Bulan Maret lalu, saya berkesempatan menikmati Qatar Airways QSuites selama 14 jam pada rute Jakarta – Doha – New York. Pengalaman ini merupakan salah satu pengalaman terbang terbaik saya, baik dari sisi hard product, pelayanan, hingga makanan.
Reputasi Qatar Airways QSuites
Qatar Airways baru saja memenangkan beragam penghargaan di Skytrax World Airline Awards 2019, yang diumumkan di Paris Air Show 2019 yang bertempat di Le Bourget Airport. Dalam ajang tersebut, Qatar Airways meraih 11 penghargaan sekaligus, beberapa yang paling prestisius di antaranya adalah The World’s Best Airline, World’s Best Business Class, dan World’s Best Business Class Seat.
Qatar Airways merupakan satu-satunya maskapai yang pernah meraih predikat The World’s Best Airline sebanyak 5 kali sepanjang sejarah pemeringkatan Skytrax.
Sebagai catatan, Skytrax dan Paris Air Show merupakan standar tertinggi dari perusahaan rating dan trade fair di bidang aviasi. Oleh sebab itu, dinobatkannya Qatar Airways sebagai pemenang besar tentu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi H.E. Akbar Al Baker, CEO Qatar Airways.
Beberapa tahun belakangan H.E. Al Baker harus berputar otak mencari solusi atas masalah blokade Arab Saudi, UAE, dan beberapa negara teluk lainnya. Belum ditambah lagi masalah tudingan unfair subsidy practices yang dituduhkan oleh US Big 3 Airlines.
Pada flight review kali ini saya akan mengulas pengalaman saya terbang selama lebih dari 14 jam di dalam kabin Qatar Airways QSuite milik Qatar Airways. QSuite merupakan produk Business Class yang secara global diakui sebagai produk yang revolusioner ketika diluncurkan pada ajang Internationale Tourismus-Börse (ITB) Berlin 2018.
Produk ini memungkinkan keluarga atau group traveler sejumlah empat orang untuk duduk dalam susunan quad sehingga mereka dapat bersosialisasi dan bercengkerama layaknya di darat. Pun hanya terbang sendirian, saya mengakui bahwa QSuite merupakan produk yang fenomenal, bahkan dibandingkan Business Class maskapai-maskapai Oneworld lain yang pernah saya naiki.
Berikut merupakan detail itinerary perjalanan saya.
Itinerary Penerbangan
Nomor Penerbangan: QR 701
Jenis Pesawat: Airbus A350-1000 (A35K)
Rute: Doha – New York (DOH-JFK)
Tanggal: 6 Maret 2019
Waktu Berangkat: 08.00 (UTC+3)
Waktu Tiba: 14.25 (UTC-4)
Lama Penerbangan: 14 Jam 25 Menit
Proses Booking
Qatar Airways merupakan maskapai yang strategi pemasarannya menurut saya cukup unik. Harga tiket premiumnya kadang dibanting habis-habisan sedangkan harga tiket ekonominya kadang bisa lebih mahal daripada Business Class maskapai lain. Jika Anda ingin menikmati Qatar Airways QSuite, saya sarankan Anda menunggu sale yang selalu diumumkan melalui newsletter Qatar Airways.
Saya mendapatkan harga yang cukup miring untuk penerbangan ini, yaitu sebesar 36,8 juta rupiah (USD 2.600-an pada saat itu). Harga tersebut adalah untuk CGK – DOH – JFK pulang pergi, seluruhnya menggunakan Business Class. Pada harga normal, QSuite bisa dibanderol seharga lebih dari 45 juta rupiah satu kali jalan.
Hal lain yang membuat saya tertarik membeli penerbangan ini adalah adanya promo 2x QPoints dan 2x QMiles, sehingga sangat membantu saya untuk rekualifikasi memperoleh status Platinum di Qatar Airways. Status ini setara dengan status Emerald di jaringan Oneworld.
