Selesai menginap di TwentySeven Hotel yang berada di area Dam Square, kami berpindah ke hotel berikutnya yaitu Amsterdam Marriott Hotel yang merupakan hotel terakhir dalam kunjungan wisata saya ke Eropa di bulan Oktober 2024 silam.
Amsterdam Marriott Hotel ini juga menutup rangkaian hotel review (total 11 hotel) yang saya telah saya selesaikan. Semoga ulasan-ulasan ini dapat membantu Anda yang hendak bepergian ke Eropa dan masih bingung untuk menentukan akomodasi yang tepat.
Saya memilih untuk menginap di hotel ini dikarenakan saya belum pernah menginap di sekitaran distrik Museum. Sebagai sebuah hotel yang berada di bawah bendera Marriott maka hotel ini juga memiliki executive club yang dapat saya akses karena keanggotaan Titanium Elite, aspek ini juga membuat saya lebih tertarik lagi untuk menginap di sini.
Ulasan hotel ini adalah salah satu ulasan dari serangkaian ulasan-ulasan hotel saat saya berkunjung ke Eropa di bulan Oktober 2024 silam. Untuk Anda yang ingin membaca artikel pendahuluan (trip intro) dan sekiranya hendak membaca ulasan hotel-hotel terkait lainnya, Anda dapat membacanya di sini.
Amsterdam Marriott Hotel: Pemesanan
Saya melakukan pemesanan sekitar satu bulan sebelum periode menginap dan pemesanan tersebut saya lakukan melalui aplikasi Marriott Bonvoy. Di saat melakukan pemesanan tak lupa saya menggunakan 1 sertifikat Nightly Upgrade Awards (NUA) yang saya miliki dengan harapan untuk upgrade ke tipe kamar Balcony Suite.
Sebenarnya saya diberi beberapa pilihan tipe kamar yang eligible untuk penggunaan NUA, namun secara prinsip, saya hanya memilih tipe suite premium yang tidak masuk ke dalam benefit keanggotaan Titanium Elite Marriott Bonvoy.
Jika saya ingin memperbesar peluang tembusnya NUA bisa saja saya memilih tipe kamar Junior Suite namun saya bersikeras tidak mau memilih tipe kamar tersebut. Jika memang kamar tersedia di saat check-in, saya kan berhak untuk mendapat kamar tersebut as per keuntungan menjadi anggota Platinum Elite ke atas.
Rupanya keras kepala saya kali ini berujung dengan senyum karena sekitar h-2 saya mendapat kabar bahwa permintaan NUA saya dikabulkan! Setelah berhasil menggunakan NUA di Budapest Marriott Hotel sekarang giliran Amsterdam Marriott Hotel. Beruntungnya saya!
Harap dimaklumkan, saya termasuk kurang beruntung saat menggunakan NUA, sering kali permintaan NUA saya ditolak, bahkan selama tahun 2024 lalu saya terpaksa mendapati 3 sertifikat NUA saya hangus tidak bisa dipakai.
Bukan karena dengan sengaja tidak mau memakainya, namun semata-mata sering kali ditolak. Andai saja sistem NUA di Marriott Bonvoy bisa diperbaiki dan mengadopsi sistem yang sebagus Suite Upgrade Awards yang dimiliki oleh World of Hyatt.
Amsterdam Marriott Hotel: Check-in
Kami menuju ke Amsterdam Marriott Hotel dengan menggunakan taksi dan sampai di hotel sekitar pukul 16: 00.
Persis di area drop off tidak ada satupun bell men yang bekerja saat itu sehingga kami terpaksa harus menurunkan barang-barang kami sendiri yang jumlahnya cukup banyak. Saya melihat ada troli kosong berada di sekitar pintu masuk maka saya berinisiatif mengambilnya dan segera menaruh barang-barang kami ke troli tersebut.
Seorang karyawan melihat saya melewati pintu masuk dan langsung mengambil alih troli sambil bertanya mengapa saya mendorong sendiri. Dia juga tidak habis pikir mengapa tidak ada petugas berjaga di area drop off. Hal ini bukanlah hal besar bagi saya, bisa sajakan petugas tersebut sedang membantu tamu hotel sebelumnya.
Saya bergegas menuju ke meja penerimaan dan seorang resepsionis perempuan membantu keseluruhan proses ini. Kami berbincang-bincang ringan dan setelah mengetahui bahwa saya berdomisili di Bali, ia terlihat semakin bersemangat karena rupa-rupanya ia sempat tinggal di Bali untuk beberapa lama.
Ia mengkonfirmasi reservasi saya dan juga memberitahukan bahwa kamar telah ter-upgrade ke Balcony Suite dengan menggunakan NUA. Ia menjelaskan aspek-aspek mengenai hotel dan juga memberitahu bahwa hotel sedang dalam proses renovasi dan berdampak dengan venue untuk executive lounge yang biasanya mengambil tempat M Club untuk sementara waktu tutup dan digantikan dengan Studio 1.
