Kali ini, saya berkesempatan untuk mengulas penerbangan perdana kelas ekonomi (economy class) BBN Airlines Indonesia di rute domestik jarak dekat mereka yaitu dari Jakarta (CGK) ke Bali (DPS).
Apa Itu BBN Airlines Indonesia?
BBN Airlines Indonesia adalah salah satu maskapai Indonesia yang sebelumnya berfokus melayani kargo dan ACMI (aircraft, crew, maintenance, and insurance –> anggap saja leasing pesawat) dan merupakan bagian dari Avia Solutions Group.
Setelah sebelumnya 3 pesawat Boeing 737-800 miliknya disewakan ke SpiceJet, pesawat tersebut kembali ke Jakarta (CGK) untuk mengoperasikan penerbangan sendiri.
Untuk beberapa hari pertama operasi penerbangan, BBN Airlines mengoperasikan penerbangan 3x sehari dengan rute sebagai berikut:
Mulai tanggal | Rute | Frekuensi |
27 September 2024 | Jakarta (CGK) – Surabaya (SUB) Surabaya (SUB) – Jakarta (CGK) | 1x/hari |
30 September 2024 | Jakarta (CGK) – Balikpapan (BPN) Balikpapan (BPN) – Jakarta (CGK) | 1x/hari |
2 Oktober 2024 | Jakarta (CGK) – Bali (DPS) Bali (DPS) – Jakarta (CGK) | 1x/hari |
Tiket BBN Airlines Indonesia sudah dapat dipesan melalui situs web atau agen travel online bahkan untuk penerbangan pertamanya.
Saya memesan tiket saya melalui Tiket.com dan dikenakan tarif Rp1.085.433 sekali jalan.
Sebelum Berangkat
Saya tiba di bandara Soekarno Hatta terminal 2 kurang lebih 2 jam 30 menit sebelum jadwal keberangkatan awal.
Berbeda dengan Pelita Air atau TransNusa, meskipun baru memulai penerbangan komersial BBN Airlines beroperasi dari bandara Soekarno Hatta terminal 2E.
Dari area pengantaran sudah tidak terlalu jauh lagi menuju area check-in.
BBN Airlines menggunakan konter check-in 41-45 di terminal 2. Karena baru mulai beroperasi, check-in hanya bisa dilakukan di konter dan belum tersedia check-in online.
Untungnya proses check-in sendiri cukup cepat, dan setelah itu saya mendapatkan pas naik (boarding pass) serta kenang-kenangan penerbangan perdana berupa hand sanitizer (percayalah, hanya ada itu).
Berbagai fasilitas seperti lounge dan toko kopi terdapat setelah melewati area check-in, namun sebelum pemeriksaan keamanan domestik.
Setelah sarapan dan menghabiskan waktu di Blue Sky Premier Lounge berkat status Tiket.com Diamond, saya baru pergi menuju area keberangkatan dengan melewati pemeriksaan 35 menit sebelum jadwal keberangkatan.
Setelah pemeriksaan saya bergegas menuju gerbang keberangkatan. Dengan penumpang yang hanya 89 orang, sedikit kurang dari setengah kapasitas pesawat, area gerbang ini tidak terlalu ramai.
Karena tidak ada perayaan sama sekali, beberapa menit kemudian proses naik pesawat pun dimulai.
Karena pesawat tidak terhubung oleh garbarata, saya harus keluar dari gedung terminal dulu sebelum bisa menaiki pesawat, walaupun setidaknya tidak perlu naik bus.
Penerbangan ini dioperasikan oleh pesawat Boeing 737-800 yang sudah berumur 13 tahun.
Proses naik pesawat dilakukan hanya dengan tangga dari pintu depan.
Setelah menaiki tangga tiba saatnya untuk masuk ke dalam pesawat.
Di Dalam Pesawat
Perkenalan Kursi
Pesawat Boeing 737-800 BBN Airlines hanya memiliki kabin kelas ekonomi dengan 189 kursi dalam konfigurasi 3-3. Ini konfigurasi yang sama dengan, misal, Lion Air atau Sriwijaya Air.
Untuk penerbangan ini saya awalnya duduk di kursi 5F, kursi ekonomi jendela standar.
