Kali ini, saya berkesempatan untuk mengulas penerbangan perdana di kelas ekonomi (economy class) TransNusa di rute domestik jarak dekat, yaitu dari Jakarta (CGK) ke Bali (DPS).
Apa Itu TransNusa?
TransNusa adalah salah satu maskapai Indonesia yang sebelumnya berfokus melayani rute Indonesia Tengah. Setelah sempat berhenti beroperasi selama pandemi, TransNusa hadir kembali dengan armada Airbus A320.
Untuk beberapa hari pertama operasi penerbangan, TransNusa mengoperasikan penerbangan 2x sehari dengan hanya menggunakan 1 pesawat A320 dengan rute sebagai berikut:
Dari | Ke | No. Penerbangan |
Jakarta CGK | Yogyakarta YIA | 8B5532 / 8B5536 |
Yogyakarta YIA | Jakarta CGK | 8B5533 / 8B5537 |
Jakarta CGK | Denpasar DPS | 8B5102 / 8B5104 |
Denpasar DPS | Jakarta CGK | 8B5101 / 8B5103 |
Berbeda dengan beberapa hari awal penerbangan komersial Pelita Air, tiket TransNusa sudah dapat dipesan melalui situs web atau agen travel online bahkan untuk penerbangan pertamanya (setelah beberapa tahun). Saya memesan langsung di situs TransNusa dan dikenakan tarif Rp828.720 sekali jalan.
Sebelum Berangkat
Kurang lebih 3 jam sebelum jadwal keberangkatan awal, TransNusa memberitahukan adanya keterlambatan 1 jam 45 menit dari jadwal awal melalui email. Karena di hari itu TransNusa hanya menggunakan 1 pesawat untuk seluruh penerbangannya, keterlambatan karena acara peresmian langsung menyebabkan keterlambatan di sepanjang hari.
Saya tiba di bandara Soekarno Hatta terminal 3 kurang lebih 1 jam 30 menit sebelum jadwal keberangkatan awal. Bandara Soekarno Hatta terminal 3 merupakan terminal utama untuk penerbangan internasional, terminal “premium” untuk penerbangan domestik, sekaligus terminal “percobaan” untuk maskapai baru seperti Pelita Air dan TransNusa.
Saat itu penerbangan domestik sudah cukup sedikit, dengan kebanyakan penerbangan keluar negeri.
TransNusa menggunakan konter check-in E, yang berada di antara konter Citilink dan Pelita.
Setelah proses tersebut saya pun mendapatkan pas naik (boarding pass).
Selain itu, tas kabin saya pun mendapatkan tag bagasi kabin.
Sebelum berangkat saya tidak lupa memesan coklat dari Starbucks dengan menggunakan manfaat Starbucks bandara dari kartu BCA American Express Platinum.
Setelah makan malam di area umum dan mengambil jatah minuman, saya pun pergi menuju area keberangkatan dengan melewati pemeriksaan.
Saya menunggu di area kerja di lantai keberangkatan sambil terus memantau status penerbangan.
TransNusa menggunakan salah satu gerbang terjauh di terminal 3 domestik untuk penerbangan kali ini.
Saat saya tiba di gerbang proses naik pesawat pun sudah dimulai. Karena saya tidak menunggu di gerbang, saya pun meminta (dan mendapatkan) kotak makanan ringan saat pas naik saya diperiksa.
Karena keterlambatan pesawat, saya pun mendapatkan kotak makanan ringan yang berisi 1 roti manis dan 1 gelas air mineral, yang memenuhi syarat minimum kompensasi keterlambatan hingga 2 jam.
Anda tentu mengira bahwa hari pertama penerbangan ini mungkin sedikit sepi, namun dengan harga tiket yang cukup murah dan bisa dipesan dengan mudah, hal ini membuat penerbangan ini cukup ramai.
Setelah mengantre beberapa menit tibalah saatnya untuk naik pesawat.
Di Dalam Pesawat
Pesawat A320neo TransNusa hanya memiliki kabin kelas ekonomi dengan 168 kursi dalam konfigurasi 3-3. Mulai 13 Oktober 2022, akan ada 1 pesawat A320 yang beroperasi dengan 174 kursi kelas ekonomi.
Untuk penerbangan ini saya duduk di kursi 4F, kursi ekonomi jendela standar.
Walauun dengan harga tiket yang murah, TransNusa menawarkan ruang kaki yang jauh lebih lega dibandingkan dengan maskapai setara.
Di bagian atas kursi terdapat layar hiburan yang ditutup bungkus kulit.
Betul, kursi ini asalnya bahkan memiliki kotak hiburan dan stopkontak, yang tidak dinyalakan sepanjang perjalanan.
Seperti pesawat A320 lainnya, pesawat ini menggunakan kursi yang sedikit lebih lebar, dan dengan sandaran tangan yang lebih tipis di ujung juga membuat kursi lebih leluasa.
Saya belum sempat memfoto kursi saya saat direbahkan, tapi berikut posisi kursi di baris depan saya saat direbahkan.
Seperti biasa, berikut foto saya dengan sandaran kepala yang dinaikkan.
Kembali lagi ke penerbangan. Proses demonstrasi petunjuk keselamatan dilakukan secara manual
Lampu kabin pun dimatikan saat akan lepas landas maupun mendarat.