Amsterdam Marriott Hotel: Balcony Suite
Kami bergegas menuju ke kamar kami yang berada di lantai 11 setelah menyelesaikan proses check-in. Lantai 11 ini adalah lantai tertinggi di Amsterdam Marriott Hotel.
Lift yang disediakan kebetulan juga ada yang sedang dalam perbaikan, sehingga situasi lift di beberapa kesempatan terpantau cukup ramai. Untungnya selama menginap di sini kami tidak dihadapkan ke situasi harus menunggu giliran lift yang berpotensi untuk membuat jengkel ya.
Kami mendapat kamar Balcony Suite nomor 1127 yang berukuran 45 meter persegi. Hotel ini telah mengalami beberapa kali renovasi sehingga kamar yang kami tempati ini sudah terasa moderen. Mengadopsi gaya desain yang sederhana, bersih, dan moderen dengan pemilihan warna netral seperti putih dan abu-abu.
Kamar kami ini merupakan sebuah suite dalam artian sesungguhnya, yakni memiliki sebuah living room yang benar-benar terpisah dengan bed room.
Uniknya, persis setelah memasuki kamar adalah bagian living room namun terdapat lemari pakaian di area ini. Pemilihan layout yang cukup berbeda dari biasanya menurut saya, lazimnya lemari pakaian berada menjadi satu atau setidaknya di dekat kamar tidur ataupun kamar mandi.
Lemari pakaian yang disediakan ini terdisain menjadi satu kesatuan unit dengan rak untuk menaruh koper, minibar, kulkas, alat setrika, dan safe deposit box. Unit ini terlihat fungsional dan kohesif dengan disain keseluruhan dari kamar ini. Disediakan sebuah meja makan kecil dengan 2 kursi yang diletakkan di dekat lemari ini.
Tersedia mesin kopi dan kopi dalam kemasan kapsul dari brand Douwe Egbert dan juga teh-teh celup dari Ronnefeldt dan pelengkapnya bersama dengan sebuah bucket es kosong. Kulkas dan safe deposit box diletakkan persis di bawah minibar.
Welcome amenity dan welcome letter telah menunggu di meja yang berada di ruang tamu. Sepiring kecil buah rambutan dan satu kotak coklat. Rambutan tentunya bukan buah-buahan native negara Belanda ya, namun mudah kita temui di Indonesia (ataupun di negara-negara Asia Tenggara lainnya).
Saya sebagai orang Indonesia saat melihat adanya buah rambutan ini sebagai welcome amenity merasakan hal ini adalah sesuatu yang unik yang tidak pernah saya temui saat berkunjung ke benua Eropa. Alangkah baiknya kuantitasnya lebih diperbanyak karena 3 butir rambutan tentu saja terlalu sedikit. 😉
Balkoni dapat diakses dari sisi ruang tamu dan juga dari sisi ruang tidur. Mereka menyediakan sebuah meja kecil dan 2 kursi bagi para tamu yang hendak menikmati udara segar di balkoni ini. Pemandangan kota Amsterdam menjadi daya tarik dari balkoni ini.
Kamar tidur dilengkapi dengan ranjang berukuran king dengan 4 bantal yang tebal dan fluffy. Ranjangnya empuk, nyaman dan menghadap ke sebuah televisi. Sepasang sepatu khas Belanda yang dinamakan Klompen ditempel di bagian dinding sebagai elemen dekoratif.
Kamar mandi hanya dapat diakses dari dalam ruang tidur dan berukuran relatif besar. Terdapat double vanity dan juga disediakan 2 botol air minum portabel yang dapat dibawa pulang yang berisikan tap water (air keran) dari kota Amsterdam dan juga toiletries individual dari brand Rituals.
Toiletries Rituals ini terlihat seperti ‘dipajang’ dan alih-alih untuk dipakai di hotel sepertinya lebih diperuntukkan untuk diberikan kepada tamu menginap sebagai sebuah souvenir. Tentu saja ini semata-mata hanyalah pengamatan saya saja ya.
Kamar mandi dilengkapi dengan sebuah ruangan khusus untuk kloset dan sebuah ruangan untuk mandi.
Jika saya melihat disain dari shower room ini terlihat seperti steam room ala Hammam dengan adanya kursi memanjang yang lazim dimiliki oleh sebuah hammam. Mungkin sebelum direnovasi, shower room ini juga merangkap sebagai sebuah steam room? Bisa saja.
