Cerita pembaca kali ini merupakan lanjutan dari kisah Paulo (@anonymouslycurated) berkelana ke Amerika Serikat menggunakan First Class Japan Airlines.
Kali ini, di bagian ketiga yang juga merupakan bagian terakhir, beliau akan menceritakan kisahnya terbang di First Class Japan Airlines tujuan Tokyo Narita (NRT) ke Chicago (ORD) yang terletak di Illnois, Amerika Serikat.
Berikut adalah kisah beliau:
disunting untuk kemudahan membaca
Akhirnya waktu yang saya tunggu-tunggu telah tiba! Petugas memulai proses boarding dan karena kami merupakan penumpang First Class, maka kami mendapat prioritas untuk memasuki pesawat Boeing 777-300ER dari Japan Airlines (JAL) ini.
Sekedar informasi, pesawat Boeing 777-300ER dari JAL yang saya tumpangi ini memiliki 4 jenis kelas yaitu economy, premium economy, business, dan First. Berikut penampakan denah pesawat yang saya temukan di website Japan Airlines:
Segera setelah saya memasuki pesawat, para pramugari mengantar saya ke tempat duduk saya di nomor 1A. Kursi First Class ini dinamakan JAL Suite dan memiliki konfigurasi 1-2-1.
Saya tidak dapat menyembunyikan kegembiraan di wajah saya saat melihat kursi berlapis kulit berwarna coklat tua yang sudah sering saya lihat di website travel yang kini berada di depan mata saya.
Dari total 8 kursi yang tersedia di First Class, hanya kami berdua yang menjadi penumpang di kabin ini sehingga menambah sensasi dan service quality yang ada.
Seusai duduk, pramugari dengan sigap menawari kami welcome champagne yang sulit saya tolak. Untuk penumpang First Class, mereka menyajikan welcome champagne Charles Heidsieck Rose Millesime 2005.
Para pramugari juga telah menyiapkan headphone merk Bose, menu makanan dan minuman selama penerbangan, amenity bag dari Etro, bantal, selimut dan slippers di kursi saya. Sambil menunggu pesawat memulai proses push back dan take off, saya mulai mengeksplor kursi saya dan tentunya menu makanan yang akan segera saya nikmati dalam beberapa jam ke depan.
Salah satu hal yang membuat penerbangan JAL First Class unggul dibandingkan penerbangan First Class maskapai lainnya adalah pilihan champagne-nya.
JAL adalah satu-satunya maskapai yang menyajikan Champagne Salon 2007 dan Louis Roederer Cristal 2008. Champagne tersebut dibanderol sekitar USD550 dan USD250.
Champagne Salon 2007 disajikan untuk penerbangan outbound dari Jepang sedangkan Louis Roederer Cristal 2008 disajikan untuk penerbangan inbound menuju Jepang. Jadi, di penerbangan kali ini saya berkesempatan untuk mencicipi champagne Salon yang mana merupakan champagne termahal yang pernah saya minum sepanjang hidup saya.
Champagne-champagne tersebut sendiri hanya dibuka pada saat pesawat telah lepas landas dan itulah sebabnya mereka hanya menyajikan Charles Heidsieck Rose Millesime 2005 sebagai welcome champagne.
Penerbangan dari Tokyo menuju ke Chicago ditempuh dalam waktu 12 jam dan untungnya JAL memberikan complimentary Wi-Fi khusus untuk penumpang First Class yang terbukti sangat membantu menemani saya selama perjalanan jauh ini.
Bagi penumpang kelas lainnya, JAL menyediakan 3 jenis layanan internet selama penerbangan yang terdiri dari layanan internet 1 jam (USD10,15), 3 jam (USD14,40) dan 24 jam (USD18,80).
Kualitas Wi-Fi selama penerbangan sendiri sangat baik dengan average download speed sebesar 17,58 Mbps dan jaringan yang flawless dalam artian internet tidak pernah terputus selama penerbangan.
Tidak lama setelah berada di udara, makan siang mulai disajikan dan sudah menjadi sebuah ‘keharusan’ buat saya untuk memilih menu makanan sesuai dengan negara asal maskapai.
Hidangan pembuka disajikan dalam 1 nampan yang terdiri dari 5 jenis makanan, yang terdiri dari:
- Kepiting salju dan bayam dengan saus kepiting
- Milt ikan buntal panggang berbumbu sitrus Yuzu dan Miso yang dihiasi dengan lobak
- Kerang dengan kaldu kerang kental dengan sea urchin beraroma sitrus Yuzu di atasnya
- Talas dan rangkaian bunga krisan dengan telur belanak
- Ikan buntal panggang dan akar lotus beserta kulitnya dengan saus truffle
Bukan melebih-lebihkan, tetapi menurut saya hidangan pembuka ini sangatlah enak dan jauh melampaui ekspetasi saya!
