Salah satu perjalanan yang saya lakukan saat pergi ke Amerika Serikat adalah day trip ke Juneau di Alaska khusus untuk mencoba salah satu penerbangan “milk run” Alaska Airlines, AS62 dari Juneau (JNU) ke Seattle (SEA).
Ini adalah penerbangan ke-5 sampai ke-7 dari seri 17 penerbangan dalam perjalanan saya ke Amerika Serikat menggunakan miles.
Untuk penerbangan kali ini, saya memesan tiket kelas ekonomi (award partner) dengan 15.000 miles Cathay + pajak US$5,6.
Alaska Airlines sendiri menawarkan perubahan di hari yang sama dengan biaya flat US$50 – selama ada kursi yang bisa dijual di kelas yang sama (dan tidak harus kursi award), Anda bisa pindah penerbangan dengan harga tersebut mulai dari saat check-in web untuk penerbangan awal dibuka tidak peduli seberapa mahal kursinya saat itu.
Saya pun memilih untuk pindah pesawat agar dapat membuat ulasan lebih lengkap tentang Fairmont Olympic Seattle sesudahnya.
Tentang Alaska “Milk Run” dan Alaska Airlines
Apabila Anda sudah lama berkecimpung di dunia poin dan miles, maka kemungkinan besar Anda sudah pernah mendengar mengenai Alaska Mileage Plan, yang merupakan program frequent flyer Alaska Airlines.
Alaska Airlines sendiri merupakan maskapai terbesar di Amerika Serikat bagian barat yang juga menjadi salah satu anggota aliansi Oneworld, dan dengan pusat di Seattle, Alaska menjadi salah satu maskapai yang menghubungkan dataran utama Amerika Serikat dengan negara bagian Alaska.
Walaupun Alaska Airlines sendiri sebagai maskapai sudah berdiri cukup lama, mengingat lokasi berbagai daerah di Alaska bagian selatan cukup sulit diakses dan cukup kecil (Juneau sebagai ibukota Alaska saat ini hanya dihuni kurang lebih 30.000 orang, kira-kira 1 kelurahan di Indonesia), ide menghubungkan Alaska dengan pesawat sendiri sudah ada jauh sebelum itu.
Anda bisa melihat penjelasan lebih lengkapnya di Museum of Flight di kompleks bandara Seattle BFI (Boeing Field), yang sangat saya sarankan untuk dikunjungi saat di Seattle.
Salah satu contohnya adalah Ellis Air Lines, yang bergabung dengan Alaska Airlines pada 1970 . Kisahnya, maskapai tersebut pada tahun 1940-an menjual tiket dari Juneau (JNU) ke Ketchikan (KTN) seharga US$34 (kurang lebih US$400 hari ini, dan itu pun belum termasuk penerbangan dari Ketchikan ke Seattle yang 2x lipat lebih jauh).
Bisa dibilang, bentuk asli Alaska Airlines masih tetap ada sampai saat ini. Sebagian penerbangan Alaska Airlines dari Seattle ke Anchorage (kota terbesar di Alaska) maupun sebaliknya berhenti di beberapa daerah di Alaska bagian tenggara, yang disebut dengan penerbangan “milk run“.
Alaska Airlines memiliki penjelasan lengkap tentang ini di blog mereka, namun berikut kota yang disinggahi tiap penerbangan “milk run” (catatan: Anda tidak boleh pergi dari Seattle ke Anchorage dengan penerbangan ini melainkan harus dari/ke salah satu kota perhentian):
No. Penerbangan/Kota | 61 | 65 | 67 | 62 | 64 | 66 |
Arah | ↓ | ↓ | ↓ | ↑ | ↑ | ↑ |
Seattle SEA (hub Alaska Airlines) | Asal | Asal | Asal | Tujuan | Tujuan | Tujuan |
Ketchikan KTN | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ||
Wrangell WRG | ✔ | ✔ | ||||
Petersburg PSG | ✔ | ✔ | ||||
Sitka SIT | ✔ | ✔ | ||||
Juneau JNU (ibukota Alaska) | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ | ✔ |
Yakutat YAK | ✔ | ✔ | ||||
Cordova CDV | ✔ | ✔ | ||||
Anchorage ANC (kota terbesar Alaska) | Tujuan | Tujuan | Tujuan | Asal | Asal | Asal |
Sebelum Berangkat
Saya melakukan transit di Juneau dengan tiket terpisah dan tentunya tidak membantu bahwa waktu transitnya sangat terbatas sedangkan saya terpaksa mendaftarkan (check-in) tas saya karena tempat penyimpanan tas di Seattle masih belum buka.
