Selamat datang di kota kelahiran saya yaitu Solo! Dalam rangka mudik, saya menggunakan kesempatan ini untuk menginap di satu-satunya properti Marriott International di kota batik ini yang dinamakan Moxy Solo.
Moxy Solo pertama kali dibuka untuk publik di akhir bulan Juli 2024 sehingga bisa dibilang hotel ini masih sangat baru.
Secara pribadi, saya telah lama menanti-nantikan kehadiran hotel ini sehingga saat akhirnya resmi dibuka ingin rasanya untuk segera mencoba menginap. Hingga akhirnya kesempatan tersebut tiba di tengah bulan September 2024 lalu dan saya akhirnya mudik dan menyempatkan untuk menginap di Moxy Solo.
Pengalaman saya bisa dibilang sangatlah positif namun tetaplah ada beberapa hal yang bisa dibenahi; Sungguh ini adalah sesuatu yang sangatlah wajar untuk sebuah hotel baru. A part of growing pains.
Berikut adalah ulasan lengkap saya:
Di dalam post ini:
Moxy Solo: Pemesanan
Saya melakukan pemesanan melalui aplikasi Marriott Bonvoy sekitar kurang dari 10 hari sebelum jadwal saya menginap di hotel ini.
Sebenarnya, jika hanya untuk mencoba menginap tentu saja menginap satu malam saja sudah cukup ya, namun jika melihat harga menginap yang dibayar secara tunai dan membandingkannya dengan menebusknya dengan poin maka terasa sangat worth it jika menggunakan poin.
Otak PinterPoin saya langsung otomatis beride gila untuk memperpanjang masa menginap tidak tanggung-tanggung menjadi 5 malam.
Mengapa? Hal ini saya lakukan dengan pemikiran untuk sekalian melakukan mattress run untuk menyelesaikan 75 malam yang diperlukan untuk memperpanjang keanggotaan Titanium Elite tahun 2024 ini.
Program Marriott Bonvoy memiliki promosi reguler menarik di mana jika menginap selama 5 malam menggunakan poin maka para anggota hanya perlu membayar 4 malam saja (1 malam termurah akan digratiskan). Untuk menginap kala itu, saya menebusnya dengan sejumlah 22.000 Marriott Bonvoy poin yang mana jika dibayarkan dengan rupiah berada di angka Rp4.180.550.
Poin saya dihargai senilai ยฑRp190 yang mana sekitar 52% lebih tinggi dari valuasi PinterPoin di tahun 2024 (Rp125/poin). Sweet!
Kamar yang saya pesan adalah tipe kamar terendah yaitu Guest Room, 1 Queen Bed, City View yang berukuran 20 meter persegi.
Sehari sebelum jadwal menginap, saya mengecek apps Marriott Bonvoy dan mendapati kamar saya telah mendapat upgrade 1 tingkat namun di pagi hari H kamar tersebut sudah ter-upgrade berubah kembali menjadi kamar standar.
Wah, saya cukup kecewa waktu itu namun saya memahami karena memang menurut apps, hotel tersebut sedang dalam keadaan ramai dan faktanya saya menginap selama 5 malam sehingga wajar jika saya tidak mendapat upgrade.
Di siang hari, saya mendapatkan notifikasi dari mobile check-in bahwa kamar saya telah selesai dipersiapkan dan saya dikagetkan ketika saya mendapat info bahwa saya mendapat upgrade ke kamar tipe tertingginya yaitu tipe kamar Deluxe Guest Room, 1 Queen, City View.
Moxy Solo sendiri tidak memiliki tipe kamar suite sehingga semua kamar adalah kamar standar ataupun kamar deluxe. Jika boleh saya bandingkan, tipe kamar deluxe ini setara dengan dengan tipe kamar Junior Suite di hotel lain dengan hadirnya sebuah sofa lengkap dengan mejanya yang berada jadi satu dengan area kamar tidur.
Moxy Solo: Check-In
Saya tiba di Moxy Solo di hari Sabtu malam.
Saya mendapati kondisi hotel sangatlah ramai terlihat dari parkiran mobil yang membanjir hingga ke luar gedung.
Penjaga dan petugas parkir terlihat cukup kelimpungan dalam mengatur mobil saat itu karena keterbatasan lahan parkir maka para tamu yang membawa mobil disarankan untuk menitipkan kunci untuk diparkirkan secara valet. Saya perhatikan kunci mobil para tamu bahkan terlihat menggunung di meja makeshift yang ada.
