Lisbon menjadi kota kedua di Portugal yang saya kunjungi di bulan Mei 2025 lalu. Porto dan Lisbon adalah dua kota ‘wajib’ untuk dikunjungi oleh para wisatawan sehingga di waktu saya yang begitu mepetnya, saya tetap menyempatkan diri untuk mengunjunginya masing-masing selama 2 malam. Saya menginap di Arts Hotel Porto yang telah saya ulas sebelum ini.
Saya kurang mengerti mengapa di pertengahan bulan Mei 2025 ini harga akomodasi di Lisbon terasa mahal, bulan tersebut bisa dibilang shoulder season karena belum memasuki liburan musim panas.
Saya yang berpergian sendirian tentu saja tidak ingin berboros-borosan dengan menginap di hotel yang terlalu mahal. Beruntungnya saya masih memiliki satu sertifikat untuk menginap semalam di hotel-hotel kategori 1-4 milik World of Hyatt dan satu malam lainnya saya menebusnya dengan poin Hyatt.
Dengan banyak pertimbangan akhirnya saya memutuskan untuk menginap di Hyatt Regency Lisbon yang terletak di distrik Belém yang merupakan salah satu distrik yang lekat dengan sejarah dan kebudayaan kota Lisbon. Hotel ini juga dekat dengan sungai terpanjang di peninsula Iberian yang disebut sungai Tagus.

Bagi Anda foodie yang memasukkan Pastéis de Nata (Portuguese Egg Custard Tart) ke dalam daftar makanan wajib yang harus dinikmati selama di Lisbon, dengan senang hati saya mengabarkan bahwa hotel ini berada di dekat toko roti tempat lahirnya Pastéis de Nata yang bernama Pastéis de Belém yang telah beroperasi dari tahun 1837.

Di dalam post ini:
Hyatt Regency Lisbon: Pemesanan
Hyatt Regency Lisbon adalah salah satu hotel dalam naungan program loyalti World of Hyatt yang masuk dalam kategori 4 yang mana apabila Anda hendak menggunakan poin Hyatt untuk menebus satu malam di kamar standar akan diperlukan sebanyak 12.000 (off-peak), 15.000 (reguler), dan 18.000 poin (peak).
Valuasi dari poin World of Hyatt menurut valuasi PinterPoin di tahun 2025 adalah Rp250/poin, berturut-turut apabila penggunaan poin disetarakan ke Rupiah maka akan mendapat angka senilai Rp3.000.000 (off-peak), Rp3.750.000 (reguler), dan Rp4.500.000 (peak).

Saya memiliki sebuah sertifikat menginap gratis yang dapat digunakan untuk menginap di hotel kategori 1-4 yang akan kedaluwarsa di bulan Agustus 2025.
Tentu saja idealnya adalah digunakan di hotel kategori 4 dan di periode peak. Nah, kebetulan sekali periode menginap saya ada yang jatuh di periode peak yang mana diperlukan 18.000 poin. Berikut adalah screenshot pemesanan saya waktu itu dengan dibandingkan pemesanan dengan membayar secara tunai.


Satu malam menginap di Hyatt Regency Lisbon untuk periode tanggal 15 hingga 16 Mei 2025 apabila dibayar dengan tunai adalah €321 (~Rp5.919.000) yang mengartikan sertifikat saya memiliki nilai sebesar ~Rp329/poin (sekitar 31.5% lebih tinggi dari valuasi PinterPoin dengan perbandingan menginap dengan 18.000 poin).
Di malam lainnya, yaitu di tanggal 16 ke 17 Mei 2025, satu malam menginap di hotel ini apabila dibayar dengan tunai adalah di harga €317,11 (~Rp5.847.000), dan apabila menebus dengan poin diperlukan sebanyak 15.000 poin (Rp3.750.000), maka poin World of Hyatt dihargai sebesar ~Rp390/poin (sekitar 56% lebih tinggi dari valuasi Pinter Poin.
Berikut adalah screenshot pemesanan saya waktu itu dengan dibandingkan pemesanan dengan membayar secara tunai.


