pesawat didorong untuk dipasangkan.
Setelah pandemi, sayangnya semua penumpang yang melanjutkan perjalanan harus tetap berada di pesawat (dan ya, saya sudah meminta izin juga, juga ini bukan karena mengejar waktu penerbangan). Ini artinya, proses turun pesawat sendiri cukup cepat di sini.
Berada di pintu pesawat merupakan hal terbaik yang bisa dilakukan selain turun pesawat.
Setelah memuat penumpang baru, tentu waktunya untuk kembali melanjutkan perjalanan ke Kwajalein (KWA). Saat kami mulai maju meninggalkan gerbang (tidak ada mobil pendorong), petugas serta mobil pemadam kebakaran pun berkumpul di dekat kami dan mengucapkan sampai jumpa.
Tak lama kemudian kami pun memulai lepas landas, tentunya bebas antrean.
Kami pun melingkari atol Majuro lagi sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Kwajalein.
Karena penerbangan dari Majuro MAJ ke Kwajalein KWA hanya menawarkan minuman apabila diminta, saya pun memilih untuk melihat jaringan penerbangan United. Di samudera Pasifik, United sendiri memiliki keunikan berupa satu-satunya maskapai global yang terbang ke Mikronesia, dan selain itu juga tentunya melayani Hawaii dan Tahiti.
Saat kami mulai mendekati Kwajalein, cuaca pun kembali cerah.
Karena Kwajalein merupakan basis militer Amerika Serikat, saya tidak dapat menunjukkan foto apapun di sini, tapi tidak jauh berbeda dengan pulau kecil pada umumnya kecuali beberapa instalasi militer.
Walaupun begitu, saya tetap bisa menunjukkan bagaimana keadaan di kabin. Di setiap perhentian, saat jeda antara penumpang turun dan naik kabin dibersihkan, semua tas di rak bagasi akan diperiksa kepemilikannya, dan penumpang diperiksa dengan daftar penumpang transit; Tas akan diturunkan apabila masih belum jelas siapa pemiliknya.
Penerbangan dari Kwajalein (KWA) ke Kosrae (KSA) sendiri relatif lancar, dan karena sedikit lebih panjang dari penerbangan sebelumnya menawarkan minuman untuk semua penumpang.
Seperti biasa, saya memilih air berkarbonasi rasa jeruk merek AHA.
Berbeda dengan pulau-pulau sebelumnya, pemandangan saat mendekati Kosrae (KSA) menawarkan pemandangan bukit yang indah.
Walaupun hanya dapat dilihat kali ini dan ditemani dengan pendaratan yang keras dan cepat (landasan bandara Kosrae sangat pendek, hanya kurang lebih 1,8 km dibandingkan dengan 4 km di bandara Jakarta atau hampir 5 km di Denver), sore hari di Kosrae tetap tidak boleh dilewatkan.
Di titik ini, pesawat ini sudah terlambat 3 jam dari jadwal awal, sehingga normalnya tidak tiba sesore ini.
Saat turun di Kosrae (KSA) tas dan penumpang pun dicocokkan lagi dan karena saya duduk di kursi yang berbeda untuk penerbangan berikutnya, saya pun kembali pindah.
Tidak lupa, pesawat ini diisi ulang untuk melanjutkan penerbangan.
Saat kami lepas landas, matahari sudah cukup rendah di Kosrae (KSA), yang artinya saya akan tiba di Pohnpei hampir dalam keadaan gelap.
Setelah lepas landas kami pun melingkari Kosrae lagi sebelum akhirnya melanjutkan penerbangan ke Pohnpei, perhentian terakhir sebelum langsung ke Guam.
Walaupun sedikit lebih datar dari Kosrae, Pohnpei sendiri cukup berbukit. Sayangnya, karena keadaan waktu itu cukup berawan dan saya sedang mencoba tidur sejenak, saya baru sempat memfoto setelah mendarat.
Saat saya memfoto ketika mendarat, pesawat masih terlambat 3 jam dari jadwal awal.
Setelah mendarat di Pohnpei hidung saya cukup berdarah saat pesawat sedang menuju ke tempat parkir, dan begitu tiba di tempat parkir saya pun segera diberikan tisu dan kantong sampah besar serta air.
Insiden itu sayangnya menyebabkan satu baju saya rusak, sehingga saya terpaksa pergi ke kamar kecil yang cukup sempit lagi untuk berganti baju.
Proses di Pohnpei sendiri cukup sama dan penerbangan pun langsung menuju Guam sebagai tujuan akhir. Ini artinya, saat saya berangkat keadaan di Pohnpei sendiri sudah gelap.