Balcony Suite yang saya tempati tidak dilengkapi dengan sebuah bath tub, hanya terdapat shower area dengan 2 mode pancuran yaitu pancuran air hujan dan juga pancuran dari samping yang keduanya dapat dioperasikan berbarengan. Tekanan airnya sangat memuaskan sehingga pengalaman mandi terasa nyaman.
Toiletries ‘utama’ yang digunakan oleh Amsterdam Marriott Hotel adalah toiletries dari brand This Works dalam kemasan besar yang sepertinya toiletries standard untuk hotel Marriott di Eropa. Setidaknya, Budapest Marriott Hotel juga menggunakan brand yang sama.
Amsterdam Marriott Hotel: Executive Club
Sebagai anggota Titanium Elite (Platinum Elite ke atas) di program loyalti hotel Marriott Bonvoy, kami diperkenankan untuk mengakses executive club secara cuma-cuma.
Standar brand Marriott menamai executive club di hotel Marriott sedunia dengan sebutan M Club. Sayang sekali pada saat saya menginap M Club sedang direnovasi dan dialihkan ke ruangan sementara yang bernama Studio 1.
Dengan adanya pengalihan sementara ini tentunya saya tidak bisa banyak berkata mengenai M Club ini. Saya yakin setelah selesai direnovasi, M Club tentunya akan memberikan experience yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Studio 1.
Ruangan Studio 1 ini terlalu kecil untuk menampung para tamu yang hendak menikmati sajian evening cocktails. Ruangan ini terlihat over capacity dan jujur saya merasa kurang nyaman di sini. Ruang gerak bagi para pelayan juga terasa sangat terbatas dan mereka terlihat kurang nyaman saatnya melakukan pekerjaannya.
Makanan dan minuman yang disajikan lumayan variatif dan terasa substansial, namun karena area duduk terasa crammed dan saling mepet maka kami tidak mau berlama-lama di ruangan ini dan memutuskan untuk segera keluar.
Saya ingin menekankan bahwa Studio 1 ini tidak dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk lounge offering yang diberikan oleh Amsterdam Marriott Hotel, saya penasaran juga bagaimana penampakan M Club setelah dibuka kembali pasca renovasi.
Amsterdam Marriott Hotel: Makan Pagi
Gratis sarapan untuk 2 orang adalah salah satu keuntungan penting lainnya sebagai anggota Platinum Elite ke atas selain akses club gratis. Keuntungan ini tidak serta-merta langsung diberikan kepada para anggota elit tersebut, namun diberikan dalam salah satu bentuk welcome gift saat check-in.
Seperti anggota elit lainnya, saya diberi sebuah pilihan untuk gratis sarapan untuk 2 orang atau pemberian 1.000 poin Marriott yang tentunya saya memilih sarapan gratis yang memiliki valuasi yang jauh lebih besar daripada poin tersebut.
Sarapan mengambil tempat di Midtown Grill yang berada di lantai dasar. Saya memilih untuk sarapan di sekitaran pukul 08:20 yang cukup pagi dikarenakan saya musti bergegas menuju ke bandara Schipol untuk kembali pulang ke tanah air.
Seorang host mengkonfirmasi eligibilitas gratis sarapan dan mengantar saya duduk di meja yang tersedia.
Beliau memberi saya secarik kertas, membubuhkan detil menginap saya, dan menaruhnya di atas meja yang juga berfungsi sebagai penanda bahwa meja tersebut sudah ter-occupied. Saya yang kala itu makan sendirian karena telah berpisah dengan saudara saya yang telah check-out di waktu subuh tentunya merasa dimudahkan dengan adanya penanda meja semacam ini.
Tidaklah jarang kala host meng-appoint meja tertentu namun saat ditinggal untuk mengambil hidangan buffet mengakibatkan host lainnya mengira bahwa meja tersebut kosong dan memberikannya ke tamu lainnya. Tentu saja hal ini adalah hal yang sepele tapi cukup menjengkelkan.
Midtown Grill bernuansa kemerahan dan terlihat sangat bold dengan plafon berwarna merah menyala ditambah dengan tembok yang dilapis wallpaper dengan disain eklektik yang tak kalah mencolok. Seorang pelayan memberi saya menu omelet yang dapat saya pesan secara a la carte dan juga menawari saya beberapa pilihan kopi ataupun teh.
Jam 08:20 tentunya merupakan waktu yang cukup pagi untuk sarapan namun situasi Midtown Grill bisa dibilang lumayan padat dan sebelum menginjak pukul 09:00 venue sudah terasa hiruk pikuk. Walaupun begitu venue ini cukup besar untuk menampung para tamu yang ada.
Selain ruangan utama yang bernuansa kemerahan ini juga terdapat sebuah ruangan lebih kecil yang terlihat berbeda dengan ruangan utama. Ruangan bertembok ungu dan berlantai motif hitam putih ini masih dalam kondisi tertutup dan akan dipergunakan untuk menerima limpahan tamu apabila ruangan utama sudah penuh.