Ruang kaki di kursi ini sendiri cukup lega, walaupun memang lebih karena ini merupakan kursi baris depan di sisi kanan. Sebagai perbandingan, berikut ruang kaki di kursi standar.
Apabila Anda perhatikan, instruksi kursi awalnya yang terukir di meja ditulis dalam bahasa Jerman, yang berarti rangka kursi ini tidak pernah diganti sejak pertama dioperasikan oleh Air Berlin.
Kursi ini memiliki meja sederhana standar kelas ekonomi.
Bacaan di penerbangan ini terdiri dari kartu petunjuk keselamatan, kartu doa, dan kantong mabuk udara, yang semuanya bisa ditemukan di kantong kursi.
Di salah satu sandaran terdapat lubang bekas kendali hiburan.
Di sisi lain terdapat tombol untuk merebahkan kursi.
Berikut kursinya saat direbahkan, dibandingkan dalam keadaan tegak.
Seperti biasa, berikut foto saya di kursi tersebut. Seperti di kursi berbagai maskapai berbiaya rendah, kursi ini tidak memiliki sandaran kepala terpisah.
Penerbangan
Pemandangan di sebelah saya awalnya nampak pesawat Lion Air yang mendapatkan garbarata di gerbang E7.
Bicara tentang interior kabin, salah satu hal yang cukup unik di pesawat ini adalah tempat penyimpanan perahu keselamatan. Perahu tersebut mengisi penuh rak bagasi 2 baris kursi, sehingga cukup mengganggu terutama untuk penerbangan domestik Indonesia yang memiliki banyak bandara alternatif.
Awak kabin juga memberitahu cara untuk mengeluarkan perahu tersebut untuk penumpang di kedua baris tersebut saat proses naik pesawat.
Proses demonstrasi petunjuk keselamatan dilakukan secara manual saat kami mulai meninggalkan tempat parkir.
Lampu kabin pun dimatikan saat akan lepas landas maupun mendarat.
Karena ada antrean saat akan berangkat, kami baru lepas landas 30 menit setelah jadwal keberangkatan dari landasan 07L.
Bicara tentang lepas landas, saat itu ada beberapa pengunci meja yang sedikit longgar, sehingga beberapa meja pun terbuka.
Lampu tanda kenakan sabuk pengaman dimatikan 5 menit setelah lepas landas, dan setelah itu saya bergegas menuju ke kamar mandi untuk membuat ulasan. Karena ini masih penerbangan perdana, tentu kamar mandinya dalam keadaan bersih.
Wastafelnya sendiri relatif standar dan dilengkapi amenity berupa sabun cuci tangan umum, walaupun salah satu komplain saya adalah aliran airnya yang cukup pelan.
Layanan makanan ringan dimulai 20 menit setelah lepas landas, dimana hanya terdapat 2 pilihan (makan atau tidak makan ๐ ).
Hidangan di penerbangan ini uniknya disajikan dalam tas, walaupun isinya sendiri relatif standar (roti dan air).
Berikut layanan sarapan di penerbangan ini:
- Kudapan: Roti coklat
- Minuman: Air mineral.
Rasa rotinya sendiri bisa dibilang sangat standar dan kalau bukan karena bentuk roti dan kemasan luarnya mirip dengan yang disajikan di Pelita Air (wajar, karena kateringnya sama).
Selain itu, Anda yang berharap adanya item khusus penerbangan perdana tentu akan kecewa, karena berbeda dengan maskapai-maskapai lain di luar sana, di penerbangan ini bisa dibilang tidak ada item apapun.
Secara keseluruhan, kudapan kali ini bisa dibilang fungsional; Cukup untuk menahan lapar selama 2 jam penerbangan, tapi tidak sampai mengenyangkan.
Bicara tentang hiburan, selain tidak adanya layar hiburan di kursi, tidak ada juga sistem Wi-Fi internal di dalam pesawat. Ini artinya, hiburan Anda bisa dibilang terbatas pada jendela atau bacaan yang ala kadarnya di kantong kursi.
Karena pesawatnya yang cukup kosong, saya berkesempatan untuk memutari pesawat, termasuk melihat kursi bulkhead yang memiliki ruang kaki sedikit sempit.
Ini boleh saja disebut penerbangan perdana, namun umur pesawat tak bisa bohong seperti nampak pada goresan-goresan di jendela berikut.