Kabin pesawat sendiri saat lepas landas dibuat gelap, setelah sebelumnya masih agak terang.
Setelah sebelumnya hanya mendapatkan minuman, di penerbangan kali ini makan malam pun disediakan. Seperti sebelumnya, tidak ada pilihan yang ditawarkan.
Makanannya sendiri disajikan dalam keadaan dikemas. Berikut makanannya saat dibungkus, dan kemudian setelah dibuka dan ditata.
Menu yang disediakan gratis pada penerbangan ini terdiri dari:
- Hidangan utama: Roti focaccia dengan ayam, mentega dengan keju dan bawang putih, dan keju krim dengan kubis keriting
- Penutup: Kue kering isi saus buah
- Kudapan: Kacang almond
- Minuman: Bervariasi, non-alkohol.
Di titik ini saya sudah sangat berharap ada makanan yang setidaknya sedikit segar seperti buah atau sayur; Walaupun tentunya karena jenis penerbangannya semua makan yang disediakan relatif kering.
Rotinya sendiri cukup baik walaupun sedikit asin (dan berkalori tinggi; setara 1 1/2 bungkus Indomie) dan kue buahnya sendiri standar. Saya sendiri tidak akan terbang di rute ini hanya untuk makanannya (setidaknya di penerbangan dari Guam ke Tokyo masih ada salad), namun masih cukup untuk menahan lapar sampai tiba di Guam.
Saat pesawat sedang turun, awak kabin pun mengumumkan bahwa penerbangan lanjutan ke Manila “ditahan” di Guam hanya demi menunggu penerbangan ini. Saat sudah mulai melihat cukup banyak lampu dari atas Guam, ini tentu pertanda penerbangan Island Hopper sendiri hampir selesai.
Proses pendaratan sendiri cukup lancar, dan akhirnya kami pergi menuju gerbang.
Sesuai pengumuman dari awak kabin, penumpang yang akan melanjutkan ke Manila (MNL) dipersilakan turun lebih awal, tidak peduli kelas kabin-nya. Di titik ini, pesawat “hanya” terlambat 1 jam 50 menit dari jadwal awal karena tidak perlu berhenti di Chuuk (TKK).
Kedatangan
Bandara Guam, seperti bandara internasional lainnya di Amerika, memisahkan penumpang kedatangan internasional dengan penumpang lain. Ini artinya, setelah turun saya langsung diarahkan menuju imigrasi.
Imigrasi-pun tidak berbeda dengan imigrasi bandara besar lainnya di Amerika, termasuk petugas dan stempel yang sama (plus, sebagai orang Indonesia, sama-sama membutuhkan visa AS normal).
Saat di area imigrasi, petugas United pun datang dan mengumumkan bahwa penumpang yang bisa langsung melanjutkan perjalanan ke Manila (MNL) hanya penumpang yang rencananya terbang nonstop dengan UA183.
Ini artinya, akan ada 3 jenis penumpang yang baru bisa terbang lagi keesokannya (rute penerbangan yang akan diterbangi lagi keesokannya untuk mengambil penumpang tertinggal ditandai merah):
- Penumpang ke Chuuk (TKK)
- Penumpang ke Palau (ROR)
- Penumpang ke Manila (khusus yang rencananya terbang dengan UA193 melalui Palau)
Di area pengambilan bagasi sudah dibuka konter dengan petugas membagikan voucher untuk penumpang yang tidak dapat terbang malam itu.
United membagikan 6 voucher untuk tiap penumpang Island Hopper yang tertinggal pesawat sebagai berikut: 2 voucher airport transfer yang disediakan hotel, 1 voucher menginap 1 malam di hotel, dan 3 voucher makan (bisa digunakan di bandara atau hotel; sebagai contoh, sarapan di Hilton Guam bisa ditebus dengan 2 kupon makan), masing-masing dengan nilai tetap dan nomor kartu virtual untuk menagih United.
Walaupun tas saya seharusnya terbang sampai Manila, bahkan saat transit di Guam pun saya harus melalui bea cukai sehingga tasnya pun tetap perlu diambil.
Proses pengambilan bagasi sendiri cukup cepat dan setelah melalui bea cukai dan sedikit ditanya akhirnya saya bisa keluar.
Masalahnya, United sendiri meminta saya untuk kembali keesokannya di jam yang sama untuk melanjutkan penerbangan, yang artinya saya akan tertinggal pesawat berikutnya lagi dari Manila ke Jakarta via Bangkok.
Oleh karena itu, saya pergi ke konter check-in/ticketing untuk mempertanyakan kelanjutan tiket saya, dan setelah 2 jam di sana total mendapatkan opsi berikut:
- Terbang dengan Philippine Airlines (saya setuju, tapi tidak bisa karena tiketnya menggunakan lembar tiket Singapore Airlines jadi tidak bisa diubah oleh United).
