Pada bulan Mei tahun 2018, Singapore Airlines Group mengumumkan rencana penyatuan brand SilkAir ke Singapore Airlines (SQ) sepenuhnya. Salah satu aspek menarik dari penggabungan tersebut adalah kenyataan bahwa Singapore Airlines akan kembali menerbangkan pesawat berbadan kecil seperti Boeing 737 dan Airbus A320.
Setelah 2 tahun lebih sejak diwacanakan, per kemarin, 28 Januari 2021, maskapai SilkAir akhirnya resmi menyatu dengan Singapore Airlines.
Dilansir dari Mainly Miles, mulai 4 Maret 2021, penerbangan SilkAir di rute Singapura – Phuket akan diambil alih oleh Singapore Airlines. Penerbangan tersebut akan menandai debut pesawat Boeing 737-800 Singapore Airlines. Di bulan yang sama juga, Singapore Airlines akan menggunakan tersebut di rute Singapura – Brunei.
For over 30 years, SilkAir has made every journey a joy to fly.
As SilkAir continues its journey as Singapore Airlines, you can be assured of world-class service no matter how short your journey. pic.twitter.com/czayplQZqN
— Singapore Airlines (@SingaporeAir) January 28, 2021
Singapore Airlines & Boeing 737
SQ sendiri sebenarnya sudah tidak asing dengan pesawat Boeing 737. Pada September 1972, SQ sempat mendatangkan 5 unit Boeing 737-100. Sayangnya, tipe pesawat tersebut hanya bertahan hingga Agustus 1980 & SQ mulai fokus menggunakan pesawat berbadan lebar.
Menurut data dari Planespotters, sebanyak 12 unit Boeing 737-800 dan 1 unit Boeing 737 MAX milik SilkAir sudah terdaftar sebagai pesawat Singapore Airlines.
Kabar ‘buruknya’ adalah seluruh pesawat tersebut masih belum menerapkan kursi business class lie-flat Thompson Vantage. Jika Anda sudah familiar dengan produk SilkAir, maka produk tersebutlah yang akan didapat ketika terbang dengan pesawat Boeing 737 SilkAir Singapore Airlines.
In-flight entertainment (IFE) juga belum terpasang pada kursi di pesawat tersebut. Penumpang harus mengakses KrisWorld Entertainment menggunakan gadget pribadi.
Pendapat
Proses integrasi SilkAir ke Singapore Airlines sepertinya akan benar-benar rampung pada tahun 2021/22. Menurut saya, berikut sejumlah faktor yang mendorong penyatuan kedua maskapai tersebut:
- Kehadiran Scoot sebagai low-cost carrier yang juga tergabung dengan Singapore Airlines Group
- Terdapat 3 maskapai yang tergabung di Singapore Airlines Group, sehingga dengan menyingkirkan merek SilkAir, Singapore Airlines bisa fokus dengan 2 segmen saja (full-service dengan SQ dan low-cost dengan Scoot)
- Persaingan budget airlines yang ketat di Asia membuat orang lebih memilih maskapai yang jauh lebih murah dibanding SilkAir
- SilkAir memposisikan diri sebagai full service airline, padahal mereka tidak memiliki fasilitas yang mumpuni seperti lie-flat seat di kelas bisnis atau IFE yang tertanam di kursi
- SilkAir tidak tergabung dengan Star Alliance seperti induknya Singapore Airlines.
Fakta menarik lainnya adalah Singapore Airlines akan segera menerbangkan kembali pesawat jenis Boeing 737 setelah 41 tahun lamanya. Untuk permulaan, pesawat-pesawat ex-SilkAir tersebut akan menggunakan konfigurasi kabin lama.
Untuk itu, saya tidak menyarankan untuk terbang menaiki jenis pesawat tersebut jika terdapat opsi lain yang lebih modern & nyaman seperti Airbus A350 atau Boeing 787. Meski demikian, saya sendiri tidak sabar untuk mencoba terbang menaiki Boeing 737 dengan livery Singapore Airlines. Semoga saja ketika pandemi ini mereda, kesempatan tersebut bisa terwujud.
.