Sembari menikmati makanan, teman seperjalanan saya iseng menanyakan kepada pramugari apakah ada sajian caviar yang biasanya adalah sajian khas saat terbang di First Class.
Pramugari menjelaskan bahwa tidak ada hidangan caviar ‘khusus’ untuk penerbangan kali ini. Menurut beliau, caviar hanya disajikan sebagai pelengkap makanan saja. Meskipun begitu, beliau kembali ke galley untuk mengecek ketersediaan dan menginformasikan kepada kami bahwa mereka akan membuat hidangan dengan basis caviar secara dadakan.
Sungguh pelayanan yang sangat memuaskan! Pada akhirnya kita disajikan Caviar dengan sepotong roti yang menurut saya sudah cukup mewakili.
Orkestra makanan masih berlanjut lagi dengan 2 jenis hidangan sashimi yang disajikan yaitu:
- Tahu wijen putih dengan caviar, wasabi, dan kecap kental
- Lobster ise beserta jeroannya beserta bunga canola yang dibalut dengan kaldu lobster
Di sela-sela makan, saya berulang kali ditawari untuk mencoba sake dan minuman-minuman lainnya. Uniknya, JAL juga menyediakan teh dengan harga fantastis yang disajikan dalam botol wine yang dinamakan Royal Blue Tea.
Jika dibandingkan dengan teh pada umumnya, teh ini merupakan teh yang sangat mahal karena harga 1 botolnya mencapai 40 USD! Jika melihat di website resminya, rupanya varian the ‘Queen of Blue’ yang disediakan oleh JAL ini merupakan varian teh ‘termurah’ karena mereka juga menjual teh dengan harga yang mencapai 6000 USD per botolnya!
Sampai di titik ini, saya sudah cukup kenyang padahal saya masih belum menyantap hidangan utama maupun hidangan pencuci mulut. Hidangan utama yang disajikan kali ini berupa nasi yang disajikan dengan daging bebek dari prefektur Yamagata serta rebung, sup miso, dan acar khas Jepang.
Menurut saya, hidangan utama tersebut sangat enak namun karena hidangan-hidangan sebelumnya sangatlah mengesankan, hal ini membuat hidangan utama terasa ‘kalah’ dan terasa kurang spesial.
Seusai hidangan utama, hidangan penutup (dessert) disajikan. Untuk dessert, mereka menyajikan arrowroot cake dengan rasa teh hijau khas Jepang dan es krim stroberi dengan saus stroberi, jellied rum, dan kacang pinus panggang.
Dengan disajikannya dessert, selesai juga jamuan makan siang yang menakjubkan ini. Menurut saya, set menu ini merupakan salah satu makanan terenak yang pernah saya rasakan di dalam pesawat maupun di darat. Well done Japan Airlines!
Tidak berselang lama, salah seorang pramugari mendatangi saya dan menawarkan untuk menyiapkan tempat tidur saya di tempat duduk bernomor 1D yang terletak di sebelah kursi saya. Saya bergegas menuju ke lavatory untuk mengganti pakaian saya dengan piyama yang disediakan oleh JAL. Piyama tersebut sangatlah nyaman dan berkualitas bagus walaupun tidak ada mereknya.
Saya bergegas menuju ke ‘kasur’ saya dan mencoba untuk tidur, namun karena ini penerbangan siang hari, mata saya rasanya sulit sekali terpejam dan pada saat akhirnya bisa tertidur, saya hanya dapat tidur relatif singkat dan tidak nyenyak.
Saya banyak menghabiskan waktu bermain telepon seluler (termasuk meng-update teman-teman Pinterpoin lewat Instagram) dan beberapa jam sebelum waktu ketibaan, saya memesan beberapa snack tambahan berupa semangkuk kecil nasi dengan irisan daging sapi Matsusaka berbumbu kecap manis, katsu sandwich, cheese platter dan beberapa minuman yang termasuk di dalamnya minuman khusus JAL bernama ‘Skytime’ yang merupakan perpaduan buah anggur dan persik.
