Merger Korean Air Beli Asiana Airlines | PinterPoin

Merger Korean Air & Asiana Airlines Tertunda Hingga 2024

Pada bulan November 2020 lalu, maskapai Korean Air (Hanjin Group) mengumumkan rencana pembelian kompetitor utamanya, Asiana Airlines yang bernaung dibawah Kumho Group.

Korean Air dan Asiana Airlines adalah “musuh bebuyutan” yang akan segera bersatu dalam periode 3 tahun kedepan. Sontak, merger antara Korean Air dan Asiana ini otomatis akan menimbulkan sejumlah efek positif dan negatif.

Terkini, The Korea Times melaporkan bahwa Korean Air telah memberikan rencana pasca merger kepada Korea Development Bank. Jika sesuai rencana, maka Korean Air baru akan mengakuisisi Asiana pada tahun 2022 dan kedua maskapai tersebut baru akan terintegrasi penuh secara operasional pada tahun 2024.

Merger ini dianggap sebagai keputusan yang tidak bisa dihindari agar bisa meminimalisir kerugian yang menerpa kedua maskapai tersebut. Penyatuan ini juga dianggap akan membantu menstabilkan industri penerbangan di Korea Selatan dan memperkuat posisi di persaingan internasional.

“In general, countries with a population less than 100 million have a single full-service carrier,”

“However, Korea has two full-service carriers, which gives it a competitive disadvantage compared to countries like Germany, France and Singapore with a single major airline.”

Hanjin Group – Korean Air

Pada saat yang sama, dengan hilangnya persaingan untuk penerbangan domestik, kemungkinan besar harga tiket akan semakin mahal bagi warga Korea Selatan.

Star Alliance Kehilangan Maskapai?

Salah satu pertanyaan besar dari merger ini adalah mana aliansi maskapai yang akan dipilih. Sebagai informasi, Korean Air merupakan anggota dari SkyTeam dan Asiana merupakan anggota dari Star Alliance.

Melihat Korean Air sebagai merk yang akan survive dari merger ini, maka kemungkinan besar maskapai ‘baru’ pasca merger ini akan tetap berada di SkyTeam.

Artinya Star Alliance akan kehilangan salah satu anggotanya di Asia yang akan berdampak signifikan. Meski demikian, saya pribadi tidak terlalu memusingkan hal tersebut mengingat banyaknya maskapai Star Alliance yang berbasis di Asia seperti Singapore Airlines, ANA, EVA Air, dan Thai.

Kemudian, dari sisi loyalty program, saya rasa Korean Air SKYPASS akan menjadi survivor dari merger ini. Jika benar, maka akan muncul kekhawatiran dari anggota Asiana Club, terutama yang sudah memperoleh atau sedang mengejar lifetime status. Untuk sementara (hingga 2024), kedua program tersebut akan berjalan sendiri-sendiri seperti biasa.

Asiana Airlines Korean Air Merger
Star Alliance kemungkinan akan kehilangan 1 maskapainya.

Penutup

Merger 2 maskapai terbesar di Korea Selatan, Korean Air dan Asiana Airlines, akan terwujud pada tahun 2024. Bagi pemerintahan Korea Selatan & mayoritas penduduknya, merger ini dianggap sebagai jalan keluar terbaik. Korea Selatan terlihat serius dalam bersaing dengan maskapai global lainnya. Peta persaingan maskapai internasional pasca COVID-19 dipastikan akan berubah kedepannya.

Kedua maskapai tersebut akan bersatu dan membentuk maskapai ke-10 terbesar di dunia dan maskapai kargo ke-3 terbesar di dunia. Maskapai budget milik Asiana Airlines; Air Seoul dan Air Busan, juga diikutkan pada perjanjian ini.

Isu-isu merger maskapai besar lain seperti Emirates dan Etihad juga sering terdengar. Pada kasus tertentu, memang terdengar ideal bagi 2 maskapai besar dalam 1 negara untuk bersatu agar bisa lebih bersaing di kancah internasional & lebih profitable di rute domestik. Namun tentunya banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan dengan matang.

.

Apa pendapat Anda tentang merger ini?

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.