Salah satu daya tarik terbesar saat terbang dengan Lufthansa first class dari Frankfurt (FRA) adalah mengunjungi Lufthansa First Class Terminal. Hanya saja, kali ini saya terpaksa memilih mencoba Lufthansa First Class Lounge di bandara Frankfurt (FRA) concourse B karena saya tidak memiliki visa Schengen.
Lufthansa First Class Lounge sendiri merupakan lounge kedua terbaik Lufthansa setelah First Class Terminal, lounge ini hanya dapat diakses oleh:
- Penumpang first class Lufthansa, Swiss, atau Air China, atau
- Anggota Miles&More HON Circle saat terbang dengan Austrian, Brussels Airlines, Air Dolomiti, Lufthansa atau Swiss.
- Status HON Circle sendiri hanya bisa didapatkan dengan terbang sangat banyak di business/first class maskapai yang menggunakan program Miles&More (baca: agak mirip dengan Singapore Airlines PPS Club)
Lounge ini tidak dapat diakses dengan program keanggotaan lounge berbayar umum (Priority Pass, LoungeKey, DragonPass), tiket kelas bisnis tanpa status, atau bahkan tiket first class selain 3 maskapai di atas.
Terdapat lounge lain yang bisa diakses, misalnya Lufthansa Senator Lounge untuk penumpang Singapore Airlines First Class atau Plaza Premium Lounge yang bisa diakses pemegang kartu American Express Platinum.
Lufthansa First Class Lounge Frankfurt (FRA) B
Lufthansa sendiri memiliki 2 First Class Lounge di bandara Frankfurt (FRA), 1 di pier A (area Schengen) dan 1 di pier B (area non-Schengen).
Lounge-nya sendiri tidak terlalu sulit ditemui, dan dapat dijangkau hanya dengan berjalan beberapa menit dari gerbang kedatangan saya sebelumnya.
Pintu masuk lounge sendiri terdapat 1 lantai di atas area keberangkatan umum.
Begitu masuk, saya menunjukkan pas naik saya ke staf di area reception sebelum akhirnya dipersilakan masuk.
Lufthansa First Class Terminal maupun First Class Lounge memiliki tradisi unik berupa bebek karet sebagai teman berendam (lebih lanjut di bawah), yang diberikan begitu saya tiba di lounge.
Selain itu, pas naik (boarding pass) saya yang sebelumnya hanya diberikan kertas juga diberi “baju”.
Tepat di sebelah reception sendiri ada 5 ruang kerja privat yang bisa langsung diakses tanpa perlu membuat appointment.
Ruang kerjanya sendiri cukup luas dan nyaman.
Setelah melewati area reception sendiri terdapat area duduk yang cukup luas serta bar.
Bacaan di lounge sendiri lebih banyak terdiri dari koran, walaupun majalah sendiri juga tersedia.
Di sisi kiri lounge sendiri terdapat sofa, yang di tengahnya terdapat tumbler air.
Di sisi kanan sendiri terdapat kursi santai dan sedikit sofa yang menghadap jendela.
Pemandangan di jendela sendiri menghadap pier A/Z dan juga B.
Jadwal penerbangan juga ada, namun karena eksklusifnya lounge ini hanya jadwal penerbangan tamu lounge yang ditampilkan (dalam arti, Anda tidak akan menemukan jadwal raksasa seperti di luar lounge).
Ruang merokok biasanya identik dengan bangku keras di tempat yang sempit, namun tidak di sini – ruang merokoknya masih tetap seperti area duduk normal.
Di dalam ruang merokok sendiri terdapat minuman swalayan serta beberapa sofa, dan selalu kosong selama kunjungan saya kali ini.
Lounge first class tentu perlu dilengkapi dengan bar, dimana semua minuman dibuat.
Saya meminta coklat panas untuk memulai kunjungan saya, yang diantarkan ke meja.
Karena saya tidak sempat ke kamar kecil saat terbang dari London dan seperti standar review lounge, saya tak lupa pergi ke kamar kecil terlebih dahulu.
Karena ini merupakan lounge first class, baik urinal maupun kloset berada di bilik kamar kecil.
Kamar kecilnya sendiri terkesan steril, dan seperti biasa (selain di Asia) tidak memiliki bidet.