Seusai menyantap snack, ternyata waktu untuk mendarat akan segera tiba sehingga saya bergegas menuju ke lavatory untuk berganti pakaian semula dan kembali menyegarkan diri. Seperti kebiasaan saat terbang dengan First Class maskapai lainnya, beberapa kru menghampiri saya untuk berterima kasih karena telah memilih terbang dengan bersama JAL dan berharap dapat bertemu kembali di lain kesempatan.
Mereka juga memberikan sekotak kecil bingkisan yang berisikan 2 buah Macarons dari Jean-Paul Hevin Chocolatier, 2 buah amenity kits tambahan dari Shiseido (untuk pria) dan Cle de Peau (untuk wanita), dan 1 bungkusan spesial yang merupakan souvenir tambahan yang dirangkai khusus untuk saya yang mana merupakan ‘balasan’ dari sedikit oleh-oleh yang saya berikan kepada mereka beberapa saat sebelumnya.
Saya memiliki kebiasaan berupa memberikan sedikit oleh-oleh dari Indonesia untuk para kru yang telah memberikan pelayanan yang baik dan saya rasa semua orang akan merasa senang jika pekerjaan yang dilakukan diapresiasi dengan baik bukan?
Tidak lama berselang, pesawat mendarat dengan selamat di O’hare International Airport di Chicago dan selesailah pengalaman berkesan saya terbang di JAL First Class ini. Proses imigrasi berjalan cepat namun satu hal yang saya amati adalah situasi di airport terasa jauh lebih sepi dibanding sebelum pandemi.
Tidak ada antrian untuk proses imigrasi dan saya merasa bahwa petugas imigrasi yang memproses kedatangan saya kali ini menanyakan banyak pertanyaan sebelum akhirnya saya diperbolehkan memasuki negara paman Sam ini. Cukup membuat saya was-was sebenarnya, namun semuanya berjalan lancar hingga akhirnya saya meninggalkan airport dan masuk ke dalam kota Chicago.
Baca juga: Pengalaman Terbang First Class Japan Airlines ke Amerika Serikat Selama Pandemi (Part 1)
Baca juga: Pengalaman Terbang First Class Japan Airlines ke Amerika Serikat Selama Pandemi (Part 2)
Penutup
Bagian ke-3 dari cerita Paulo ini menurut saya adalah bagian yang paling menarik karena membahas penerbangan First Class JAL yang kita semua tunggu-tunggu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa saya sekalipun langsung ‘terhasut’ untuk mau pergi ke Amerika Serikat menggunakan First Class dari JAL dikarenakan saya sendiri juga merupakan fans berat hidangan khas Jepang dan sudah sangat rindu untuk terbang long-haul.
Ketika saya menanyakan Paulo apa pendapat beliau mengenai terbang di saat pandemi ini, beliau mengatakan sebagai berikut:
“Beberapa orang menilai saya cukup nekat saat memutuskan untuk pergi di saat seperti ini. Namun, pada akhirnya semuanya dikembalikan ke masing-masing individu dan keputusan pergi atau tidak adalah tanggung jawab pribadi.”
Sekali lagi, terima kasih kepada Paulo yang mau berbaik hati untuk membagikan kisah inspiratif beliau (yang harus sampai dipecah menjadi 3 part karena terlalu padat) terbang ke Amerika Serikat selama pandemi Covid-19 menggunakan First Class JAL.
.
Sangat inspiring. Terima kasih telah berbagi pengalamannya Paulo & Pinterpoin!
Makasih bro Jurian! Seneng juga bisa berbagi pengalaman di sini :)) dan lebih seneng lagi ada yg baca dan terinspirasi
Makasih buat tim Pinterpoin sudah bolehin nyumbang tulisan di website ini! Makasih ya broque Edwin yg sudah meluangkan waktu buat menyunting artikel aslinya! Udah pingin nulis lagi lain2nya nih
hi pak paulo, apakah selama flight JAL ketat memberlakukan wajib pakai masker?
Hi Pak Ron, Kemarin kebetulan cabin sepi sekali, saya pp naik JAL, cgk-nrt-ord dan lax-nrt-cgk, dimana di setiap cabin hanya diisi oleh saya berdua di setiap leg penerbangannya jadinya mrk tidak terlalu ketat sih. Saya mengusahakan untuk memakai masker terus dan ketika sesekali saya melepas masker, sy tidak pernah ditegur sih
Seruu!! Thank You uda berbagi dan bikin kita ngiler untuk segera naik JAL
ayok ayokkkk :)))))
Thanks, it was a good read. Sedikit koreksi aja, di kalimat kedua, Chicago di Illinois, bukan Florida. ๐
Good to see JAL still maintaining their usual service, tahun lalu sebelum pandemi sempat ke Sapporo Snow Festival dan dapat kesempatan coba JAL First Class di A350nya mereka juga dan walaupun hanya domestic, treatment dari crewnya tidak kalah dari yang saya baca disini. Masih lebih suka Kabosunya ANA dibanding Skytimenya JAL sih tapi, hehe. Hopefully next time bisa coba terbang intercontinental dengan JAL juga, apalagi sekarang lebih loyal dengan oneworld, haha.
