Flight Review: KLM Business Class Boeing 787-9 Kuala Lumpur (KUL) – Jakarta (CGK)

Flight Review: KLM Business Class Boeing 787-9 Kuala Lumpur (KUL) – Jakarta (CGK)

Kali ini, saya akan mengulas penerbangan business class KLM di rute Kuala Lumpur – Jakarta. Penerbangan ini merupakan bagian dari perjalanan selingan ke Maldives pada edisi Round the World saya awal tahun ini.

Rute ini merupakan terusan dari Amsterdam (AMS) – Kuala Lumpur (KUL) – Jakarta (CGK) dan sebaliknya. Bagi Anda yang belum familiar, tiket KLM di rute singkat Kuala Lumpur – Jakarta ini bisa dipesan terpisah karena merupakan fifth freedom flight.

Fifth freedom flight adalah hak yang dimiliki oleh sebuah maskapai untuk melayani penerbangan antar 2 negara asing yang bukan merupakan negara asal dari maskapai tersebut.

Keberadaan penerbangan fifth freedom ini memunculkan kesempatan untuk mencoba terbang dengan maskapai unik dengan pelayanan full service.

Lebih menariknya lagi, biasanya penerbangan fifth freedom akan dilayani oleh pesawat berbadan besar seperti dalam kasus ini, dimana saya bisa terbang dengan pesawat Boeing 787-9 Dreamliner KLM di rute singkat Kuala Lumpur – Jakarta.

Saya menukarkan 20.000 miles Flying Blue + US$18.20 per orang sekali jalan untuk penerbangan ini. Jika harus membayar dengan uang, penerbangan ini dibanderol US$592 per orang sekali jalan.

Check-in

Penumpang business class KLM bisa menggunakan Malaysia Airlines Golden Lounge di terminal satelit KLIA.

Setibanya di Kuala Lumpur dari Colombo dengan SriLankan Airlines, saya segera menuju ke lounge dengan digital boarding pass sudah di tangan. Saya menggunakan fasilitas loker di lounge untuk menaruh koper dan bergegas keluar imigrasi untuk menuju ke kota Kuala Lumpur untuk menghabiskan waktu.

Sekembalinya ke KLIA, saya langsung menuju ke imigrasi karena sudah melakukan check in secara digital.

Sekedar informasi, ketika melewati konter KLM, saya tidak melihat adanya antrian yang panjang. Namun, ternyata antrian panjang di imigrasi berhasil membuat kami menghela nafas panjang!

Boarding

Setelah melewati antrian imigrasi super panjang, saya segera menuju ke lounge untuk mengambil koper dan kemudian menuju ke gate. Melihat ke jendela, pesawat Boeing 787-9 Dreamliner KLM dengan julukan “Mimosa” yang akan membawa kami ke Jakarta sudah terparkir megah.

Berstatus sebagai salah satu maskapai paling unik & ramah terhadap avgeek, saya selalu excited ketika akan terbang dengan KLM. Terlebih, saya belum pernah menaiki pesawat Boeing 787-9 Dreamliner milik KLM. Beberapa tahun silam, rute Amsterdam – Jakarta dilayani oleh Boeing 777-300ER dengan konfigurasi kabin generasi lama.

KLM Business Class Kuala Lumpur – Jakarta

  • Nomor Penerbangan: KL809
  • Jenis Pesawat: Boeing 787-9 Dreamliner
  • Registrasi Pesawat: PH-BHG
  • Rute: Kuala Lumpur (KUL) – Jakarta (CGK)
  • Tanggal: Minggu, 28 Januari 2024
  • Waktu: 05.15pm (Kuala Lumpur) – 05.52pm (Jakarta)
  • Durasi Penerbangan: 1 jam 38 menit
  • Kursi: 8D & 8G

Kami memasuki pesawat melalui pintu kedua sehingga harus belok ke kiri untuk menuju ke kabin business class. Kabin pesawat cukup terisi dengan mayoritas penumpang berasal dari Amsterdam dan beberapa penumpang Indonesia yang memulai penerbangan dari Kuala Lumpur.

Kursi

KLM menggunakan kursi reverse herringbone dengan konfigurasi 1-2-1 untuk kabin “World Business Class”. Kami memilih pasangan kursi tengah 8D dan 8G yang terletak paling belakang. Preferensi saya ketika terbang memang memilih kursi paling belakang untuk privasi lebih.

Nuansa kabin yang didominasi oleh putih, hitam dan warna biru laut khas KLM termasuk nyaman dipandang oleh mata.

Bagi yang terbang sendirian, maka saya sangat merekomendasikan kursi yang menghadap ke jendela untuk privasi lebih.

Menunggu di tiap kursi sudah terdapat bantal, menu dan tisu basah alkohol yang terletak di dekat panel pengatur kursi.

Menu makan sore pun sudah tersedia tetapi sesuai ekspektasi, pilihan makanan tidak terlalu bervariasi mengingat singkatnya durasi penerbangan.

Salah satu hal yang saya tidak sukai dari konfigurasi kursi reverse herringbone adalah tempat sandaran kaki yang sempit ketika dalam posisi bed mode. Untungnya pada penerbangan singkat ini tidak menjadi masalah.

Layar IFE bisa dikeluarkan dengan tombol dan harus dimasukkan kembali ketika akan lepas landas dan mendarat.