Untuk diketahui, saya datang menginap bertepatan dengan libur long weekend Maulid Nabi Muhammad sehingga bisa dipahami jika hotel terbaru yang berlokasi di pusat kota dan strategis di jalan Slamet Riyadi ini menjadi sasaran utama para pelancong.
Gedung Moxy Solo ini bisa dibilang relatif kecil dan cukup sederhana dengan permainan warna putih dan magenta. Di malam hari gedung ini tampak hidup dengan adanya lampu berwana keungguan yang mengesankan muda dan milenial dan neon sign logo Moxy berwarna pink yang mencolok.
Bell men yang bertugas di area drop off menyambut kedatangan saya dengan penuh senyum dan sangat ramah.
Beliau menawarkan untuk membantu mengamankan barang bawaan saya dan saya yang datang hanya dengan membawa sebuah koper kabin troli tentu merasa tidak perlu dibantu sehingga saya menolak tawaran bantuan tersebut dengan sopan dan lalu diberitahu untuk menuju ke lobi utama di lantai 2.
Memasuki ruangan di lantai 1 terdapat dekorasi becak dengan latar belakang dinding mural yang terlihat perpaduan akulturasi budaya Jawa dengan elemen disain moderen. Sebuah spot yang instagrammable!
Ada terdapat 3 elevator dan selama menginap hanya 2 elevator yang beroperasi. Tak mengapa, elevator yang ia miliki berukuran besar dan juga dapat mengantar para tamu naik ataupun turun dengan cepat sehingga mumpuni untuk mengakomodasi para tamu hotel yang ada.
Memasuki lantai 2 saya langsung bergegas berjalan menuju ke front desk. Ruangan ini terasa muda, cerah, dan meriah yang sangat on brand dengan Moxy secara umum.
Semakin mendekati meja resepsionis, seorang karyawan di balik meja mengenali saya dari kejauhan dan menyapa saya langsung dengan nama saya. Saya dibuat kaget karena wajahnya memang terlihat sangat familiar, rupa-rupanya beliau adalah Pak Ale yang memang telah saya kenal sebelumnya ๐
Pak Ale yang sekarang ini menjabat sebagai Operations Manager di Moxy Solo ini dulunya bekerja di The Ritz-Carlton Bali yang bisa dibilang seringkali membantu saya selama beberapa kali menginap di sana.
Sungguh sebuah kejutan yang menyenangkan untuk melihat familiar face yang tidak saya duga-duga di Moxy Solo. Tentu saja kami berbincang-bincang sambil proses check-in berlangsung. Kepribadiannya beliau yang menyenangkan dan ramah tentunya membuat perbincangan kala itu menjadi semakin asyik.
Pak Ale menjelaskan kepada saya bahwa saya mendapat upgrade ke tipe kamar terbaik di lantai tertinggi yaitu di lantai 10. Ia juga menjelaskan bahwa sebagai anggota Titanium Elite, saya berhak memilih welcome amenity antara kredit makanan untuk 2 orang atau gratis poin. Saya memilih kredit makanan tentunya!
Dijelaskan bahwa Moxy Solo mengadopsi welcome amenity yang sama dengan Moxy pusat yaitu dengan diberikan kredit untuk makanan dan minuman senilai USD10 per orang yang ekuivalen dengan Rp150.000 per harinya. Sehingga untuk 2 orang total yang saya dapatkan adalah USD20 (Rp300.000 nett setelah pajak dan servis).
Uniknya harga untuk sarapan per orang adalah Rp110.000 net maka setiap harinya akan tersisa Rp40.000 net per orang yang dapat digunakan untuk membeli cemilan makanan ataupun minuman di Moxy Bar and Restaurant.
Saya sangat berharap jika Moxy Solo tidak mengubah keuntungan menjadi anggota elit ini di kemudian hari karena saya merasa ini sangat menguntungkan bagi para anggota elit.
Berada di dekat area check-in terdapat sebuah lounge komunal yang menjadi tempat berkumpulnya para tamu hotel untuk sekadar bersantai ataupun bermain.
Terdapat sebuah meja bilyar ukuran reguler, meja bilyar mini, ping pong mini, foosball dan lain-lain yang tentunya merupakan sebuah fasilitas yang sangat sesuai dengan target audiens anak muda dari hotel Moxy.
Moxy Solo: Deluxe Guest Room, 1 Queen, City View
Selesai berbincang-bincang dengan Pak Ale dan check-in, saya berpamitan dan segera menuju kamar 1016 yang berada di lantai 10. Hallway terasa steril dengan perpaduan dominasi warna putih dan hitam. Moxy Solo memiliki 108 kamar yang kesemuanya menempati lantai 5 hingga 10.
