Mengutip dari kontan.co.id, Garuda Indonesia berencana untuk mengurangi frekuensi penerbangan dan bahkan menghapus beberapa rute yang dinilai tidak menguntungkan. Maskapai ini melakukannya sebagai respon penurunan tarif batas atas tiket pesawat sebesar 12 – 16% beberapa saat lalu.

Rencananya, Garuda akan mengurangi frekuensi penerbangan untuk tujuan daerah terpencil seperti Morotai, Maumere, dan Bima.
Untuk rute internasional, Garuda Indonesia akan menutup rute Jakarta – London setelah liburan musim panas dan juga menutup rute Denpasar – Mumbai.
Selain itu, Garuda juga akan mengurangi frekuensi penerbangan rute Jakarta-Amsterdam, dari 6 kali menjadi 3 kali per minggu.
Sebelumnya, Garuda bahkan sudah terlebih dahulu menutup satu rute internasional yaitu Belitung – Singapura karena dinilai tidak menguntungkan. Maskapai ini juga akan meninjau kembali berbagai rute yang dinilai kurang menguntungkan akibat kebijakan penurunan Tarif Batas Atas (TBA) ini seperti Jakarta – Lombok.
Opini
Hal ini merupakan berita buruk bagi Anda yang sering berpergian menggunakan Garuda Indonesia. Saya terutama sangat concern terhadap rencana Garuda Indonesia menghapus berbagai rute internasional seperti Jakarta – London dan Denpasar – Mumbai.
Keputusan ini juga saya pandang agak aneh mengingat umur dari rute ini yang cukup pendek. Rute Denpasar – Mumbai baru saja di-launching pada April 2018 lalu sedangkan rute Jakarta – London baru saja dibuka kembali pada akhir tahun 2018 lalu setelah sempat ‘mati suri’ untuk beberapa saat.

Begitu juga dengan rute Jakarta – Amsterdam yang rencananya akan dikurangi frekuensi terbangnya. Saya secara pribadi sangat menyesali keputusan Garuda Indonesia untuk mengurangi dan menghilangkan rute long-haul ke Eropanya dengan drastis.
Singkat kata, apabila seluruh rencana ini benar-benar direalisasikan, maka tentunya hal ini adalah mimpi buruk bagi Anda para penumpang setia atau calon penumpang Garuda Indonesia karena opsi Anda untuk menukar GarudaMiles akan semakin terbatas di masa depan.
Menurut saya bagus, GA harus mulai evaluasi rute rute Internasional yang tidak menguntungkan. Buat apa kalau merugi terus tapi tetap memaksa untuk tetap terbang ke AMS dan LHR ?
Jangan dibandingkan ke SQ/MH/EY dll, dari sisi harga dan jadwal pun sudah kalah, selain itu Warga negara mereka tidak butuh visa untuk kesana. WNI ? Harus minta visa dulu untuk kesana dan terkadang tiket promo untuk membelinya ada jangka waktu tertentu, dengan tidak ada jaminan visa akan 100% diterima.
Saya malah menyayangkan beberapa rute domestik malah akan ditutup. Lebih baik GA perkuat di rute domestik, berani bersaing di rute Internasional yang gemuk (Jepang,Australia,dll) apalagi demand ke Jepang/KorSel sedang tinggi, GA jangan mau kalah bersaing dengan JAL/ANA/Korean Air/Asiana.
Dibandingkan memaksa ke rute internasional yang kalah bersaing dan rugi, lebih baik benahi dulu menejemen nya sendiri, baik dari program Garuda Miles (agar bisa bersaing dengan KrisFlyer kedepannya) baik sisi internal
Kesampingkanlah gengsi untuk ‘bertarung’ di Eropa 🙂
Halo Chris,
Saya setuju kalau Garuda Indonesia terkesan memaksa untuk tetap terbang ke Eropa. Saya tidak merasa bahwa rute CGK – AMS memiliki load factor yang buruk, hanya saja belakangan ini mereka terkesan kalah pamor dengan maskapai asal timur tengah ataupun Singapore Airlines yang notabene memiliki rute yang sama. Untuk rute London, hal tersebut lain cerita karena fakta membuktikan bahwa mereka kerap konstan membuka- menutup rute tersebut; kemungkinan besar karena load factor yang buruk alias rute tersebut tidak laku.
Saya juga menyayangkan rute domestik yang rencananya akan ditutup, dan memang seharusnya Garuda Indonesia lebih berfokus untuk bersaing di medium-haul yang gemuk seperti rute Jepang dan Korsel. Mari kita berharap kedepannya Garuda akan lebih memperhatikan rute tersebut dan menambah rute ke destinas-destinasi tersebut.
Makin terlihat tidak mudahnya mengelola jaringan penerbangan. Saya khawatir selama ini penerbangan ke Eropa etc hanya dijadikan penjaga image Garuda sebagai flagship flight; yang somehow akhirnya harus disubsidi penerbangan jalur lokal. Penurunan tarif penerbangan lokal akhirnya harus diikuti penutupan penerbangan internasional.
Mudah-mudahan keputusan ini bisa dibatalkan. Kita masih ingin terbang bersama Garuda ke ujung dunia.
Koen,
Saya kurang setuju sih kalau penerbangan ke Eropa hanya dijadikan penjaga image Garuda, saya rasa rute ke Eropa ini sebenarnya cukup profitable dan feasible hanya saja Garuda tidak mampu bersaing memperoleh pelanggan dibanding maskapai timur tengah macam Emirates, Qatar, dan sebagainya terutama dari segi harga.
Saya juga berharap keputusan ini dibatalkan, terutama karena saya sangat menikmati flight Garuda rute Jakarta – Amsterdam ini. Saya juga masih ingin terbang dengan Garuda ke ujung dunia 🙂