Perang dagang mungkin bisa membawa berkah bagi Garuda Indonesia ataupun member GarudaMiles dikarenakan dalam rangka negosiasi tarif impor dengan Amerika Serikat, Indonesia akan membeli 50 pesawat Boeing 777 yang nantinya akan digunakan oleh Garuda Indonesia.
Sebagai perbandingan saja, berdasarkan informasi dari majalah ‘Colours’ Garuda Indonesia, per Juni 2025 lalu Garuda Indonesia hanya mengoperasikan 8 pesawat tipe Boeing 777-300 ER… jadi penambahan 50 armada Boeing 777 di masa depan adalah peningkatan yang MASIF.
Saya mungkin lebih bingung bagaimana skema Garuda Indonesia nantinya akan mendapat (atau membeli) pesawat Boeing 777 tersebut karena bahkan dengan suntikan modal Danantara sebesar 1 miliar USD sekalipun (16,2 Triliun Rupiah), nominal tersebut jauh dari dana yang diperlukan untuk membeli 50 pesawat Boeing 777.
FYI saja, satu pesawat Boeing 777 harganya bisa mencapai 330 juta USD atau kurang leih sekitar 5,35 Triliun Rupiah.
Jangankan membeli 50, saya bahkan ragu Garuda Indonesia mampu membeli 5 unit pesawat tersebut tanpa bantuan yang ekstrim dari pemerintah atau Danantara.
Pembelian Pesawat Boeing 777
“Memang kan kita perlu (pesawat Boeing) untuk membesarkan Garuda. Garuda adalah kebanggan kita. Garuda adalah flag carrier nasional. Garuda lahir dalam perang kemerdekaan kita. Jadi Garuda harus menjadi lambang Indonesia.”
-Prabowo Subianto, Presiden Indonesia ke-8
Apa Implikasinya?
Mengasumsikan bahwa pembelian pesawat Boeing 777 tersebut sungguh terjadi dan semuanya dilimpahkan ke Garuda Indonesia dalam jangka panjang, maka Garuda Indonesia akan memiliki armada Boeing 777 yang cukup besar di nominal 58 pesawat.
58 pesawat…. yang kebanyakan ditujukan untuk penerbangan mid-haul atau long-haul akan membuat Garuda Indonesia berada di posisi yang strategis untuk bisa:
- Meningkatkan frekuensi penerbangan ke rute existing yang sudah populer seperti Jakarta – Melbourne, Jakarta – Sydney, Denpasar – Sydney, Denpasar – Melbourne, Jakarta – Jeddah, dan sebagainya
- Menambah rute baru yang mungkin dulunya tidak bisa terwujud akibat keterbatasan pesawat seperti Jakarta – Istanbul, Jakarta – Dubai, atau bahkan Bali – Moscow.
- Meningkatkan frekuensi penerbangan ke rute domestik yang populer seperti Jakarta – Surabaya, Jakarta – Bali, Jakarta – Medan, dan sebagainya menggunakan pesawat wide body sehingga lebih nyaman dan bisa menampung lebih banyak penumpang.

The good news? Tentunya tidak akan semudah itu meningkatkan demand penumpang dibandingkan dengan meningkatkan supply jumlah kursi yang tersedia seiring dengan penambahan jumlah pesawat.
Ini artinya, besar kemungkinan Garuda Indonesia akan harus melakukan obral ketika mereka mendatangkan pesawat Boeing 777 tersebut dan berusaha memenuhi pesawat tersebut dengan penumpang…. entah itu penumpang yang membayar cash atau penumpang yang membayar dengan menukarkan GarudaMiles.
Secara praktis saya melihat bahwa implikasi penambahan jumlah pesawat ini positif terutama untuk member GarudaMiles dikarenakan available seat yang bisa Anda tukarkan seharusnya juga akan bertambah seiring dengan bertambahnya armada Boeing 777 Garuda Indonesia terutama untuk rute populer.
Baca juga: 10 Kartu Kredit Terbaik Untuk Mengumpulkan GarudaMiles
Baca juga: Flight Review – Garuda Indonesia Boeing 777 First Class Amsterdam (AMS) – Jakarta
Penutup
Dalam rangka negosiasi tarif impor Indonesia dengan Amerika, terdapat sebuah kesepakatan di mana Indonesia akan membeli 50 pesawat Boeing 777 dari Amerika yang nantinya akan digunakan oleh Garuda Indonesia.
Penambahan 50 pesawat Boeing 777 ini tentu cukup masif mengingat saat ini Garuda hanya mengoperasikan 8 pesawat Boeing 777. Masih belum diketahui bagaimana mereka akan mendapatkan pembiayaan untuk membeli 50 pesawat baru ini atau nanti akan dihibahkan secara cuma-cuma dalam rangka meningkatkan aset 😀

Pekerjaan rumah yang lebih besar mungkin adalah bagaimana Garuda Indonesia bisa mengoptimalkan 50 pesawat Boeing 777 tersebut dalam jangka panjang.
Memang betul Indonesia kekurangan jumlah pesawat… namun tanpa perencanaan yang baik hal tersebut justru akan membuat Garuda Indonesia terus merugi dan kesulitan mencapai profitabilitas.
Saran saya kepada Garuda Indonesia? Jika dibaca, tentu saya akan merekomendasikan mereka mengisi rute-rute populer yang sering full terlebih dahulu seperti rute ke Jeddah, Melbourne, Amsterdam, dan menambah rute eksotis ke destinasi yang menjadi tempat berbisnis sekaligus leisure seperti Istanbul ataupun Dubai.
Tentunya peningkatan frekuensi penerbangan ataupun jumlah rute ini juga diharapkan disertai dengan peningkatan kualitas hard product pesawat di mana harapannya akan ada kelas ekonomi ataupun bisnis baru agar bisa meningkatkan kenyamanan calon penumpangnya.