Kamar deluxe yang saya tempati berukuran 32 meter persegi dan terasa lega dan modern.
Kamar terlihat cerah dengan dominasi kayu bertekstur dengan finishing warna natural, warna putih, hitam, dan warna ‘aksentuasi’ oranye. Moxy Solo adalah hotel Moxy kedua yang pernah saya inapi.
Moxy pertama adalah Moxy Bandung sehingga jika boleh saya bandingkan maka saya merasa kamar Moxy Bandung terasa lebih fun namun Moxy Solo lebih cerah dan homey.
Terdapat cermin dengan tinggi sebadan yang diberi tulisan-tulisan selamat datang yang tentunya ini memberi sentuhan personal yang berkesan bagi saya.
Harap diingat, sebelum menginap saya sama sekali tidak pernah menghubungi hotel untuk meminta apapun juga sehingga semua ini murni inisiatif dari pihak hotel.
Moxy Solo tidak memiliki lemari pakaian konvensional yang disediakan oleh hotel pada umumnya, namun ia hanya menyediakan hanger pakaian dan juga gantungan kayu yang jumlahnya banyak sehingga saya mempergunakannya untuk menggantung pakaian-pakaian dan juga tas saya.
Moxy Solo bisa dibilang termasuk dalam kategori hotel butik full service, hotel ini tidak menyediakan bath robe, alat setrika, rak koper, ataupun kulkas.
Dari beberapa aspek yang saya sebut sebelumnya, dua aspek yang terasa mendesak adalah kulkas dan rak koper. Para tamu lansia akan sangat mengapresiasi apabila terdapat rak koper untuk memudahkan mengambil barang dari koper.
Kamar ini dilengkapi ranjang berukuran queen dengan 4 bantal besar dan ranjang dengan tingkat firmness yang keras. Saya bertendensi untuk lebih menyukai ranjang yang lebih empuk namun tidak menjadi masalah bagi saya, saya tetap bisa tidur dengan nyenyak.
Kualitas korden blind juga sangatlah bagus dan dapat mengeblok sinar matahari pagi sehingga selama blind tertutup sempurna, kamar tetap dalam kondisi gelap gulita di pagi hari.
Meskipun begitu, kamar terasa kurang kedap suara. Kamar saya ini adalah kamar yang terhubung dengan kamar tetangga, saya dapat mendengar suara tetangga padahal mereka tidak berbincang dengan volume keras.
Di bawah ranjang terdapat Safe Deposit Box (SDB) yang sayangnya tidak tertanam ataupun menempel permanen ke lantai sehingga SDB ini bisa dipindah-pindahkan, untuk keamanan saya tidak menyarankan Anda untuk menggunakannya.
Ranjang diapit dengan 2 meja nakas dan dilengkapi dengan telefon model jadul, 2 pasang slippers, ear plugs, dan juga laundry bag.
Berada di dekat ranjang ada sebuah meja kerja berukuran relatif kecil yang juga berfungsi sebagai tempat untuk menaruh air botol, teko air panas elektrik, kopi dan teh, lengkap dengan 2 buah mug.
Kursi yang disediakan juga terasa mewah. Untuk ini Moxy Solo lebih baik daripada Moxy Bandung yang hanya menyediakan kursi lipat saja.
Terdapat sofa sederhana yang dan juga sebuah meja pendek berpermukaan bulat dan juga televisi. Menunggu di meja tersebut adalah welcome amenity yang berupa 1 bucket berisikan 3 minuman kemasan kaleng dan juga sebuah welcome letter yang ditulis khusus untuk saya yang terlihat sangat kreatif dan penuh usaha. Keren!
Pihak hotel benar-benar telah melakukan riset terlebih dahulu atas tamu yang menginap hingga ke profil Instagram saya! Color me impressed! Juga terdapat ornamen anjing yang menambah kesan lucu dan playful dari kamar ini.
Kamar mandi berukuran relatif lega dengan dominasi warna putih dan hitam.
Wastafel yang berwarna hitam membuatnya condong mudah kotor saat digunakan, karena air yang keluar dari keran tidak serta merta langsung masuk ke pembuangan sehingga di saat kering meninggalkan bercak-bercak yang terlihat kurang bersih.
Area wastafel ini tidak memiliki permukaan yang cukup besar untuk menaruh toiletries pribadi.