- Diterbangkan ke Manila dengan United lalu mengurus sendiri kelanjutan penerbangan setelah tiba di sana (saya tolak; walaupun ada penerbangan Singapore Airlines dari sana urusannya pun tetap cukup panjang) dan akhirnya,
- (Rencananya) terbang ke Jakarta lewat Tokyo dengan United (saya setuju, diambil, baca kelanjutannya di ulasan berikutnya).
Saya pun melanjutkan perjalanan dengan menghubungi Hilton Guam dan meminta mereka untuk menjemput saya dari bandara.
Penutup
Terbang dengan United Island Hopper dari ujung ke ujung merupakan salah satu pencapaian terbesar seorang avgeek, apalagi saat bisa melewati 5 perhentian dengan lengkap.
Walaupun penerbangan Island Hopper kali ini tidak melewati Chuuk (TKK) dikarenakan keterbatasan waktu, penerbangan ini tetap merupakan pengalaman yang cukup seru bahkan saat mesti dibayar dengan capek dan kekacauan setelah tiba.
Island Hopper sendiri bukan merupakan penerbangan yang akan rutin saya gunakan untuk terbang di rute transpasifik dan pastinya bukan penerbangan yang paling nyaman (walaupun masih cukup bisa diterima), sehingga penerbangan ini lebih bisa dibilang sebagai pengalaman sekali seumur hidup.
Tidak perlu khawatir dengan keterlambatannya; itu sendiri cukup jarang terjadi dan bahkan dengan kejadian ini sekalipun, saya masih tetap menyarankan Anda untuk mencoba penerbangan Island Hopper ini.
Baru nonton youtuber Noel Philips lakonin rute HNL-MAJ-KWA-KSA-PNI-GUm selama 23 jam
Sama spt Eric terlambat mendarat di GUM utk lanjutan ke MNL. Dikasih voucher hotel menginap semalam
Its brutal trio for cattle class passenger. Salut buat eric
Halo Ali,
Kebetulan beliau masih sempat melewati Chuuk TKK, sehingga menjadi HNL-MAJ-KWA-KSA-TKK-GUM. Selain itu, tiketnya tentu jauh lebih mahal daripada menggunakan miles (walaupun tiket komersial artinya lebih mudah diubah saat ada masalah daripada tiket miles), sehingga bahkan di kelas ekonomi pun menukarkan miles KrisFlyer menawarkan valuasi yang luar biasa.
Kalau ditanya seberapa brutal perjalanannya, sebut saja kebanyakan ulasan yang populer untuk penerbangan ini untuk kelas bisnis, dan ulasan ini di kelas ekonomi.
Halo bro Eric
Tlg tny. Jd ini booking united lewat unitedmileage program atau singaporeair untuk menggunakan krismiles? Krn kl sy lht dr unitedmileage bs muncul bnyk maskapai rekanan star alliance drpd lwt web SQ.
Kl booking rekanan SQ spt united ini telp ke kantor SQ di Jkt kah?
Kisah perjalanan nya menginspirasi bro
Makasi bnyk bro
Halo Rudy,
Cari di situs United, pesannya manual ke Singapore Airlines. Pemesanan manual bisa dilakukan lewat chatbot Kris, telepon, atau ke kantor; asalkan tersedia award “Saver” di United dan semua penerbangannya dengan maskapai anggota Star Alliance pada dasarnya bisa dipesan lewat Singapore Airlines.
Untuk info lebih lanjut: https://pinterpoin.com/mencari-award-star-alliance-dengan-united/
Salut Eric,
Saya baru bayangkan pembuatan itinerary nya aja sudah pusing, haha, karena pasti menyita banyak waktu & tenagaโฆ
Btw kenapa tidak ambil yg Bisnis? Ekonomi one way kena 75k, kalau Bisnis berapa?
Halo Dwi,
Dianggap acara fun saja untuk membuat itinerary-nya, karena memang tidak mudah.
Island Hopper sendiri pada dasarnya tidak menawarkan award “Saver” (yang bisa diakses rekanan) di kelas bisnis, dan juga menurut aturan KrisFlyer jumlah miles yang dibutuhkan mengikuti kelas tertinggi, jadi lebih baik naik ekonomi saja.
Keren, Amazing. Pengalaman yang sangat berharga dan layak untuk dicoba sekali seumur hidup. Terutama di Majuro dan Kwajelain dan Kosrae. Berasa di negeri antah berantah. Thanks for sharing, mas Eric.