Dari perhitungan-perhitungan di atas maka it made perfect sense untuk saya mempergunakan sertifikat dan poin saya di hotel ini, memang secara lokasi bukanlah di area utama yang padat turis dan keanggotaan saya yang sekarang ‘hanyalah’ Explorist (sudah tidak lagi Globalist, sad) sehingga saya tidak mendapat gratis sarapan maupun chance untuk mendapat upgrade ke kamar tipe suite.
Hyatt Regency Lisbon: Check-In
Usai dengan dua malam di kota Porto, saya kembali ke terminal bis dan kembali menaiki bis untuk berpindah kota ke Lisbon. Perjalanan tersebut ditempuh kurang lebih selama tiga jam dan dari terminal bis Lisbon saya menggunakan taksi online Uber untuk kemudahan dan sekitar pukul 16:30 saya sampai di hotel Hyatt Regency Lisbon.
Peta rupanya mengarahkan sopir untuk menuju ke area drop-off yang merupakan pintu belakang dari hotel dan bukan pintu utama.
Saya tidak menyadari bahwa pintu yang saya masuki bukanlah pintu masuk utama dan maka dari itu tidak ada petugas bell men berjaga di dekat pintu belakang tersebut. Saya memasuki lobi dan seorang karyawan melihat kedatangan saya dan membantu mengarahkan saya ke meja penerimaan hotel.
Rupanya pintu utama hotel memang merupakan area steril yang tidak dapat dilewati oleh mobil, sehingga saya merasakan adanya keanehan dari akses masuk hotel ini.
Tak mengapa tentunya, hanya saja berpotensi membuat bingung para tamu yang pertama kali datang ke hotel. Saya sempat mendokumentasikan kedua pintu masuk ini, silahkan lihat di bawah ini.







Ada tersedia tiga meja penerimaan dan saat itu hanya ada dua receptionists yang bekerja, saya menunggu sejenak dan akhirnya tiba juga giliran saya.
Saya menyerahkan paspor saya dan segeralah petugas membantu proses registrasi. Sayang sekali saya tidak mendapat upgrade kamar sama sekali, terima nasib menjadi anggota Explorist yang kurang terasa manfaatnya.

Petugas menjelaskan bahwa saya mendapat kamar yang menghadap ke arah dalam hotel (area taman). Ia juga memberitahu bahwa dari kamar dapat terlihat pemandangan sungai secara parsial.
Mengingat ini adalah kunjungan perdana saya di kota Lisbon maka saya juga akan lebih banyak mempergunakan waktu di luar hotel sehingga pemandangan bukanlah hal yang terpenting untuk saya. Usai dengan registrasi saya bergegas menuju ke kamar saya yang berada di lantai 2.






Sedikit informasi tambahan, sarapan mengambil venue Viseversa yang berada di samping meja penerimaan, saya tidak mendapatkan gratis sarapan maka saya tidak dapat mengulas pengalaman makan pagi di hotel ini.
Jika memang saya ingin menikmati sajian sarapan di Viseversa maka saya perlu membayar senilai €25/hari dengan mengambil paket sarapan yang berlaku sepanjang periode stay. Mereka juga memiliki opsi untuk membayar sebesar €30/hari apabila hanya ingin sarapan satu kali.

Hyatt Regency Lisbon: Standard 1 Queen Bed
Hotel ini memiliki total 204 kamar yang menempati empat lantai, saya di-assign kamar nomor 207 yang tentunya berada di lantai 2.
Untuk diketahui lobi berada di lantai 1 dan lantai dasar adalah lantai 0. Sesampainya di lantai 2 saya merasa hallway ini terlihat moderen namun pencahayaannya terlalu gelap (dalam artian: terlalu remang-remang suram).




Jika menilik dari website resmi hotel, untuk tipe kamar yang saya tempati memiliki ukuran ruangan yang bervariasi dari 32-42 meter persegi.
Sepertinya saya mendapatkan kamar yang berukuran sekitar 32 meter persegi. Layout ruangan ini bisa dibilang sederhana di mana persis setelah masuk terdapat sebuah lorong yang diapit oleh kamar mandi di sisi kiri dan lemari pakaian di sisi kanan.

Kamar tipe standard dengan ukuran setidak-tidaknya 32 meter persegi bisa dibilang berukuran lega dan ini terlihat dari area ruangan tidur terasa nyaman dan cerah ini. Semua kamar di sini dilengkapi dengan pintu kaca bening floor-to-ceiling menuju ke balkoni.
Secara pribadi saya sangat menikmati ruangan kamar ini, disain yang bersih, moderen, dan bebas clutter ini terasa up-to-date dan sederhana (in a good way!). Warna kamar yang netral ditambah dengan lantai berparket kayu warna coklat muda juga membuat kesan kamar yang cerah.