Sebenarnya disediakan sabun batangan untuk mencuci tangan, namun dengan permukaan yang sangat minim (lihat foto di bawah), maka tidak ada space untuk menaruh sabun tersebut dan juga tidak ada wadah untuk menaruh sabun yang telah dipakai.
Jika Anda berpikir mengapa tidak menaruh toiletries pribadi di rak di bawah wastafel? Well, saya mempergunakan rak tersebut, namun terdapat kerangka besi melintang yang menghalangi akses tangan saat hendak mengambil toiletries tersebut, sehingga tidak terasa mudah untuk mengakses area rak tersebut, ditambah kita musti berbagi space dengan saluran pembuangan air wastafel yang menutup sebagian area tersebut.
Alangkah baiknya jika pihak hotel dapat menambah sebuah rak sederhana yang terpatri di tembok agar jauh memudahkan para tamu untuk menaruh toiletries hotel maupun pribadi.
Terdapat pengering rambut di salah satu rak yang ada di bawah wastafel beserta handuk-handuk terlipat rapi di sampingnya. Moxy Solo tidak menyediakan body lotion yang menurut saya adalah sesuatu yang sangat basic untuk disediakan.
Posisi kloset terlalu mepet ke salah satu sisi tembok sehingga saat digunakan terasa kurang nyaman.
Ruangan mandi berukuran cukup besar dengan 2 mode pancuran, pancuran genggam dan juga pancuran mode air hujan. Debit air terasa cukup keras saat menggunakan mode pancuran genggam namun terasa terlalu kecil jika menggunakan mode air hujan.
Toiletries yang disediakan adalah toiletries merek lokal bernama Skin Brew dengan wewangian kopi, terdapat sabun, shampo, dan juga conditioner. Lagi-lagi tidak ada rak untuk menaruh toiletries pribadi sehingga selama stay, saya menaruh toiletries pribadi saya sebagian di atas penampang gagang pengatur air dan juga di lantai.
Menariknya menginap di Moxy Solo di hari Sabtu adalah adanya hiburan akhir pekan yang selalu diadakan di malam hari yang berada sangat dekat dengan hotel.
Saya mempergunakan waktu yang ada untuk berjalan-jalan di sekitaran jalan Gatot Subroto hingga ke arah Pura Mangkunagaran yang memiliki trotoar berukuran cukup besar yang dipenuhi dengan penjual-penjual makanan ataupun pernak pernik.
Saya sebagai warga Solo asli merasa seperti turis saat itu. Hiburan akhir pekan ini memang relatif baru bagi kota Solo dan sangat mengingatkan saya dengan area sekitaran Braga di kota Bandung. Vibe nya asyik dengan hiburan-hiburan penyanyi di beberapa sudut!
Keesokannya di hari Minggu, Moxy Solo yang berada di jalan protokoler utama kota Solo digunakan sebagai area Car Free Day (CFD), saya tentunya tidak menyia-nyiakan hal ini dan mengusahakan untuk bangun di pukul 6 pagi untuk berlari pagi di sekitaran area CFD.
Hal ini tentunya jadi bahan pertimbangan bagi para tamu yang perlu keluar dengan kendaraan di hari Minggu pagi (misal: untuk mengejar penerbangan ataupun hal-hal time sensitive lainnya).
Ada sedikit hal yang cukup membingungkan dengan signage penanda kamar, lazimnya sebuah penanda gantung di pintu adalah penanda Do Not Disturb (Jangan mengganggu, perlu privasi) dan di sisi sebaliknya ada Make Up Room (Kamar dapat dibersihkan). Moxy Solo menggunakan 1 signage bolak-balik yang membingungkan.
Di satu sisi tertulis Need A Minute yang saya asumsikan bahwa saya tidak mau diganggu dan di sisi sebaliknya adalah kata Need A Minute yang dicoret yang saya asumsikan sebagai kamar bisa dimasuki untuk dibersihkan.
Di siang hari saat hendak keluar hotel, saya memasang signage Need A Minute dengan harapan agar kamar dibersihkan. Di malam hari saya kembali ke hotel dan mendapat kamar saya tidak dibersihkan, maka dari itu saya segera menghubungi pihak hotel untuk menanyakan mengapa tidak dibersihkan.
Saya menjelaskan logika signage yang ada yang mana menurut saya adalah betul. Mereka menawarkan untuk mengirim tim housekeeping ke kamar, namun saya menolaknya karena sudah terlalu malam dan saya hanya meminta dikirimkan set handuk untuk menggantikan handuk yang kotor.