Tas saya dari Seattle tiba 7 menit setelah saya turun dari pesawat; itu hanya 49 menit sebelum penerbangan saya berikutnya (check-in penerbangan domestik Alaska Airlines tutup 40 menit sebelum keberangkatan)
Konter check-in sendiri berada tepat di sebelah tempat pengambilan bagasi, dan setelah menjelaskan kesialan saya di Seattle tas saya pun kembali naik pesawat tanpa dikenakan biaya. Selain itu, karena saya sudah duduk menghadap barat saya pun mencoba untuk meminta duduk di kursi jendela menghadap timur.
Penerbangan saya pun “dipecah” menjadi 3 segment seperti di United Island Hopper, dengan kursi yang berbeda di tiap segmen namun tetap di lembar pas naik (boarding pass) yang sama.
Selain penerbangan komersial standar oleh Alaska Airlines dan sesekali Delta, terdapat juga penerbangan yang jauh lebih kecil lagi dari bandara ini misalnya dengan pesawat air dengan konter check-in di sudut berbeda.
Sama seperti di bandara lain, pemeriksaan keamanan di sini dioperasikan oleh TSA, dan dengan ritual yang sama (dalam arti, masih sama-sama perlu memisahkan laptop dan melepas sepatu).
Walaupun begitu, karena penumpangnya hanya tinggal sedikit pemeriksaan pun jauh lebih santai dan petugasnya lebih ramah – dan pemeriksaan tetap selesai dalam 5 menit.
Ruang tunggu di bandara Juneau relatif sederhana dibandingkan dengan bandara lain di dataran Amerika Serikat, cukup untuk sekadar menunggu kurang dari 1 jam.
Hanya ada 1 (satu) tempat makan setelah pemeriksaan keamanan. Saya sendiri berharap ada satu atau dua makanan lokal di sini walaupun sayangnya makanan yang ditawarkan sendiri cukup standar.
Penerbangan kali ini dioperasikan oleh pesawat Boeing 737-700 berumur 23 tahun dengan seri N612AS.
Kalau dipikir-pikir, sebetulnya saya hanya berpindah pesawat yang bersebelahan, dan kalau bukan karena harus ambil dan check-in ulang tas pun tidak perlu waktu hampir 20 menit plus pemeriksaan ulang.
Penerbangan ini adalah penerbangan AS62 dengan tujuan pertama ke Sitka (SIT). Urutan proses naik pesawat pun dipedulikan seperti di United, namun bedanya:
- Pemegang kartu kredit cobrand-nya (yang bisa juga didapatkan oleh orang Indonesia dengan visa turis – ikuti Advanced Masterclass kami untuk info lebih lanjut) tidak ikut mendapatkan prioritas naik pesawat, dan
- Karena tidak semua penumpang dari Anchorage (ANC) keluar pesawat saat di Juneau, hanya sedikit yang perlu naik pesawat sehingga prosesnya cukup cepat.
Di Dalam Penerbangan
Perkenalan Kursi
Pesawat Boeing 737-700 Alaska Airlines memiliki 12 kursi kelas bisnis recliner.
Setelah itu saya pun melanjutkan ke kabin kelas ekonomi.
Saya duduk di kursi 21F, kursi kelas ekonomi standar. Kursi saya di 22A dan 28A untuk penerbangan berikutnya pada dasarnya sama, hanya saja baris 28 adalah baris terakhir di pesawat ini.
Ruang kaki sendiri bisa dibilang lega, namun kursinya sendiri cukup tipis dan semua bagian belakang kursi dilapisi plastik keras – cukup untuk penerbangan pendek, namun tentu kalah jauh dari kursi United dari New York/Newark (EWR) ke Seattle( SEA).
Tidak semua bagian dari kursi ini buruk. Satu kelebihan utama kursi ini adalah tidak perlu mencari stopkontak di bawah kursi, apalagi hanya untuk tahu stopkontaknya dimatikan seperti di TransNusa.
Seperti biasa, berikut saya di kursi tersebut, namun dengan sandaran kepala yang belum dinaikkan.
Seluruh penerbangan domestik di Amerika Serikat tidak mewajibkan masker, dan hampir semua di penerbangan ini juga tidak memakai masker.
Penerbangan
Demonstrasi petunjuk keselamatan dilakukan secara manual dan karena penerbangan ini memuat (dan menurunkan) penumpang di tiap perhentian, maka hal ini dilakukan setiap kali sebelum lepas landas.
Kembali lagi ke penerbangannya. Saya bergabung dari penerbangan kedua kali ini, dari Juneau (JNU) ke Sitka (SIT). Setelah pesawat saya sebelumnya keluar dari gerbang untuk lanjut ke Anchorage (ANC) via Yakutat (YAK) dan Cordova (CDB), pesawat kali ini mundur untuk kemudian diarahkan ke tempat penyemprotan cairan anti es.