Check In & Ground Experience
Saya berhak memanfaatkan priority check in counter sebagai anggota Platinum. Namun, demikian, saya selalu menyempatkan melakukan mobile check in dengan tujuan untuk memperoleh kursi terbaik. Pengalaman check in saya sebenarnya dimulai dari priority check in lounge dan expedited immigration di JAS Premier Lounge Jakarta. Tetapi, karena review ini berfokus pada leg DOH – JFK, maka saya hanya akan me-review pengalaman saya di Doha.
Di Doha saya berhak mempergunakan fasilitas Al Mourjan Lounge yang terkenal keanggunannya. Namun, jika terbang menggunakan Economy Class, maka saya hanya berhak mempergunakan First Class Lounge milik Qatar Privilege Club.
Meskipun namanya mentereng, tetapi fasilitasnya tidak sebaik Al Mourjan. Al Mourjan merupakan lounge yang menurut saya cukup besar. Lounge ini lebih luas dibandingkan lounge-lounge flagship dari maskapai Oneworld lain seperti Japan Airlines dan Cathay Pacific.
Karena saya tahu bahwa saya akan mendapatkan free flow dining service at anytime di pesawat, maka saya hanya mencicipi sedikit sarapan di Al Mourjan. Kualitas makanannya dapat saya bilang cukup baik, dengan beragam pilihan menu Timur Tengah dan Western.
Highlight dari menu yang ada menurut saya adalah mushroom cream soup dan heated prata yang tidak membuat saya terlalu kenyang. Kita dapat meminta waiter untuk menyajikan berbagai condiments seperti Dijon mustard atau marmalade sauce dalam personal size yang elegan.
Sebagai Platinum member, saya berhak mendapatkan escort dari Al Maha Hostess untuk menemani saya berpindah area terminal sejak deplane hingga boarding ke penerbangan berikutnya. Berdasarkan pengalaman saya, hostess Al Maha cukup membantu mengarahkan kita memilih rute terpendek menuju lounge atau gate. Di samping itu, rasa eksklusivitas tentu menjadi bumbu tersendiri yang tidak ingin saya lewatkan dari perjalanan kelas premium.
Hard Product
Qatar Airways merupakan maskapai yang dikenal memiliki usia rata-rata armada yang relatif muda. Saya pernah mencicipi berbagai armada Qatar Airways mulai dari A330-300, B787-8, B777-300ER, hingga A350-900. Satu varian yang belum pernah saya rasakan adalah armada A350-1000 yang mana Qatar Airways menjadi global launch customer di tahun 2018. Beruntung bagi saya, di penerbangan ini armada B77W untuk rute DOH – JFK telah di-swap dengan A35K yang selalu saya ingin rasakan.
Sebagian orang mungkin akan skeptis mengenai perbedaan antara A359 dan A35K. Bagi seorang avgeek seperti saya, perbedaan subtle itulah yang memberikan pengalaman tersendiri. Di kasus A35K, fitur yang sangat saya suka adalah tidak adanya central overhead storage dan besarnya ukuran jendela sehingga menjadikan penerbangan menjadi lebih nyaman.
Dari sisi kursi, tentu saya tidak harus bicara banyak. Ciri khas dari QSuite adalah fully enclosed suites-nya. QSuites disusun dengan konfigurasi staggered 1-2-1 sehingga memungkinkan akses langsung ke lorong.
Di samping pintunya yang bersifat tertutup, yang unik dari QSuites adalah adanya rear-facing suites di beberapa baris yang terletak pas di samping jendela. Jika Anda terbang sendirian, saya menyarankan memilih rear-facing suites. Suites ini karena memberikan Anda privasi lebih berkat posisinya. Di samping itu, trust me, you wont forget the rear-facing take off experience!
Soft Product
Qatar Airways hampir tidak pernah mengecewakan saya dari sisi IFE. Mereka selalu menyediakan konten-konten terbaru dalam armadanya. Konten tersebut diperbarui setiap bulan dengan campuran yang pas antara new releases dengan everlasting box office. Touchpad control yang disediakan juga sangat responsif, di samping main screen ukuran 22 inch yang just right untuk QSuite.