Tim housekeeping datang dan menggantikan handuk yang ada dengan handuk bersih dan saya menanyakan mengapa kamar saya tidak dibersihkan.
Mereka menjelaskan bahwa mereka dilatih untuk mengartikan jika signage dipasang dengan ataupun tanpa coretan, artinya kamar tidak dibersihkan. Honest mistake namun jelas ini membingungkan bagi para tamu menginap.
Moxy Solo: Makan Pagi
Di pagi pertama yang bertepatan di hari Minggu, selesai CFD sekitar pukul 08:00 saya bergegas menuju ke restoran yang berada di lantai 2 dan dalam keadaan sangat ramai.
Saya mengambil meja dan mulai berkelliling untuk mengambil makanan sesuai keinginan saya. Tingkat okupansi yang hampir mencapai 100% tentunya sebanding dengan situasi sarapan kala itu.
Jam sarapan di hari Senin hingga Jumat dimulai dari pukul 06:00 dan berakhir di pukul 10:00 dan di akhir pekan (Sabtu dan Minggu) berakhir di pukul 11:00.
Makanan sepenuhnya disajikan secara buffet dengan pilihan yang relatif bervariasi namun sayangnya sangat terasa bagian dapur kelimpungan untuk keep up dengan tamu hotel yang ‘menyerbu’ makanan.
Saya menunggu makanan untuk segera direfil di beberapa kesempatan dan sesaat makanan direfil langsung habis kembali. Saya kurang paham mengapa porsi makanan hangat yang disajikan sangatlah kecil, bahkan terasa seperti porsi tunggal dan bukan porsi yang diperuntukkan untuk mengakomodir banyak orang.
Di sisi lain dari meja buffet terdapat egg station, aneka buah-buahan dan salad, roti-rotian, cemilan khas kota Solo dan tak lupa Anda juga bisa memesan berbagai macam mi instan.
Terpisah dari meja buffet utama terdapat noodle station di mana Anda dapat memesan mie ayam dan juga terdapat sajian minuman tradisional khas Jawa yaitu jamu.
Meja bar yang tergabung dengan area meja check-in difungsikan menjadi tempat dipajangnya area minuman. Anda dapat mengambil air putih, jus segar ataupun jus dingin, teh dan kopi hitam di sini.
Di awal tadi saya sempat menjelaskan bahwa kredit harian per orang adalah senilai Rp150.000 hanya terpakai Rp110.000 untuk sarapan makan sisanya dapat digunakan untuk membeli makanan ataupun minuman di Moxy Bar & Restaurant. Saya sempat mendokumentasikan menunya, silahkan dilihat di bawah ini.
Di hari-hari berikutnya di mana memasuki weekdays, keadaan saat sarapan sudah tak lagi penuh dengan tamu dan hotel juga menyesuaikan keadaan dengan menyajikan sarapan secara semi buffet dengan makanan hangat disajikan a la carte dan buah-buahan, roti, dan cemilan khas Solo disajikan secara buffet.
Pemberian kredit makanan ini menjadi salah satu keuntungan yang sangat saya rasakan.
Kredit makanan tentunya memberi saya banyak fleksibilitas dalam menentukan hendak makan di hotel ataupun sebagai wong Solo saya bisa memilih untuk makan di tempat-tempat favorit saya yang tentunya selain enak juga memiliki nilai sentimental tersendiri buat saya.
Jika memang saya makan di luar, itu artinya saya memiliki kredit Rp300.000 utuh yang bisa saya belanjakan untuk makanan dan minuman di Moxy. Nice!
Moxy Solo: Kolam Renang, Pusat Kebugaran & Fasilitas Lain
Berada di lantai tertinggi (lantai 11) adalah fasilitas kolam renang dan pusat kebugaran. Untuk mengaksesnya diperlukan kunci kamar.
Kolam renang yang berada di rooftop tentunya memiliki daya tarik tersendiri dengan pemandangan kota Solo.
Disediakan area lounge terbuka berada di dekat kolam renang, yang di saat saya mengabadikan area ini sedang terik-teriknya sehingga tidak ada tamu yang duduk di sana namun sepertinya jika matahari mulai terbenam berpotensi menjadi sebuah tempat yang nyaman dan menyenangkan.
Pusat kebugaran beroperasi 24 jam dan untuk memasukinya lagi-lagi diperlukan kunci kamar.
Ruangannya sendiri berbentuk kotak dan berukuran compact namun dengan pintu dan jendela kaca dari lantai ke plafon membuat ruangan ini terasa lega.