Kamar saya ini dilengkapi dengan ranjang berukuran queen yang nyaman namun sayang sekali bantalnya terlalu tipis, sepertinya ini bantal tertipis yang pernah saya rasakan sepanjang menginap di hotel manapun. Saya tidak habis pikir mengapa hotel ini memilih bantal setipis ini yang sama sekali tidak memberi support di bagian kepala.




Televisi HDTV berada di seberang ranjang dan berukuran besar dan di ujung kamar disediakan sebuah sitting area berupa kursi panjang beserta meja bundar pendek yang comfy.
Sebuah meja kerja diletakkan di ujung ruangan lainnya dan dipergunakan untuk menata mesin kopi beserta kopi kapsul dari Lavazza, teh dari Ronnefeldt, dan juga disediakan 2 botol air minum yang diperbarui tiap-tiap harinya.




Mini bar berbayar diletakkan menjadi satu dengan lemari pakaian yang mengambil posisi di sisi pojok kiri.
Mereka menyediakan beberapa macam pilihan makanan ringan dan juga kulkas yang fully stocked dengan berbagai macam minuman ringan maupun beralkohol. Safe deposit box disediakan di kamar ini dan diletakkan di atas area mini bar.



Lemari pakaian didisain menjadi satu dengan luggage rack dan di dalam lemari terdapat cermin, dua bath robes, dan juga alat setrika beserta mejanya.



Kamar mandi berukuran relatif besar dan sepadan dengan ruangan tidur yang mana terdapat single vanity, cermin canggih dengan pencahayaan backlit dan juga jam digital, dan toiletries dari Pharmacopia.



Tidak seperti biasanya, semua toiletries Pharmacopia (sabun mandi, sampo, conditioner, dan losion badan) dipajang di atas permukaan vanity, rupanya usut punya usut slot untuk menaruh toiletries di ruang shower rupanya terlalu kecil dan botol-botol ukuran bulk ini tidak muat masuk ke dalam slot tersebut. 😀
Logikanya, hotel yang mulai beroperasi di tahun 2022 dulunya menggunakan toiletries individual berukuran kecil yang tentu saja dapat ditata di slot toiletries yang tersedia, dan semenjak beralih ke toiletries berukuran bulk membuatnya kesulitan menatanya di dalam ruangan shower.
Regardless ‘cacat’ disain ini, tidak ada masalah lain dengan ruang shower yang dilengkapi dengan dua mode pancuran air ini (mode air hujan dan mode genggam).


Satu hal yang sangat mengejutkan bagi saya adalah ruang kloset yang dilengkapi dengan bidet spray (!) yang jarang sekali saya temui saat berwisata ke Eropa.
Berbeda dengan Italia yang mana sepertinya adalah wajar untuk dilengkapi dengan bidet. Saya hampir tidak mempercayai mata saya saat melihat adanya bidet spray ini, sesuatu yang sangat lazim tersedia di semua kamar mandi di hotel-hotel Indonesia namun sebuah luxury di Eropa!


Balkoni dilengkapi dengan 2 kursi dengan sebuah meja bundar pendek dan menghadap ke arah taman yang berada di lantai dasar hotel. Layout hotel ini berbentuk huruf U sehingga naturally kamar saya ini juga menghadap persis ke kamar yang berseberangan.
Sungai Tagus memang sedikit terlihat dari balkoni kamar namun tidaklah betul jika kamar ini dibilang memiliki pemandangan parsial ke arah sungai.






Hyatt Regency Lisbon: Pusat Kebugaran & Spa
Pusat Kebugaran
Pusat kebugaran berada di lantai dasar dan saya sempat dibuat bingung saat mencari lokasinya. Saya mengira lokasinya berada di dalam gedung yang sama dengan kamar saya dan hanya berbeda lantai saja, rupanya pintu masuknya berada di sisi seberang kamar saya yang harus diakses dari bagian courtyard taman hotel.




Pusat kebugaran ini dinamakan Active by Serenity dan lokasinya saling bersebelahan dengan Zest yang merupakan salah satu restoran yang dimiliki oleh Hyatt Regency Lisbon. Saya hanya mengunjungi Active dan saat masuk ke area gym ini terlihat ramai.
Rupanya Active ini tidak serta-merta khusus untuk tamu menginap saja namun juga dibuka untuk tamu non menginap dengan model subscription plan.