Tak terasa sudah mulai waktunya untuk turun. Pemandangan pulau Bali di bawah ini biasanya menandakan kita akan mendarat dari sisi barat.
Yang nampak cukup aneh di foto ini adalah posisinya yang masih sangat tinggi padahal sudah di sisi timur Denpasar.
Setelah memutari sisi selatan pulau Bali, kami baru mendarat di bandara Bali (DPS) 40 menit terlambat dari jadwal awal.
Kami melewati terminal internasional dulu sebelum tiba di terminal domestik.
Sesuai tradisi di dunia kedirgantaraan, penerbangan perdana ini diiringi dengan sambutan berupa water salute, yang kali ini dilakukan sesaat sebelum memasuki area parkir.
Proses turun pesawat sendiri untungnya cukup normal, dan tidak seperti di salah satu maskapai terkenal jumlah bagasi kabinnya cukup normal.
Saya hampir lupa juga, layar kendali awak kabin di pesawat ini masih menggunakan layar dari salah satu maskapai sebelumnya yang berbasis di Eropa.
Saya kebetulan berkesempatan mengunjungi kokpitnya dan berbincang sejenak dengan kaptennya setelah semua penumpang turun (kecuali beberapa dari kami yang sengaja pergi ke Bali hanya untuk penerbangan ini).
Saya meninggalkan pesawat melalui garbarata, dan setelah itu nampak cukup banyak petugas di koridor.
Kedatangan
Gerbang 2 sendiri cukup dekat dari eskalator menuju area kedatangan, dimana saya tiba di area kedatangan sebelum gapura.
Tas syaa sudah merupakan tas check-in terakhir yang diambil saat itu.
Saya meninggalkan gedung terminal menuju area penjemputan, dan terus sampai ke jalan akses bandara dekat parkir sepeda motor.
Dari area parkir sepeda motor saya melanjutkan perjalanan ke GoWork Park23 dengan menggunakan ojek online (review boleh, tapi kerja masih terus jalan ๐ )
Kesimpulan
Entah kenapa saya merasa bahwa BBN Airlines Indonesia terasa seperti Pelita Air versi “KW 2”.
Walaupun sama-sama merupakan maskapai hybrid (dalam arti, antara berbiaya rendah dan layanan penuh), masih ada beberapa hal dimana Pelita Air unggul dibandingkan dengan BBN Airlines seperti perawatan kabin dan juga fasilitas seperti hiburan (Wi-Fi intranet) atau stopkontak (di pesawat tertentu).
Selain itu, mengingat harga tiketnya sendiri yang tidak semurah itu juga dibandingkan dengan maskapai lain dan jadwalnya yang masih terbatas, bisa dibilang masih ada cukup banyak ruang untuk perbaikan apabila BBN Airlines Indonesia ingin berfokus ke arah sana.
Saya akan merekomendasikan BBN Airlines Indonesia apabila harga dan jadwalnya tepat. Tetapi, selain itu bisa dibilang bahwa maskapai ini tidak banyak berbeda dari maskapai hybrid lain mengingat fasilitas yang sangat standar, jadi produk kelas ekonomi dari BBN Airlines Indonesia ini bukanlah sesuatu yang perlu dikejar secara khusus.
Ulasan yg sangat bagus, netral dan kritis.
Yg belum diulas a.n: pertama, layanan bagasi berapa lama!, dihitung dari saat keluar dari pesawat sampai bagasi ditangan karena ini merupakan salah satu kepuasan yg diharapkan oleh Pax. Kedua, sikap aircrew thp Pax. Menyejukkan hati, biasa atau kurang menyenangkan, karena hal ini akan membawa kesan kpd Pax. Ketiga, kemampuan bahasa inggris para crew, bagus, biasa saja atau terbata-bata! Ini akan membawa kesan pada Pax. Keempat announcement dari Kapten tidak diulas ketika terjadi keterlambatan, apapun alasannya. Pax akan terobati hatinya jika keterlambatan disampaikan dgn baik dan honest.
Untuk BBN, supaya bisa eksis terbang di Indonesia dan berkembang maka kenali dengan mendalam budaya masyarakat Indonesia.
Selamat semoga sukses.
Ulasan yg bagus