Sayang hard productnya tapi kelihatan agak outdated dibanding produk ANA yang baru tapi ya. Kalau sudah bisa ke Jepang lagi ga sabar untuk coba The Room atau bahkan The Suite dari ANA. Weekend ini juga dapat kesempatan naik Business Classnya QR karena dapat upgrade gratis lagi, setelah lihat foto disini jadi ga sabar untuk terbang lagi. Interesting to see what’s different dengan service Business Class dan First Class saat pandemi ini dimana most premium cabins are empty.
Oh ya, penasaran saja, apakah sempat ditanya oleh crewnya ingin diserve dengan bahasa Jepang atau bahasa Inggris? Soalnya terakhir saya naik ANA Business Class sebelum pandemi, pas welcome drink saya sempat ditanya hal ini, walaupun saya sama sekali ga kelihatan seperti orang Jepang. Saya sangat appreciate pertanyaan ini karena saya sendiri lebih nyaman diserve dengan bahasa Jepang. Apa mungkin karena saat check in waktu itu saya menggunakan bahasa Jepang ya…
Hope you had a great trip to the US!
Kevin,
Terimakasih atas koreksinya!!
Hi bro Kevin,
Saya nggak merasa JL cost cutting, semuanya terasa โall outโ dari sisi lounge ataupun makanan dan minuman, jadi saya merasa penerbangan kemarin sangat worth it dan sangat memorable. Saya juga kepingin sekali bisa mencoba terbang dengan ANA di kursi F nya, jujur, malah lebih intrigued untuk coba The Room nya drpd The Suite :))
Wah semoga penerbangan dengan Qatarnya berjalan mulus! Have a safe and enjoyable trip ya!
Oya, menjawab pertanyaan bahasa, saya tidak pernah ditanya mau pakai bahasa apa sih, langsung dengan bahasa Inggris, lagipula saya juga tidak bisa bahasa Jepang sih, mungkin kalau pertanyaannya bahasa Inggris atau bahasa Jawa, saya bisa pilih bahasa Jawa instead haha joking!
And yes, I had a great trip di US kemarin! Thank you!
Hi Paulo,
Yep, glad to hear! QR juga sama, service sama persis dengan sebelum pandemi. Selama pandemi udah 12x terbang dengan QR (4x diupgrade ke Business Class, sisanya Economy Class) dan selalu pengalaman baik. Jadi bingung sama yang cut servicenya seperti TK (walaupun katanya udah mau dibalikin lagi akhirnya hot mealnya). Paling males dengerin alesannya untuk safety padahal keliatan banget cuman cost cutting doang.
Wah, lebih pengen The Room daripada The Suite? Miles udah cukup sih, tinggal tunggu kapan bisa masuk Jepang lagi aja, hehe. Semoga nanti dari FRA atau LHR masih dengan cabin barunya. NH padahal kemarin hampir launch rute baru ke home airport saya loh (ARN), tapi sayang karena pandemi didelay indefinitely. Semoga aja setelah pandemi tetap diluncurkan, akhirnya bisa nonstop ke HND kalau jadi, haha. Biasanya dengan JL atau AY via HEL – status saya lebih ada di oneworld sih sekarang.
Ah, I see. Kayaknya iya sih untuk pengalaman saya dengan NH waktu itu, karena dari check in sampai boarding saya menggunakan bahasa Jepang (ini terbang dari HND), mungkin ada yang kasitau ke crewnya jadi ditanya gitu, beneran ga nyangka servicenya sampe segitunya. Emang beda service kodawari dari maskapai Jepang, saya juga pernah pertama kali (dan untungnya the only time so far) ketinggalan pesawat dari FUK, ground staff NH membantu saya bahkan sampai setelah shift mereka selesai pun sampai saya pegang boarding pass saya untuk flight yang sudah saya berhasil rebook.
Glad to hear you enjoyed your trip despite the pandemic! Semoga ga lama lagi bisa travel secara lebih normal yah.