Bahkan di bulan November sekalipun, sudah mulai ada salju di Juneau. Ini artinya, sebelum berangkat pesawat perlu disemprot dengan cairan anti es.
Setelah cairan anti es disemprotkan, kami pun segera lepas landas meninggalkan Juneau.
Alaska bagian tenggara memiliki geografi yang cukup unik karena berbeda dengan daratan lain yang langsung berhadapan dengan samudera. Di sini, banyak daerah masih dibatasi oleh perairan yang lebih kecil.
Penerbangan Alaska Airlines dari Juneau ke Sitka sendiri merupakan penerbangan terpendek dari “milk run” kali ini sehingga tidak menawarkan layanan apapun.
Ini artinya, tentu opsi terbaik adalah melihat pemandangan di luar (kalau bukan itu, apa lagi tujuan terbang di penerbangan ini?) Saat mendekati Sitka, samudera Pasifik pun mulai tampak dengan jelas.
Penerbangan dari Juneau ke Sitka sendiri sangat dekat, hanya sedikit lebih jauh dibandingkan dengan dari Jakarta ke Bandung sehingga kami hanya menghabiskan waktu 25 menit di udara.
Landasan dan jalan ke terminal bandara Sitka (SIT) sendiri berada di tepi laut, yang menawarkan pemandangan indah. Apabila Anda pernah memainkan Flight Simulator X, salah satu misi yang tersedia adalah mendarat di bandara Sitka, dan inilah bandaranya.
Bandara Sitka sendiri cukup jauh berbeda dibandingkan dengan, misal, bandara New York/Newark EWR, dengan hanya 1 terminal dan 1 gerbang.
Saat mendarat, awak kabin menyebutkan bahwa walaupun boleh keluar pesawat saat berhenti kali ini, di terminal bandara Sitka “tidak ada fasilitas” dan harus melewati pemeriksaan keamanan lagi untuk bisa kembali masuk ke pesawat setelah turun, sehingga saya memilih untuk tetap di pesawat.
Hanya penumpang yang turun ke Sitka mengambil bagasi, sehingga proses turun pesawat sendiri cukup cepat.
Staf darat Alaska di bandara Sitka pun masuk dan memeriksa penumpang yang masih tetap di dalam pesawat.
Di saat ini juga saya berpindah kursi ke sisi kiri supaya bisa menghadap pegunungan di kedua penerbangan berikutnya. Karena Juneau maupun Sitka adalah kota kecil, saat di pesawat pun masih sangat terasa kekeluargaannya dengan banyak orang yang saling berbicara dan tampak mengenal satu dengan yang lain.
Pemandangan dari sisi kiri tentu tidak kalah menarik, walaupun tentunya tidak dapat melihat apron saat sedang menuju ke landasan pacu.
Sebelum Anda bertanya se-tepi laut apakah bandara ini, setepi itu (baca: jauh lebih tepi bahkan dibandingkan dengan landasan 27 bandara Bali)
Perbedaan antara duduk di sisi kiri dan kanan di penerbangan ini adalah, di sisi kiri Anda akan mendapatkan pemandangan pegunungan Alaska.
Pegunungan di Alaska umumnya ditandai dengan puncaknya yang bersalju, namun bagian bawahnya mulai bertambah hijau. Pegunungan ini kadang bisa ditemui di pulau-pulau di tepi samudera Pasifik, namun ….
Tentunya jauh lebih banyak di daratan Amerika utara.
Sama seperti sebelumnya, karena penerbangan ini cukup pendek maka tidak ada layanan apapun (dan kembali di Indonesia Anda masih berpendapat jajan di kelas ekonomi Garuda dari Bali ke Lombok tidak enak).
Ketchikan jauh lebih besar dari Sitka tapi masih tergolong kota kecil. Kegiatannya berpusat di sekitar bandara dan pelabuhan.
Berbeda dengan saat tiba di Sitka, kali ini awak kabin mengizinkan kita untuk keluar ke gedung bandara tanpa perlu pemeriksaan lagi kurang lebih 20-30 menit, jadi lebih banyak orang yang turun (termasuk saya).
Ketchikan merupakan kota paling selatan di Alaska, dan disebut sebagai ibukota salmon dunia karena produksi ikan yang cukup besar di sana.
Bandaranya sendiri fungsional dan lebih baik daripada tetap berada di pesawat, namun bukan berarti memiliki fasilitas lengkap seperti bandara besar di daratan Amerika Serikat – cukup tempat duduk, kafe, bar, dan toko oleh-oleh (di balik saya; belum terfoto).
Walaupun kotanya diklaim menghasilkan banyak salmon, tempat makan di sini tidak menyajikan ikan sama sekali yang mana cukup disayangkan.
