Senang rasanya akhirnya berkesempatan mengunjungi negara Portugal di wisata Eropa bulan Mei 2025 silam. Saya tidak banyak membuat ulasan hotel di bepergian kali ini dikarenakan berbeda dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya, wisata bulan Mei silam sebagian besar adalah wisata ziarah religi.
Dimulai dengan kunjungan ke Roma dan Vatican City di mana saya menginap di Hilton Garden Inn Rome Airport yang sudah terulas.
Singkat cerita usai mengunjungi Roma dan Vatican City, saya terbang menuju kota Madrid di Spanyol untuk bertemu dengan beberapa teman dan keesokan harinya kami pindah ke kota Sarria untuk memulai perziarahan yang dikenal dengan nama Camino Santiago de Compostela.
Ziarah yang masuk dalam warisan budaya UNESCO ini mengharuskan kami berjalan kaki sepanjang 115 kilometer menuju kota Santiago de Compostela dan kami menempuhnya dalam lima hari. Rute yang kami pilih ini dinamakan Camino Frances.
Selama perjalanan tersebut kami banyak menginap di kasur tipe capsules maupun bunk beds di hostels, apartemen, dan juga dormitories yang mana saya yakin tidak banyak dari pembaca PinterPoin bisa relate.
Usai dengan perziarahan yang melelahkan tersebut saya berpindah ke negara Portugal dan Porto menjadi kota pertama yang saya kunjungi. Kembali menginap di hotel adalah sebuah privilige dan I will not take that for granted. 🙂
Hotel yang saya pilih saat itu adalah Arts Hotel Porto yang merupakan salah satu hotel yang berada dalam kategori Tapestry Collection by Hilton. Sepanjang ingatan saya, ini adalah kali pertamanya saya menginap di hotel yang masuk dalam ketagori Tapestry Collection.

Di dalam post ini:
Arts Hotel Porto: Pemesanan
Saya melakukan pemesanan tipe kamar Queen Guest Room melalui website Hilton Honors sekitar dua minggu sebelum periode menginap.
Seperti biasa, saya selalu membuat bingung diri sendiri dengan memesan beberapa hotel dan membanding-bandingkan hingga akhirnya saya memantapkan hati untuk menginap di Arts Hotel Porto dan membatalkan pemesanan hotel-hotel lainnya.

Dikarenakan saya berwisata sendirian di Porto maka saya tidak mau terlalu boros dan hotel ini masuk dalam perhitungan anggaran menginap saya, ditambah dengan kepemilikan tier keanggotaan Diamond di Hilton Honors tentunya saya juga semakin menghemat pengeluaran dengan adanya keuntungan gratis makan pagi.
Salah satu hal yang membuat saya bimbang saat itu adalah aspek lokasi yang menurut saya kurang strategis. Rupanya pada saat sampai di Porto baru saya pahami bahwa lokasi hotel ini bisa dibilang strategis mengingat ukuran kota Porto yang tidaklah besar dan sangat walkable.
Arts Hotel Porto: Check-In
Usai dengan perziarahan saya yang berakhir di kota Santiago de Compostela, saya menggunakan bis untuk menuju ke Porto.
Perjalanan hanya ditempuh selama kurang lebih empat jam lamanya dan tak terasa saya sudah berpindah negara dan juga terdapat perbedaan zona waktu di mana Porto satu jam lebih lambat dibandingkan Santiago de Compostela.
Dengan menggunakan taksi online Uber saya sampai di hotel sekitar pukul 16:00. Saya hanya mengeluarkan biaya sebanyak €3.85 untuk perjalanan dari terminal bis menuju hotel yang tentunya sangat convenient dan nyaman. Senangnya mengetahui harga Uber di Portugal terasa sangat terjangkau jika dibandingkan dengan banyak negara Eropa lainnya.
Arts Hotel Porto menempati sebuah bangunan dengan facade menggunakan tiles warna merah yang dari kejauhan seperti dari batu bata dan segera saya memasuki lobi utama untuk registrasi.




