Bahaya Pengajuan Kartu Kredit

Bahayanya Sistem Pengajuan Kartu Kredit yang ‘Terbelakang’ di Indonesia

“Selamat pagi Pak, saya ABC dari bank DEF ingin menawarkan kartu kredit XYZ. Proses pengajuan mudah, tidak bahaya, dan akan saya bantu, Bapak tinggal kirim foto KTP, NPWP, buku tabungan, dan kartu kredit bank lain saja.”

Saya paham jika masih banyak orang yang memilih untuk mengajukan kartu kredit melalui sales/marketing karena biasanya bisa ‘dibantu’ prosesnya.

Sebut saya paranoid, namun saya sangat-sangat-sangat tidak nyaman dengan proses pengajuan kartu kredit di Indonesia, terutama melalui sales/marketing dan outsourcing.

Sudah sejak lama saya ingin mengutarakan pendapat saya, dan akhirnya terwujud pada artikel ini. Saya merasa bahwa ekosistem kartu kredit di Indonesia, terutama dalam hal pengajuan, sangatlah terbelakang.

Potensi Menjadi Korban Kejahatan

Mungkin jika Anda pernah mengajukan kartu kredit di Indonesia, maka Anda akan bisa relate dengan pandangan saya. Bayangkan betapa banyak informasi tentang diri Anda yang dimiliki oleh pihak yang tidak Anda kenal.

Saat Anda mendaftar kartu kredit lewat sales/marketing, biasanya Anda akan dimintai data diri seperti:

  • KTP
  • Bukti penghasilan (slip gaji)
  • Rekening koran
  • NPWP
  • Nomor kartu kredit bank lain
  • Nomor telepon

Data tersebut akan melewati beberapa proses dan bisa ‘diintip’ oleh beberapa pihak seperti sales/marketing, orang yang datang mengambil dokumen, dan pihak analis bank.

Bagi saya, informasi tersebut bersifat pribadi dan tidak boleh di-handle oleh individual yang tidak jelas kredibilitasnya. Data diri wajib dijaga dengan serius dan tidak disebarkan.

Saya tidak mengatakan bahwa seluruh sales/marketing kartu kredit adalah penjahat. Namun, tentu saja akan ada saja oknum yang tidak bertanggung jawab. Dengan menyerahkan data diri, kita telah membuka peluang bagi pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan.

Salah satu cara pencegahan adalah dengan mengajukan kartu kredit secara langsung di bank yang akan jauh lebih aman ketimbang melalui sales/marketing di mall yang belum tentu jelas kredensialnya.

Sekali lagi, Anda bisa menyebut saya paranoid, namun kejahatan tersebut nyatanya pernah dan sering terjadi.

Bahaya Pengajuan Kartu Kredit
Polisi mengungkap kejahatan pembobolan kartu kredit. Foto: Jawa Pos.

Pengalaman

Selama di Indonesia, terhitung saya hanya pernah 2 kali mengajukan kartu kredit melalui sales/marketing. Semenjak pengajuan, saya mendapat SMS yang menawarkan kredit atau pinjaman SETIAP HARI! @#$@$^@%$&!#&* 😠

Tidak bermaksud menuduh, namun saya cukup yakin jika nomor telepon saya telah compromised dengan dijual ke pihak lain, dalam kasus ini adalah pihak yang menawarkan pinjaman berbunga besar.

Mengetahui kini data saya mungkin saja disimpan oleh sales/marketing, saya tentunya sangat khawatir bahwa suatu hari saya akan menjadi korban kejahatan seperti yang bisa Anda baca di artikel berita ini.

teks, cuplikan layar, Font
Kredit: Republika.

Proses Pengajuan Kartu Kredit Wajib Dibenahi Kedepannya

Salah satu impian saya dari menjalankan PinterPoin adalah bisa membantu mengubah sistem pengajuan kartu kredit di Indonesia.

Saya beruntung sempat merasakan kultur kartu kredit di Amerika Serikat yang menurut saya sangatlah efisien. Saya tidak pernah sekalipun khawatir menjadi korban kejahatan saat mengajukan kartu kredit di Amerika, kenapa?

  • Proses pengajuan kartu kredit dilakukan online sehingga data diri terjamin, bahkan keputusan disetujui/ditolak bisa diketahui saat itu juga
  • Bank dan pemerintah menjamin keamanan data nasabah
  • Bila dilakukan di bank, aplikasi kartu akan dibantu oleh relationship manager yang sudah jelas kredibilitasnya

Cepat atau lambat, Indonesia harus bisa membentuk ekosistem kartu kredit seperti di Amerika Serikat atau negara maju lainnya. Sistem pengajuan kartu kredit yang bahaya ini harus segera dicari solusinya.

Apakah Anda juga was-was ketika mengajukan kartu kredit melalui sales/marketing?

Share

5 comments
  1. Betul, apalagi semua data kirim lewat WA, ga tau itu data diforward ke siapa aja, bahkan informasi detail seperti nama ibu kandung, alamat kantor.

    Kalo saya jd org jahat, saya mungkin apply kartu kredit dgn detail orang lain, hanya saja no HP terdaftar pakai nomor saya.
    Sudah deh, habis orang itu.

  2. mangkanya kalau daftar kartu kredit dulu saya pakai nomor yang nggak kepake, habis di approve, terus telepon CS update nomor HP, nanti kan dia verifikasi ke nomor lama, dst, setelah token berhasil, buang deh nomor lama. tapi berhubung sekarang dibatasi nomor prabayar, jadinya susah juga, malas apply kartu kredit

  3. Soal pencurian data memang marak. Sms sering Dateng Tp sms gk mengangu ya saya biarin Selama sebatas sms. Yg udah Pasti sensitive information Jangan pernah kasih ke telemarketer yg hanya sekedar telpon Dan menawarkan.

    Saya pribadi hanya mengajui lewat karyawan marketing yg di kenal kan oleh marketing Bank lain yg saya tau Bagus. Cimb Dan HSBC saya pun di dapetin dengan lancar Dan yakin lewat marketing Bank yg di kenal kan secara langsung oleh teman.

    Selain pencurian data saya jg Sangat prihatin dengan system OTP Bank lokal. Seharusnya ideally semua belanja an online harus mengunakan OTP SETIAP KALI. Tp praktek nya Kadang tidak, toped aja Kadang di minta Kadang tidak Jadi bikin org sedikit ragu.

    Maka Itu Khusus pembelanjaan online saya selalu hanya mengunakan 1 kartu biar pemantauan gampang.

  4. Sudah pernah kan ada kasus dan pernah viral juga.

    klo gak salah namanya Bobby, katanya tidak mempunyai kartu kredit apapun, tapi di BI checking nya terdapat 6-7 kartu kredit atas nama nya. Sampai sudah lapor polisi segala.
    Pas lapor ke bank , malah RM bank nya nuduh si bapak ini mau menipu bank dengan tidak mau membayar.

    Sudah jatuh ketimpa tangga pulak.

    Salah satu cara yah itu, punya 2 nomor,
    1 nomor adalah untuk umum,
    1 nomor adalah untuk diganti setelah mendapat kartu kreditnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.