Setelah 25 menit di gedung terminal kembali saatnya untuk melanjutkan penerbangan ke Seattle SEA.
Bandara Ketchikan sendiri cukup unik, di mana berbeda dengan kebanyakan bandara, memiliki gedung terminal yang lebih rendah dari landasan pacu.
Sama seperti bandara kecil lainnya, kali ini tidak ada antrean untuk lepas landas dan hanya beberapa menit setelah keluar dari gerbang kami pun meninggalkan Alaska untuk terakhir kali menuju Seattle.
Alaska sendiri terpisah dari daratan Amerika Serikat, jadi secara efektif pemandangan di sini adalah pemandangan pegunungan di Kanada, tapi masih memiliki karakter yang serupa dengan Alaska bagian tenggara.
Makanan ringan dan minuman disediakan di penerbangan ini, yang sampai di kursi saya kurang lebih 45 menit setelah lepas landas. Untuk penerbangan ini saya mengambil pretzel beserta 1 gelas jus jeruk dan 2 gelas air mineral, yang tentu sangat dibutuhkan setelah beberapa jam di pesawat mengingat udaranya cukup kering.
Sedikit pesan sponsor di sini, Wi-Fi portabel dari PassPod bukan hanya tipis (bisa muat di saku bacaan seperti di bawah) dan memiliki baterai yang awet, namun juga bisa bekerja dengan cepat bahkan di tempat seterpencil Ketchikan dan (dalam beberapa hari kemudian) Guam – sangat direkomendasikan untuk Anda yang akan bepergian ke luar negeri.
Setelah kurang lebih 1 jam mendapatkan pemandangan pegunungan, kami pun mulai bersiap-siap turun menuju Seattle (SEA) sehingga pemandangannya pun berubah menjadi sekitar Puget Sound.
Sama seperti di Jakarta, di sekitar Seattle pun masih saja ramai saat jam pulang kerja.
Daerah pinggiran kota khas Amerika pun juga nampak di dekat bandara Seattle (SEA/BFI) dan kali ini dengan pemandangan sore hari di musim gugur.
Karena kami akan mendarat di landasan pacu arah selatan, ini juga merupakan kesempatan untuk melihat bandara Seattle (BFI) yang juga digunakan untuk menyimpan pesawat Boeing 737 MAX.
Kami mendarat di Seattle kurang lebih 15 menit sebelum jadwal kedatangan, jadi ditambah dengan waktu untuk pergi ke gerbang menjadi tiba tepat waktu.
Karena kali ini saya duduk di baris terakhir, saya pun juga turun terakhir.
Kedatangan
Saya pun kembali tiba di gedung satelit utara (gerbang N), yang merupakan pusat operasi Alaska Airlines di Seattle.
Ini artinya saya perlu menaiki shuttle menuju ke gedung terminal utama.
Tas saya tiba 13 menit setelah saya turun, sesuai dengan jaminan Alaska Airlines untuk menaruh bagasi dalam waktu 20 menit.
Dari gedung terminal saya pun melewati jembatan ke gedung parkir, yang kemudian tersambung dengan stasiun KRL.
Dari sana saya melanjutkan perjalanan ke hotel Fairmont Olympic Seattle dengan KRL.
Kesimpulan
Walaupun baru bisa melihat dari atas, penerbangan Alaska “milk run” ini merupakan kesempatan unik untuk melihat Alaska tenggara yang indah dalam waktu yang singkat (jauh lebih singkat dan murah daripada kapal pesiar) dan pantas untuk masuk salah satu rute idaman pecinta aviasi, apalagi kalau saat berkesempatan mampir ke Seattle.
Dari sisi penerbangannya sendiri, bahkan dengan pesawatnya yang cukup tua untuk standar Indonesia kabinnya sendiri cukup modern dan juga dari sisi pelayanan relatif sama dengan penerbangan lain di dalam Amerika Serikat. Jadi, selain tidak adanya minum di penerbangan di dalam Alaska tidak ada komplain yang signifikan.
I just did the Alaska “Milk Run” for work last month. I had not eaten, due to a short connection in Seattle, and surprisingly had one of the best hot dogs I have ever had, there in the Ketchikan Airport. Lack of seafood is a shame, but I still think about that amazing damn hotdog.
Cara redeem tiket ini gimana yah ko ? Aku uda cb redeem online via Cathay, tp selalu error. Mohon masukan nya. Thanks
Hi Tommy,
Kebetulan saya juga mengalami masalah itu saat memesan di situs Cathay Pacific, jadi silakan kontak mereka dan mereka akan membantu untuk memesan tiketnya (tidak dikenakan biaya layanan karena masalah di situs web).