Belum selesai drama sengketa dengan Garuda Indonesia Group dan gugatan dari Citilink, maskapai Sriwijaya Air kembali diterpa berita tidak sedap. Mengutip dari kontan.co.id, lebih dari setengah armada Sriwijaya Air yang berjumlah 30 pesawat sedang dalam kondisi tidak beroperasi alias ‘dikandangkan’.
Hal ini dikarenakan kondisi dari belasan pesawat tersebut yang dianggap tidak layak terbang. Jika Anda belum tahu, Sriwijaya Air Group sedang bermasalah dengan Garuda Indonesia Group yang berujung pada pencabutan berbagai fasilitas dari Garuda Indonesia Group seperti maintenance repair dan overhaul dari GMF AeroAsia.
Kalau dibilang sangat membahayakan (tidak), (tapi) berpotensi (berbahaya) iya. Karena dari sisi pesawat yang dirawat dalam kondisi yang limited berpotensi terjadi hal-hal yang di luar yang kita perkirakan.
-Fadjar Semiarto, Direktur Operasi Sriwijaya Air
Masih dari sumber berita yang sama, Kementerian Perhubungan (Kemhub) mengkonfirmasi bahwa Sriwijaya Air telah menghentikan operasi 18 pesawatnya. Hal ini menyebabkan turunnya frekuensi penerbangan Sriwijaya Air dari 245 penerbangan per hari menjadi 110-120 penerbangan per harinya.
Dua Direksi Sriwijaya Air Mengundurkan Diri
Pada hari yang sama (30/9), dua direksi Sriwijaya Air mengajukan pengunduran diri. Kedua direksi tersebut adalah Direktur Operasi Sriwijaya Air Fadjar Semiarto dan Direktur Teknik Sriwijaya Air Ramdani Ardali Adang.
Mereka berdua mengundurkan diri karena diketahui kecewa dengan respon Plt Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Jauwena yang tidak mendengarkan masukan untuk menghentikan operasional Sriwijaya Air.
Karena surat tidak direspon Plt (Dirut Sriwijaya), malah terkesan tidak mendengarkan, tetap melakukan penerbangan secara normal maka kami menyatakan mengundurkan diri.
-Fadjar Semiarto, Direktur Operasi Sriwijaya Air

Baca juga: Rumor – Garuda Indonesia Akan ‘Cerai’ Dengan Sriwijaya Air
Penutup
Saya secara pribadi menomorsatukan keselamatan dalam penerbangan. Oleh karena itu, saya mengapresiasi langkah kedua mantan direktur Sriwijaya Air yang sudah melakukan tindakan yang benar yaitu memperingati dan mengambil tindakan atas risiko yang mungkin muncul dari pesawat yang berada dalam kondisi kurang/tidak layak terbang.
Kalau boleh jujur, saya sekarang dalam kondisi sangat pesimis akan masa depan Sriwijaya Air. Mereka memiliki utang yang menggunung, bersengketa dengan Garuda Indonesia Group, dituntut oleh Citilink, mengandangkan sebagian besar Armada-nya, dan membatalkan banyak penerbangan.
Jika Anda tanya pendapat saya, saya akan bilang Sriwijaya Air sekarang sedang berada dalam titik nadir dan mungkin akan menghadapi nasib yang sama seperti Adria Airways.
.
Apa pendapat Anda mengenai dikandangkannya sebagian besar armada Sriwijaya Air ini?