Makanan disajikan secara buffet dan terlihat lengkap dan variatif. Midtown Grill mengadopsi dapur semi terbuka dan menata sajian buffet ini di sepanjang sisi luar dapur. Tak hanya itu, buffet spread juga melebar masuk ke area meja tempat tamu duduk.
Pilihan makanan dan minuman yang ditawarkan saat sarapan bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan hidangan buffet hotel-hotel Eropa lainnya namun satu hal yang membuatnya terasa berbeda adalah tersedianya minuman beralkohol Bloody Mary.
Minuman beralkohol yang memiliki rasa pedas dan asin gurih ini sebenarnya adalah minuman khas untuk hotel St Regis sedunia, sehingga melihat ini di sebuah hotel Marriott terasa di luar kebiasaan saja.
Amsterdam Marriott Hotel: Pusat Kebugaran
Pusat kebugaran berada persis di sebelah Midtown Grill yang beroperasi 24 jam dan dapat diakses dengan menggunakan kunci kamar. Pusat kebugaran ini berukuran relatif besar dan didisain dengan layout bergaya loft . Tata ruang semacam ini membuat gym ini dapat memuat lebih banyak alat-alat dan mesin kesehatan.
Untuk ukuran pusat kebugaran sebagai salah satu fasilitas hotel, gym ini sangatlah proper dan mumpuni untuk mengakomodir para tamu yang memerlukan gym yang ‘serius‘, terlihat dengan adanya free weights dan juga 2 squat rack. Semua alat-alat dan mesin kesehatan di sini menggunakan merek Life Fitness yang merupakan salah satu merek terkemuka untuk gym.
Penutup
Perjalanan wisata saya ke Eropa di bulan Oktober 2024 berawal dan berakhir di kota Amsterdam. Saya menginap selama 2 malam di kota ini yang dimulai dengan menginap di TwentySeven Hotel selama satu malam dan malam lainnya di Amsterdam Marriott Hotel.
Saya yang memiliki status Titanium Elite di keanggotaan loyalty hotel Marriott Bonvoy sengaja memilih hotel ini karena keuntungan-keuntungan yang dapat saya peroleh saat menginap di hotel Marriott seperti: gratis sarapan, gratis akses ke executive club, dan upgrade kamar ke tipe suite.
Untuk upgrade ke suite kali ini saya menggunakan 1 sertifikat Nightly Upgrade Awards (NUA) ke tipe Balcony Suite yang merupakan tipe suite premium yang tidak eligible untuk upgrade gratis anggota elit.
Menurut saya, berikut adalah kelebihan dan kekurangan hotel ini murni berdasarkan pengalaman saya kala itu:
(+) Lokasi strategis di distrik Museum yang sangat cocok bagi Anda yang hendak mengunjungi Rijksmuseum, the Van Gogh Museum, ataupun ke rumah Anne Frank
(+) Hotel berbintang 5 dengan kamar yang telah direnovasi sehingga terasa moderen dan tidak usang
(+) Saya berhasil menggunakan NUA ke tipe Balcony Suite
(+) Gratis makan pagi dan executive club untuk 2 orang bagi anggota elit Platinum ke atas yang tentunya sangat membantu menghemat pengeluaran saya.
(-) Periode menginap saya bertepatan dengan renovasi di beberapa aspek hotel sehingga M Club sedang ditutup dan dipindahkan sementara ke Studio 1 yang kurang nyaman karena ukurannya terlalu kecil. Lift juga sedang dalam perbaikan yang menyebabkan antrian (walaupun tidak parah) saat hendak naik ataupun turun lantai
(-) Kamar mandi di tipe suite premium yang saya tempati ini tidak memiliki bath tub
(-) Perlu menambah pegawai di area drop off agar para tamu yang hendak check-in dapat dimudahkan saat menurunkan barang bawaannya
Hotel Marriott ini menjadi penutup untuk serangkaian hotel yang telah saya ulas sebelumnya. Ulasan-ulasan ini menjadi semacam travel journal tersendiri bagi saya. Total 11 hotel sudah selesai saya ulas dan kupas secara komprehensif dan obyektif, harapan saya adalah dapat membantu para pembaca PinterPoin yang akan berwisata ke Eropa dan tengah menimbang-nimbang pro dan kontra saat hendak memilih hotel tertentu. Hope it helps!
Thanks Paulo yang sudah di ajak nginap di hotel hotel di Eropah. Seperti review reviewnya yang selalu lengkap dengan foto yang bagus. Bener bener seperti ikut nginap gratis. wkwkwkwk..
Next challenge Asia ? Jepang / Korea atau China ?