Lobi hotel ini berukuran kecil dan hanya ada 2 konter reception. Lobi dengan nuansa warna koral ini terasa design-forward dan memang hotel ini tergolong baru yang mulai beroperasi dari bulan April 2023. Saya menyerahkan paspor dan petugas segera membantu proses registrasi.
Saya dibantu oleh Marco yang sangat ramah dan helpful, ia mengkonfirmasi pemesanan kamar saya dan sayang sekali saya tidak mendapatkan upgrade kamar sekali. Memang saya sudah mengecek sebelumnya bahwa hotel saat itu sedang at capacity dan sama sekali tidak tersisa kamar apapun.
Faktanya hotel ini tidak memiliki kamar tipe suite, ia hanya memiliki 3 tipe kamar yaitu: Guest Room, Guest Room with Balcony, dan Family Room.
Tentunya akan lebih menyenangkan untuk mendapat upgrade ke kamar dengan balkoni namun tentunya tidaklah berpengaruh terlalu banyak dan tidak jauh berbeda dengan kamar yang saya pesan. Lagipula saya hanya dua malam di Porto dan tentu saja akan mempergunakan sebagian besar waktu untuk mengeksplorasi kota cantik ini.
Usai registrasi Marco memberi saya kunci kamar dan juga memberi saya peta kota dan menuliskan pointers untuk daerah-daerah yang menarik untuk dikunjungi.
Tiga hari dua malam rupanya bukanlah waktu yang terlalu sedikit untuk mengunjungi Porto, sebagian besar daftar tempat-tempat penting yang perlu saya kunjungi bisa dibilang berhasil saya kunjungi, tentu saja jika ditambah satu malam lagi akan even better namun saya tidak memiliki banyak waktu berlibur.



Arts Hotel Porto: Queen Guest Room
Marco mengantar saya hingga ke elevator dan pergilah saya menuju ke lantai lima. Wah, lucu juga lantai lima ini, semuanya berwarna kuning terang dari tembok, pintu kamar maupun elevator, karpet maupun plafon.
Saya mendapat kamar bernomor 501 yang konon menurut Marco merupakan kamar Guest Room yang berukuran lebih besar dibandingkan kamar tipe yang sama.




Kamar saya ini berukuran sekitar 22 meter persegi dengan layout ruangan yang cukup sederhana. Ruang tidur dilengkapi dengan ranjang berukuran queen, meja kerja, meja pendek bundar, kursi sofa tunggal, televisi HDTV, dan juga lemari pakaian model terbuka.





Menurut saya, kamar ini terasa lebih besar untuk ukurannya dikarenakan terdisain dengan ‘pinter’, partisi yang membatasi antara ruang tidur dengan kamar mandi dipergunakan untuk menaruh sebuah cermin berukuran full body, partisi see-through menembus ke sisi kamar mandi dengan lebar sesuai permukaan vanity, dan juga lemari pakaian model terbuka yang berbagi space dengan ruang kloset di belakangnya.

Kamar ini cerah dengan pencahayaan alami yang melimpah dari jendela yang memiliki pemandangan perkotaan. Saya tidak memperoleh welcome amenity ataupun welcome letter dan hanya disediakan sebotol air minum berukuran besar yang selalu diperbarui tiap harinya.


Mini bar berada di sisi koridor yang terletak di antara kamar mandi dan kamar tidur, lokasinya menjorok masuk ke dalam sehingga tidak menghabiskan tempat.
Disediakan mesin kopi dengan kopi kapsul dari Nespresso lengkap dengan cangkir, gula, pengaduk yang semuanya Nespresso-branded. Safe deposit box diletakkan di rak terbuka di atas mesin kopi.
Rak dorong dan lemari berpintu di bawah mesin kopi dipergunakan untuk menyimpan mesin pengering rambut, laundry bags, dan juga kulkas chiller kosong.
Di hotel inilah pertama kalinya saya temui mesin pengering rambut yang ‘unik’, saat mempergunakannya saya mengira mesin tersebut rusak karena kerap kali mendadak mati dan kemudian menyala kembali.
Saya sempat meminta mesin yang baru dan rupanya saya ‘salah’ mempergunakannya. Ia memiliki sistem yang mengharuskan pengguna menggenggam dengan lebih firm dan mesin akan otomatis menyala dan jika sensor menilai tangan tidak memegang dengan cara yang benar maka akan langsung mati untuk keamanan.
Saya baru tahu jika ada cara benar dan salah untuk memegang sebuah mesin pengering rambut. Bombastic side eye! 😉




Kamar mandi di kamar saya berukuran compact dan dilengkapi dengan single vanity, sebuah ruangan shower, dan juga ruang kloset. Lagi-lagi adanya latar belakang menerawang di balik cermin vanity berhasil mengkamuflase ruangan tampak lebih besar dari aslinya.
Kertas tisu yang ditaruh di atas permukaan vanity dibuat seakan-akan menyerupai bunga dan toiletries yang dipakai di sini adalah toiletries Arts Hotel Porto branded yang menurut saya kurang bagus kualitasnya. Konsistensinya terlalu encer untuk saya sehingga terasa ‘cheap‘.