Kalau bukan karena handuk, saya bisa saja berkata ini di kamar kecil lounge kelas bisnis dan tidak ada yang curiga.
Saya masih sedikit berharap ada spa gratis di sini, namun sayangnya tidak ada; perawatan yang berbayar pun juga termasuk sangat mahal untuk standar Asia.
Saya tiba di ruang makan hampir di saat pergantian antara menu sarapan dan makan siang/malam. Ruang makannya sendiri terdiri dari beberapa tempat duduk dan juga prasmanan kecil.
Di luar ruang makan sendiri kebetulan terpasang menu spesial di bulan tersebut.
Seperti di berbagai lounge first class bagus di dunia, lounge ini memiliki area khusus untuk makan, yang tentunya diimbangi dengan ala carte dining.
Di meja prasmanan sendiri terdapat beberapa opsi menu sarapan.
Saya sempat mengambil beberapa sebelum pelayannya datang meminta saya menunggu prasmanannya diganti menjadi menu makan siang/malam (yang katanya lebih bagus dari prasmanan menu sarapan saat itu) sambil mengambil piring saya.
15 menit kemudian prasmanannya diganti menjadi prasmanan menu makan siang/malam, dan betul saja, nampak jauh lebih menarik dari sebelumnya.
Menu prasmanan sepanjang hari sendiri masih tersedia juga, dan termasuk cukup lengkap meskipun prasmanannya kecil, kalau bukan terlalu “dingin” untuk standar orang Asia.
Kembali lagi ke makan siang ala carte-nya. Setelah saya duduk saya diberikan menu makan siang.
Berikut menu makanannya:
Selain itu, lounge ini juga memiliki menu minuman, yang juga bisa ditemukan di beberapa meja di sepanjang lounge.
Pilihan wine dan birnya cukup lengkap, walaupun memang tidak ada yang betul-betul menonjol.
Makan siang sendiri dimulai dengan pembuka dari prasmanan.
Makan siang sendiri dilanjutkan dengan sup consomme. Saya datang terlalu siang untuk bisa mencoba menu sarapannya, tapi di sisi lain sudah tidak banyak penerbangan first class yang berangkat setelah jam makan siang.
Untuk hidangan utama sendiri saya memilih ikan kurisi panggang dengan jamur dari menu spesial bulan itu.
Makan siang ditutup dengan sorbet strawberry, yang seperti biasa dipasangkan dengan wine penutup. Saya sempat mencoba beberapa jenis wine, yang sayangnya belum sempat saya foto, sebelum akhirnya memilih wine tersebut.
Berikut menu makan siang/malam ala carte-nya:
- Menu khas:
- Burger daging tenderloin dengan saus krim truffle, tomat oxheart, salad arugula, dan roti brioche, atau
- Kue beri
- Menu spesial bulanan:
- Salad caesar dengan keju parmesan, tomat, dan roti kering, lengkapi dengan:
- Ekor lobster,
- Steak tenderloin, atau
- Jamur chanterelle
- Ikan kurisi panggang dengan jamur chanterelle, lemon, keju arugula, dan tomat (dipilih), atau
- Spaghettini gandum kuda dengan asparagus panggang dan tomat semur
- Bisa dilengkapi dengan keju parmesan vegan
- Salad caesar dengan keju parmesan, tomat, dan roti kering, lengkapi dengan:
- Menu reguler:
- Sup: Consomme dengan dumpling mentega dan kemangi (dipilih),
- Hidangan utama: Pilih satu dari:
- Daging sapi muda tipis goreng tepung dengan salad kentang dan timun serta lingonberry,
- Steak tenderloin dengan risotto jeruk limau, zucchini kecil, dan jus rosemary, atau
- Menu anak: Daging sapi muda tipis goreng tepung dengan salad kentang dan timun serta lingonberry,
- Penutup: Pilih satu dari:
- Irisan coklat, beri, dan es krim vanila, atau
- Sorbet strawberry, buah stawberry, dan cress lemon (dipilih).
Walaupun masih sedikit nampak seperti makanan lounge (Anda tentu tahu maksud saya kalau sempat makan di The Private Room), namun secara keseluruhan makanannya bisa dibilang cukup bagus.