Pilihan entertainment di penerbangan KLM cukup bervariasi dan up-to-date. Namun saya lebih memilih untuk menyalakan fitur in flight map dikarenakan durasi penerbangan yang terlalu mepet untuk menonton 1 film penuh.

Kursi ini dilengkapi dengan tempat penyimpanan tipikal yang cukup lega, dimana bisa ditemukan noise cancellation headphone dengan kualitas suara yang kurang baik.

Sandaran tangan bisa dinaik-turunkan sesuai dengan mode kursi. Sandaran tangan cukup kokoh ketika dalam posisi dinaikkan.

Hard product ini bisa dibilang cukup generik dan identik dengan kursi reverse herringbone lainnya. Meski bukan generasi kursi business class terbaru, menurut saya kursi ini masih tergolong nyaman untuk penerbangan jarak jauh sekalipun.

Setelah duduk, seorang pramugari menghampiri dengan menawarkan pilihan welcome drink berupa champagne, jus jeruk, bir heineken dan air putih. KLM kini menyajikan champagne Bernard Lonclas, menggantikan Nicolas Feuillatte.

Sesuai standar KLM, menu pada penerbangan ini menggunakan bahasa Belanda dan bahasa Inggris.

Setelah tanda sabuk pengaman dimatikan, servis makan sore langsung dimulai. Saya memilih Nasi Lemak with Prawn (6/10) yang dihidangkan dalam 1 tray bersamaan dengan makanan penutup berupa Fruit Tartlet (7/10).

Servis makan berlangsung sangat cepat dan efisien sehingga masih tersedia waktu untuk bersantai. Selesai makan, kami ditawari minuman panas dimana saya memilih teh hijau lemon.

Selanjutnya, momen yang saya tunggu-tunggu pun tiba. Setelah pelayanan makan selesai, pramugari kembali menghampiri tiap penumpang dengan membawakan pilihan Delft Blue Houses khas KLM yang ikonik.

Kami secara spesifik meminta dicarikan rumah dengan nomor berurutan 3 dan 4 yang kini menjadi pajangan permanen di rumah.

Setiap rumah-rumahan KLM berisikan gin Belanda Bols yang sudah menjadi tradisi sejak tahun 1950an. Bagi Anda yang tertarik dengan sejarah unik Delft Blue Houses, Anda bisa mengunjungi laman ini.

Lavatory

Tidak seperti maskapai lainnya yang biasanya kurang kreatif di lavatory, KLM tidak melewatkan kesempatan untuk menambahkan unsur Belanda di lavatory-nya. KLM menempatkan bunga tulip segar khas Belanda dan wallpaper pajangan Delft Blue Houses yang ikonik.

KLM menyediakan amenity edisi terbatas dari Rituals dengan aroma tulip dan yuzu.

Meski sudah digunakan oleh beberapa penumpang sebelumnya, kondisi lavatory cukup bersih dan tidak berbau. Kaca dan wastafel juga dalam kondisi kering, kredit untuk kru kabin yang rutin membersihkan lavatory.

Ketibaan

Menjelang matahari terbenam, “mood lighting” di kabin pun disesuaikan dengan warna langit di luar.

Momen paling tidak terlupakan bagi kami adalah ketika pesawat mendarat cukup keras di Jakarta & membuat suara kencang seperti ketika kolong mobil menghajar aspal. Beberapa objek di meja saya terjatuh, termasuk rumah-rumahan Delft Blue yang untungnya tidak pecah belah.

Mengejutkannya, ketika kami menengok-nengok ke kabin, kami memperhatikan bahwa salah satu kaca di bagian kiri mengalami keretakan. Saya segera menginfokan kepada salah satu awak kabin yang terlihat panik & segera menghampiri jendela tersebut meski tanda sabuk pengaman masih dinyalakan.

Penumpang lain pun akhirnya menyadari keretakan tersebut dan cukup gelisah. Setelah kami turun dari pesawat, nampak beberapa kru dan petugas bandara menghampiri jendela tersebut.

Awalnya saya berasumsi bahwa pesawat akan di-grounded, tapi ternyata pesawat tersebut langsung terbang kembali ke Kuala Lumpur & Amsterdam pada hari yang sama.

Saya tidak bisa membayangkan apa perasaan penumpang pesawat selanjutnya ketika melihat salah satu jendela pesawat retak seperti itu. Anyway, kami bersyukur karena tidak ada insiden serius pada penerbangan ini.

Penutup

Penumpang yang berencana terbang di rute Jakarta – Kuala Lumpur (dan Bali – Singapura) bisa menikmati penerbangan fifth freedom KLM yang menurut saya sangat menarik dan umumnya bisa dipesan dengan harga yang terjangkau di business class sekalipun.

Tidak bisa dipungkiri bahwa KLM adalah salah satu maskapai paling ramah terhadap avgeek. Bahkan, salah satu motivasi saya untuk terbang dengan KLM adalah demi mengoleksi rumah-rumahan Delft Blue yang ikonik.

Sangat disayangkan di akhir penerbangan ini, kami harus sedikit olahraga jantung disebabkan oleh jendela yang retak karena pendaratan yang keras. Diluar dari itu, saya tidak akan ragu-ragu untuk kembali terbang di KLM tidak hanya di rute fifth freedom ini, namun juga di rute-rute lainnya.

Apa pendapat Anda tentang penerbangan fifth freedom KLM ini?
Share

3 comments
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.