Amenity kits yang disediakan sebenarnya tidak terlalu mewah. Isinya meliputi lip balm, kaos kaki, parfum, dan beberapa kit lain bermerek Monte Vibiano. Untuk long haul, Qatar Airways terkadang menggunakan hard shell purse atau soft case pouch merek BRICS atau Salvatore Ferragamo. Tersedia pilihan warna pink atau biru muda.
Piyama juga disediakan dengan merek The White Company. Piyama ini selalu saya bawa pulang (100% legal) karena sangat nyaman dipakai. Jika Anda mau , Anda bahkan diperbolehkan membawa pulang bantal kecil dengan tulisan unik seperti “Love, Work, Travel, Repeat!” atau “Sky is My Happy Place”.
Soal catering, tidak usah diragukan bahwa Qatar Airways QSuites memiliki kualitas wahid. Saya sudah pernah terbang dengan hampir seluruh maskapai Asia Timur (kecuali maskapai China daratan). Maskapai Asia Timur memang terkenal dengan kelezatan cateringnya. Namun menurut saya, hanya maskapai Jepang yang bisa mengalahkan catering Qatar Airways di Business Class.
Kelebihan lain Qatar Airways adalah fitur dine on demand yang memperbolehkan kita memilih makanan apa pun di saat kapan pun kita ingin makan. Anda tidak harus mengikuti jadwal makan seperti di Economy Class. Pilihan yang disajikan cukup beragam, dari makanan ringan bergaya tapas hingga makanan berat.
Menghabiskan seluruhnya dalam food fest tersebut ditambah oleh nyamannya padding pada Qatar Airways QSuites menjadikan saya luar biasa kantuk. Saya pun tidur seperti bayi selama hampir 5 jam. Tidur di QSuites adalah sebuah guilty pleasure karena saya tidak ingin hanya melewatkan kesempatan eksepsional ini hanya dengan tertidur.
Penutup
Tanpa terasa, saya sudah melewati Boston dan mendekati NY. Di satu sisi, saya cukup senang karena segera akan bisa makan lamb over rice favorit saya di samping Trump Tower Manhattan. Tetapi di sisi lain, saya kesedihan saya tetap lebih mendominasi ketika harus beranjak dari The Burgundy Babe.
Saya tentunya akan mencari kesempatan lain untuk terbang dengan Qatar Airways QSuites. Baik dengan membayar cash maupun menukar miles, produk ini merupakan produk yang sangat eksepsional, worth every cent!
waw.. dapat SSSS nih min
Yes, surat cinta dari TSA. Ditahan sejam saya. Hahaha…
Karena Sangat minimal nya kartu yg bekerja sama dengan Qatar Airways, kita Jd sulit mencoba Business class nya Qatar airways.
Semoga ada tips Dan tricks kartu apa yg terbaik supaya mengumpulkan Q miles dengan cepat. Dan Apakah ada cara lain Selain kartu kredit untuk mengumpulkan Q miles.
Thank you
CC yang dapat ditransfer ke QMiles di antaranya adalah Citibank Premier Miles. Sebagai alternatif, bisa juga booking menggunakan Asia Miles dari Cathay Pacific sebagai sesama maskapai Oneworld. Rute Doha-Paris misal, membutuhkan 100 ribu Asia Miles roundtrip. Semoga menjawab ya 🙂
Mempertimbangkan saya tidak akan sering pakai qatar, Kalau kita beli ticket qatar , miles nya bs di transfer ke airlines mana saja ?
George,
Qatar merupakan anggota aliansi maskapai oneworld. Anda bisa mengkreditkan miles Qatar ke maskapai seperti Cathay Pacific, Malaysia Airlines, Qantas, dll.
Saya liburan natal kmren baru coba qatar business class mau pilih seat yg qsuites kok gagal trus ya. Padahal ada pilihan.
Tp untuk menu2 makanan tetep Singapore airlines yg paling enak makanannya. Entah kenapa menu2 timur tengah kurang cocok d lidah.