Peralatan kebugaran didominasi warna hitam dan terdapat sebuah sepeda balap statis berwarna pink mencolok yang tentunya ‘Moxy’ banget! Secara macam dan jumlah alat-alat kebugaran bisa dibilang cukup sederhana namun untuk hotel sekelas Moxy menurut saya terasa pantas.
Baca juga: Hotel Review – Alila Solo (Era Covid-19)
Penutup
Moxy Solo resmi dibuka di bulan Juli 2024 yang menandakan footprint hotel yang masuk dalam jaringan program loyalti Marriott Bonvoy bertambah satu lagi di Indonesia. Hal ini tentunya sangat menyenangkan karena Moxy Solo adalah hotel pertama dan satu-satunya yang dimiliki Marriott Bonvoy di kota Solo.
Saya sebagai orang yang lahir dan besar di kota Solo tentunya pengalaman mudik di bulan September silam saya pergunakan juga dengan mencoba menginap di hotel Moxy Solo.
Mudik kali itu terasa berbeda dengan mudik-mudik biasanya, karena saya merasa menjadi turis di kota sendiri. Menginap di Moxy Solo terasa unik karena jarak yang tidak jauh dari hotel ke rumah kediaman orang tua saya yaitu hanya 2 km saja. Untungnya, orang tua saya memahami hobi anaknya yang cukup ‘ajaib’ ini ๐
Pengalaman menginap saya bisa dibilang sangatlah positif namun untuk berimbang maka saya akan jabarkan apa saja kelebihan dan kekurangan dari Moxy Solo murni berdasarkan pengamatan saya selama menginap.
(+)ย Lokasi sangat strategis yang berada di pusat kota Solo sehingga mudah untuk bepergian di dalam kota. Para turis yang menginap di hari Sabtu bisa menikmati hiburan kota Solo yang khusus diadakan di tiap-tiap akhir pekan yang berjarak beberapa meter saja dari hotel. Para tamu hotel juga dapat mengikuti Car Free Day yang berlangsung persis di depan hotel di tiap hari Minggu pagi
(+) Hotel yang belum lama dibuka sehingga semuanya masihย brand new!
(+) Salah satu pilihan welcome amenity untuk anggota elit Platinum ke atas berupa pemberian kredit makanan senilai Rp300.000 (2 orang) yang cukup untuk sarapan 2 orang dan masih tersisa untuk pembelian makanan dan minuman lainnya. Kredit makanan juga membuat para tamu elit terasa makin fleksibel untuk memilih hendak mengambil fasilitas sarapan ataupun tidak dan menggunakan kredit untuk makan siang/makan malam ataupun sekadar untuk cemilan
(+)ย Servis yang sangat mengesankan dari semua karyawan yang saya temui saat itu.
(+) Upgrade yang generous yaitu ke kamar terbaiknya bahkan di saat sedang ramai-ramainya
(+)ย Menggunakan poin di hotel berpotensi memberikan nilai poin yang tinggi
(-) Bagian dapur terasa kelimpungan saat menghadapi gempuran para tamu saat pagi sehingga makanan terasa kurang bisa keep up dengan jumlah tamu yang bersantap pagi. Saya maklumi sebagai hotel baru tentunya akan ada banyak penyesuaian
(-) Beberapa aspek kamar perlu dibenahi seperti: SDB yang harus ditanam sehingga tidak bisa dipindah-pindahkan untuk alasan keamanan, rak untuk koper, signage kamar yang memusingkan, beberapa elemen kamar mandi yang bisa ditingkatkan lagi
(-) Sebagai salah satu hotel termahal di kota Solo, tentunya para tamu akan berharap jika hotel memiliki fasilitas ‘basic‘ yang lazim dimiliki sebuah hotel seperti: kulkas di dalam kamar
(-) Para tamu yang perlu pergi keluar hotel di hari Minggu pagi perlu berhati-hati karena lokasi hotel yang bertepatan dengan CFD berpotensi untuk mengalami akses yang terbatas
pak paulo,
tertulis : “Dijelaskan bahwa Moxy Solo mengadopsi welcome amenity yang sama dengan Moxy pusat yaitu dengan diberikan kredit untuk makanan dan minuman senilai USD10 per orang yang ekuivalen dengan Rp150.000 per harinya. Sehingga untuk 2 orang total yang saya dapatkan adalah USD20 (Rp300.000 nett setelah pajak dan servis).”
spt contoh moxy bandung, apakah mengadopsi system $20 juga apabila ditulis 2 guest atau hanya $10 ?