Kondisi COVID-19 kembali memaksa perusahaan untuk beradaptasi. Terkini, Garuda Indonesia dikabarkan sedang bernegosiasi dengan Airbus untuk menunda pendatangan 4 pesawat baru tahun ini. Hal tersebut disampaikan oleh Dirut Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, pada rapat dengar pendapat dengan komisi VI DPR RI.
Penundaan atau bahkan pembatalan pemesanan pesawat adalah hal yang sangat lumrah saat ini. Pabrikan pesawat juga sepertinya memberikan keringanan atau kemudahan agar maskapai bisa bertahan melewati krisis saat ini.
Pesawat Airbus pesanan Garuda Indonesia yang dimaksud seharusnya adalah A330-900neo yang aslinya sudah mulai didatangkan menjelang penutup tahun 2019. Empat pesawat yang ingin ditunda seharusnya adalah PK-GHH, PK-GHI, PK-GHJ, dan PK-GHK (belum selesai dirakit).
Baca juga: (Video) Proses Perakitan Airbus A330-900neo Garuda Indonesia
Baca juga: Siap Merugi: Garuda Indonesia Akan Buka Penerbangan Langsung ke Amerika, Paris, dan India
Upaya Memotong Pengeluaran
Sebelum adanya wacana penundaan pemesanan pesawat Airbus, Garuda sebelumnya telah ‘memanfaatkan momentum’ dengan membatalkan pemesanan Boeing 737 MAX. Mengingat pesawat tersebut dilarang terbang di seluruh dunia, maka wajar setiap maskapai berupaya untuk membatalkan atau mengurangi pemesanan pesawat tersebut.
Garuda Indonesia untungnya baru menerima 1 unit Boeing 737 MAX. Sebagai informasi, biaya parkir 1 unit Boeing 737 MAX Garuda Indonesia (tanpa beroperasi) adalah Rp42 milyar per bulan!
Kini, 3 unit Airbus A330-900neo juga sedang terparkir dan pastinya memerlukan biaya yang lebih besar ketimbang pesawat narrow body 737 MAX. Penundaan mendatangkan pesawat adalah opsi paling aman dan bijaksana saat ini, tentu dengan harapan Airbus akan mengiyakan permintaan tersebut.
Tidak ketinggalan, Garuda juga berencana untuk melepas seluruh unit (18) pesawat Bombardier CRJ-1000 yang lebih sering terparkir ketimbang terbang.
Penutup
Sejak tahun lalu, Garuda Indonesia terus berupaya untuk menekan pengeluaran, misalnya dengan membatalkan pemesanan Boeing 737 MAX, wacana penjualan Bombardier CRJ-1000, dan kini penundaan pesawat Airbus.
Saya rasa kebijakan tersebut sudah tepat guna bertahan melewati krisis saat ini. Hal terakhir yang dibutuhkan oleh Garuda Indonesia saat ini adalah pengeluaran tambahan atau mendatangkan pesawat baru yang tidak bisa diutilisasikan dengan efisien.
.