Setelah lepas landas, kami pun melewati Tangerang selatan sebelum mulai terbang ke arah timur. Salah satu hal yang saya perhatikan adalah mesin pesawat A320neo relatif lebih hening daripada A320 standar, dengan perbedaan yang cukup terasa saat duduk di depan.
Hampir di sepanjang penerbangan kabin dibuat sangat terang untuk layanan makanan sehingga tidak nyaman untuk tidur.
Karena masih dianggap sebagai “penerbangan perdana” (dalam arti, saya terbang di hari pertama beroperasi, walaupun tidak di penerbangan pertamanya sendiri), terdapat pengumuman bahwa seluruh penumpang pada penerbangan malam ini tetap mendapatkan makan malam gratis.
Layanan makan malam spesial penerbangan perdana tersebut terdiri dari:
- Hidangan utama: Pilih satu dari:
- Nasi goreng (dipilih), atau
- Mie goreng,
- Minuman: Air mineral.
Makan malam yang disediakan tidak enak. Saya selalu memakan semua makanan yang diberikan di pesawat saat membuat ulasan kecuali sudah tidak tahan untuk menghabiskan, dan sayangnya makan malam kali ini termasuk dalam kategori kedua.
Bukan hanya makanannya kering, bahkan tekstur dan rasa nasinya pun sudah kurang layak.
Apabila makanan ini kedepannya dijual (dan kemungkinan besar akan dijual), saya hampir pasti akan memilih makan di bandara atau membeli makanan ringan saat di pesawat daripada membeli nasi goreng tersebut.
Setelah makanan gratis selesai disajikan, layanan dilanjutkan dengan penjualan makanan ringan dan minuman. Karena layanan makanan gratis hanya termasuk 1 botol air (dan tidak bisa menambah saat bertanya), saya pun membeli 1 botol air tambahan.
Sebagai catatan terkait dengan pelayanan, konsep pelayanan untuk penerbangan perdana ini cukup kacau.
Dengan terlalu banyak aktivitas terkait dengan makanan, pelayanan kali ini terkesan terburu-buru dan sekaligus cukup lama dibandingkan dengan waktu penerbangannya. Harapannya adalah dengan lebih lama beroperasi dan tidak adanya makanan gratis lagi, pelayanannya bisa lebih efisien untuk memberikan waktu istirahat.
Dengan layanan makanan dan minuman non-stop, saya baru bisa pergi ke kamar kecil saat pesawat sudah mulai turun. Kamar kecilnya sendiri merupakan kamar kecil standar, walaupun warna coklat di kamar mandinya mungkin terkesan kurang bersih.
Anda tentu tidak akan menemukan amenity bermerek di sini, hanya beberapa pembersih generik yang menurut saya sudah cukup untuk penerbangan jarak dekat.
Berikut kabin pesawat tampak dari belakang.
Kami pun mulai turun melewati Bali bagian tengah sebelum kembali di atas laut untuk mendarat arah ke barat
Setelah beberapa saat, kami pun akhirnya tiba di gerbang 2 jam 10 menit terlambat dari waktu estimasi kedatangan.
Proses turun pesawat sendiri relatif tidak diatur, berbeda dengan maskapai lain yang mengatur berdasarkan zona.
Kedatangan
Di koridor sendiri terpajang ucapan selamat atas penerbangan perdana kali ini.
Proses kedatangan boleh dikata sudah seperti masa pra-pandemi, di mana Anda bisa langsung mengambil bagasi tanpa perlu melakukan pemeriksaan kartu kewaspadaan kesehatan elektronik (e-HAC).
Karena salah satu tas saya dilaporkan, saya mengambil tas tersebut di area klaim bagasi.
Tas saya tiba kira-kira 14 menit setelah saya turun dari pesawat.
Setelah keluar dari area kedatangan, saya melanjutkan perjalanan ke penginapan dengan menggunakan taksi online dari area penjemputan.
Kesimpulan
Dengan konsep maskapai hybrid (dalam arti, antara berbiaya rendah dan layanan penuh), TransNusa merupakan opsi yang cukup nyaman untuk penerbangan singkat. Mengingat tarifnya yang saat ini masih cukup rendah dan frekuensi yang akan segera ditingkatkan, TransNusa bisa menjadi alternatif kelas ekonomi dibandingkan dengan maskapai lain yang bahkan tiketnya bisa habis meski berbiaya sangat tinggi dan tidak efisien poin.
Saya belum sempat mencoba pesawat keduanya dengan 174 kursi, namun untuk sementara apabila memungkinkan saya menyarankan untuk memesan penerbangan yang dioperasikan dengan pesawat 168 kursi (ditulis A320_200 168Y di situs TransNusa).
Selamat untuk TransNusa. Semoga di 2023 bisa nambah rute baru Solo – Denpasar dan Solo – Jakarta karena bagi kami warga Klaten saat ini pilihan utama adalah Bandara Solo sejak Bandara Yogya bergeser menjauh ke barat Bandara YIA. Memang masih ada sih rute Yogyakarta Adisucipto – Jakarta namun harga tiket mahal.
aman kah bagasinya utk bawa sport equipment?