Ruangan shower ini dilengkapi dengan dua mode pancuran air yaitu pancuran air hujan dan juga pancuran genggam dengan tekanan air yang terbilang standar.
Secara disain tidak ada hal yang spesial dari kamar mandi ini namun setelah beberapa lama menginap di tempat-tempat yang mengharuskan saya berbagi kamar mandi dengan banyak orang dan dengan seting yang jauh lebih sederhana, jelas kamar mandi ini terasa sangat mewah. Perspective is important!



Arts Hotel Porto: Makan Pagi
Indahnya dunia saat menginap di hotel-hotel Hilton sedunia dan memiliki tier keanggotaan Gold ke atas yaitu adanya benefit berupa sarapan gratis untuk dua orang.
Sarapan di hotel ini dilangsungkan satu-satunya restoran yang dimiliki hotel yang berada di dekat lobi lantai dasar. Sarapan dimulai dari pukul 07:00 dan berakhir di pukul 11:00, makan pagi ini disajikan sepenuhnya secara buffet.



Makanan dan minuman dibagi menjadi empat konter. Konter pertama adalah konter minuman dengan beberapa macam jus buah-buahan, air minum baik sparkling maupun still, dan infused water.

Konter kedua adalah konter yang menyajikan roti-rotian, tak hanya roti tawar dan juga roti manis namun juga tersedia Pastei de Nata (Portuguese Egg Custard Tart).
Tentunya tidaklah sempurna jika sarapan di Portugal tanpa menikmati setidaknya satu atau dua buah Pastei de Nata yang ditaburi bubuk kayu manis. 😀


Konter ketiga dan merupakan konter makanan utama diletakkan di tengah-tengah ruangan, pilihan makanan tidaklah banyak hanya tersedia pilihan salad terbatas, buah-buahan, sereal, bacon, orak-arik telur dan jamur sautéed yang ditaruh dalam panci Le Creuset.




Konter keempat dan terakhir dipergunakan untuk menyajikan telur rebus, charcuterie dengan beberapa pilihan cold cuts maupun keju, dan juga olahan yogurt beserta toppings-nya.



Penutup
Senang sekali dapat berwisata ke kota Porto di mana ini merupakan pertama kalinya saya menjejakkan kaki di Portugal.
Saya banyak sekali mendengar seberapa cantik dan pleasant kota ini sehingga saat wisata Eropa di bulan Mei 2025 membawa saya sampai di kota Santiago de Compostela di Spanyol, yang notabene hanya sekitar empat jam perjalanan darat ke Porto, maka dengan mantap saya memutuskan untuk mengunjungi kota ini.
Saya memilih untuk menginap di Arts Hotel Porto yang (rupanya) berada di pusat kota Porto. Hotel ini berada di naungan program loyalti hotel Hilton Honors yang masuk dalam payung Tapestry Collection by Hilton dan ini adalah kali pertamanya saya menginap di kategori hotel ini.

Menurut saya, berikut adalah kelebihan dan kekurangan hotel ini murni berdasarkan pengalaman saya kala itu:
(+) Lokasi hotel yang strategis di pusat kota dan faktanya kota Porto tidaklah terlalu besar sehingga dari satu obyek wisata ke obyek wisata lainnya relatif sangat mudah ditempuh dengan berjalan kaki. Di sebuah kesempatan saya sempat kembali ke hotel untuk beristirahat sejenak dan kembali mengeksplorasi kota later on, ini bisa terjadi karena lokasi hotel yang convenient
(+) Harga menginap yang bisa dibilang dalam kisaran affordable untuk sebuah hotel lifestyle yang design-forward dan berlokasi strategis
(+) Tergolong hotel baru sehingga semuanya fasilitas terasa up-to-date dan clean
(+) Servis ramah pada saat check-in dan sarapan membuat pengalaman stay saat itu terasa menyenangkan
(-) Minim fasilitas. Hotel ini tidak memiliki sebuah fasilitas ‘penting’ yang umumnya dimiliki oleh hotel sekelasnya, yaitu: pusat kebugaran
(-) Tipe kamar yang dimiliki juga cukup sederhana dan tidak tersedia kamar tipe suite maupun junior suite

Selesai menginap selama dua malam di Arts Hotel Porto saya menyusun kembali barang bawaan saya dan pindah ke kota Lisbon. Saya tidak akan ragu kembali menginap di hotel ini apabila perjalanan membawa saya kembali ke kota Porto.