Baik dari variasi pilihan (tak lupa menu musimannya) maupun kualitasnya, makanan di sini sudah mendekati atau bahkan menyamai makan di restoran di luar bandara. Pelayanannya yang cukup proaktif juga menjadi salah satu highlight mengunjungi lounge ini, seperti tadi saat menawarkan prasmanan makan siang yang masih baru dan mencoba beberapa wine calon pendamping makanan penutup.
Seperti biasa, saya mandi dulu di lounge sebelum terbang. Setelah meminta akses kamar mandi di reception spa, saya diantar ke kamar mandi.
Lounge ini memiliki beberapa kamar mandi dengan pancuran.
Untuk pengalaman mandi yang lebih eksklusif, ada 1 yang juga memiliki bak mandi – kalau Anda ke sini, jangan lupa minta kamar mandi nomor 5.
Kamar mandinya sendiri cukup luas, dan begitu masuk saya langsung disambut dengan bak mandi yang besar.
Ini menjadi lounge ketiga saya dimana saya bisa berendam di lounge bandara; dua lounge lainnya dimana saya sempat berendam adalah di Qatar Airways Al Safwa Lounge (jacuzzi) dan Cathay Pacific The Wing Lounge, First Class (bak mandi standar).
Setelah berendam tentu waktunya untuk mandi di shower.
Lounge ini menawarkan shower yang dilengkapi dengan bath amenity dari Balmain, merek yang sama dengan di kamar standar Sofitel Washington DC Lafayette Square (tempat saya menginap setelah penerbangan ini; Suite di Sofitel sendiri menggunakan bath amenity dari Lanvin).
Lufthansa First Class Limousine Service
Salah satu fasilitas unik yang ditawarkan di Lufthansa first class adalah layanan limusin (limousine service), dimana Anda akan diantarkan dari lounge ke depan garbarata menggunakan mobil mewah pribadi.
Karena saya menunggu di First Class Lounge pier B, saya bisa diantar ke pesawat dengan limusin kalau:
- Proses naik pesawatnya dari gerbang Z atau C, atau
- Proses naik pesawatnya dari gerbang B, tapi pesawatnya sendiri berada di remote stand.
Untungnya, penerbangan ke Amerika sendiri umumnya terbang dari gerbang Z (seperti penerbangan saya kali ini), jadi saya pun bisa turut merasakan pengalaman istimewa ini.
Prosesnya sendiri dimulai dari lounge, dimana dari tempat duduk saya di lounge saya diundang untuk naik pesawat.
Begitu tiba di lift dekat area reception, saya diantar turun ke lantai ramp sebelum staf lounge menyerahkan saya pada supir yang akan membawa saya ke pesawat.
Saya tentu tahu itu adalah hari yang sangat bagus untuk terbang ketika Porsche Taycan 4S menjemput saya menuju pesawat dan tepat di sebelah Boeing 747-400 (trivia: penerbangan jarak jauh pertama saya sekitar 20 tahun lalu adalah dari Jakarta CGK ke Frankfurt FRA lewat Singapura SIN menggunakan Lufthansa Boeing 747-400).
Setelah memasukkan ransel ke tempat bagasi, saya pun masuk ke mobil untuk diantar ke pesawat.
Prosesnya sendiri hanya memakan waktu 5 menit yang berarti bukan hanya bebas pusing, tapi artinya saya juga bisa menikmati lounge lebih lama daripada kalau saya harus ke gerbang sendiri.
Kesimpulan
Lufthansa First Class Lounge beserta First Class Limousine Service menawarkan pengalaman sebelum terbang yang sangat premium.
Lounge yang eksklusif ini bukan hanya menawarkan tempat yang tenang, namun juga fasilitas premium seperti bak mandi dan ala carte dining. Selain itu, apabila Anda terbang di Lufthansa first class dan cukup beruntung berangkat dari gerbang yang jauh, Anda bahkan bisa juga diantar ke pesawat, yang tentunya merupakan nilai unik tersendiri.
Walaupun sedikit “kalah” eksklusif dari First Class Terminal, lounge ini menawarkan pengalaman yang hampir sama, dan karena ada lokasi di area non-Schengen bisa menjadi opsi yang sangat bagus bagi penumpang transit daripada harus keluar imigrasi dulu (dan tentunya visa Schengen).
Apabila Anda berkesempatan terbang di Lufthansa first class, pengalaman lounge dan limusin eksklusif ini tentu tak boleh dilewatkan.