Wah, pusat kebugaran ini sangatlah menarik dan sangatlah proper. Situasi yang sedang ramai membuat saya tidak dapat dengan leluasa mendokumentasikan fasilitas ini. Saya tidak ingin mengganggu dan kehadiran saya yang hanya mengambil foto-foto ruangan ini saja sudah membuat beberapa tamu memperhatikan gerak-gerik saya secara seksama. Tidak nyaman tentunya, jadi saya buru-buru keluar dari Active setelah beres mendokumentasikan fasilitas ini. 😉





Serenity Spa
Jika pusat kebugaran berada di luar gedung utama dari hotel, maka fasilitas spa yang dimiliki oleh hotel ini berada menjadi satu dengan area-area utama hotel. Tepatnya berada di satu lantai di bawah area lobi utama hotel (lantai 0), spa ini dinamakan Serenity Spa.
Berada di area luar Serenity Spa adalah area tempat duduk dengan tangga melingkar yang terlihat estetik dan mengingatkan saya pada hotel-hotel sekelas Park Hyatt.


Saya menyempatkan masuk ke area lobi dari Serenity Spa ini dan dikarenakan tidak memiliki rencana untuk spa di sini maka saya tidak masuk ke bagian dalam spa.
Sangat disayangkan, di saat artikel ini dibuat, saya melihat website resmi hotel sebagai acuan dan menemukan bahwa hotel ini memiliki kolam renang indoor yang berada di dalam Serenity Spa.
Saya tidak diberitahu adanya fasilitas ini saat check-in sehingga sempat saya bertanya-tanya dalam hati mengapa hotel sebesar ini tidak memiliki kolam renang yang seharusnya adalah hal yang wajar untuk dimiliki oleh hotel sekaliber ini.



Penutup
Kota Lisbon menjadi kedua dan terakhir yang saya kunjungi selama empat malam di Portugal. Pengalaman wisata yang menyenangkan di kota Porto membuat saya semakin excited untuk mengunjungi kota Lisbon yang katanya tak kalah cantiknya.
Selama dua malam di Lisbon saya menginap di hotel Hyatt Regency Lisbon yang masuk dalam naungan program loyalti hotel World of Hyatt.
Saya mempergunakan satu sertifikat menginap semalam gratis yang saya miliki dan saya menggunakan poin Hyatt untuk menginap di malam kedua. Saya merasa value yang saya peroleh dengan menukarkan sertifikat maupun poin untuk menginap di sini cukup tinggi maka saya merasa ini adalah keputusan yang baik untuk case saya.

Menurut saya, berikut adalah kelebihan dan kekurangan hotel ini murni berdasarkan pengalaman saya kala itu:
(+) Hotel yang tergolong baru dengan amenities yang memadai dan moderen. Penggunaan poin maupun sertifikat menginap gratis memberi valuasi yang baik jika dibandingkan dengan membayarnya dengan uang tunai. Ukuran kamar standar terbilang besar juga
(+) Lokasi yang bagus dan strategis khususnya bagi para wisatawan yang memang ingin menginap di distrik Belém
(+) Memiliki pusat kebugaran dan spa yang sangat memadai, jangan lupa untuk mengingat bahwa hotel ini memiliki kolam renang indoor yang terletak di dalam Serenity Spa
(+) Hal yang sangat kecil namun sangat penting bagi warga Indonesia adalah adanya bidet spray di dalam kamar mandi yang merupakan hal langka untuk ditemui di kebanyakan hotel Eropa
(-) Jika tadi saya menyebut bahwa lokasi hotel ini terbilang strategis bagi yang ingin menginap di distrik Belém, maka hal yang sama menjadi kontradiksi apabila Anda merupakan first timers mengunjungi Lisbon dan ingin menginap di area utama yang dekat dengan area turis. Hal ini juga menjadi ganjalan bagi saya untuk membulatkan hati saat hendak harus memutuskan menginap di sini, namun dengan terjangkaunya harga Uber dan skala kota yang cukup compact membuat commute yang saya jalani terasa mudah dan cepat
(-) Sayangnya keanggotaan Explorist di program World of Hyatt tidaklah cukup ampuh untuk memberikan saya upgrade kamar gratis. Anggota Explorist juga tidak mendapatkan gratis sarapan untuk dua orang yang merupakan keuntungan penting yang hanya bisa didapatkan oleh anggota tier tertinggi yang disebut Globalist. Baik juga untuk diketahui bahwa Hyatt Regency ini tidak memiliki executive club yang biasanya dimiliki oleh sebagian besar hotel berbendera Hyatt Regency.
