Maskapai penerbangan dan pabrikan pesawat nampaknya masih harus mengupayakan segala cara untuk bertahan melewati pandemi yang tidak kunjung usai. Dilansir dari Reuters, Singapore Airlines pada hari Selasa kemarin disebut telah sepakat dengan Airbus dan Boeing untuk menunda pemesanan pesawat bernilai total 3,9 milyar dolar Singapura.
Detilnya, Singapore Airlines akan memotong pengeluaran sebesar S$2,2 milyar untuk tahun keuangan 2020-21 yang berakhir 31 Maret 2021 dan S$1,7 milyar untuk tahun keuangan 2021-22.
Selain itu, Singapore Airlines juga akan mengubah pesanan 14 unit Boeing 787-10 Dreamliner menjadi 11 unit Boeing 777-9 atau 777X. Secara total, Singapore Airlines akan mendatangkan 31 unit Boeing 777-9 mulai dari tahun 2024/25 dan seterusnya. Sedangkan pesanan Boeing 787-10 akan berkurang dari 34 unit menjadi 20 unit saja.
Sebagai rangkuman, berikut pesanan pesawat Singapore Airlines Group (termasuk Scoot):
- 35 unit Airbus A320s
- 15 unit Airbus A350-900
- 31 unit Boeing 737-8
- 20 unit Boeing 787s
- 31 unit Boeing 777-9 (777X)
Menurut CEO Singapore Airlines, diizinkannya penundaan pemesanan ini merupakan salah satu elemen penting untuk melewati pandemi COVID-19.
“The agreements with Airbus and Boeing are a key plank of our strategy to navigate the disruptions caused by the Covid-19 pandemic.”
Goh Choon Phong – CEO Singapore Airlines
Singapore Airlines & Boeing 777-9
Boeing 777-9 atau yang dikenal sebagai 777X adalah varian pesawat terbaru yang terkenal dengan ujung sayapnya yang bisa dilipat. Fitur tersebut ditambahkan karena sayapnya yang jauh lebih panjang ketimbang generasi 777 sebelumnya.
Dengan adanya fitur tersebut, 777-9 bisa mengurangi panjang sayap secara signifikan sehingga bisa memenuhi persyaratan dari bandara-bandara yang sebelumnya sudah bisa mengakomodir 777 varian lama.
Kedepannya, Boeing 777-9 akan menjadi flagship aircraft Singapore Airlines menggantikan armada Airbus A380 yang cepat atau lambat akan dipensiunkan. Menariknya, Singapore Airlines disebut akan memperkenalkan produk business & first class baru yang akan menerapkan standar industri (baca: revolusioner).
Saat ini, produk first class terbaik di dunia (tidak termasuk The Residence Etihad) bagi mayoritas orang adalah first class milik Emirates di segelintir pesawat Boeing 777-300ER.
Melihat statement yang ambisius dari Singapore Airlines, maka saya rasa produk first class baru Singapore Airlines harus lebih baik ketimbang produk Emirates agar bisa menerapkan standar industri baru.
Sayangnya, kita masih harus menunggu beberapa tahun lagi sebelum mengetahui inovasi apa yang dibuat oleh Singapore Airlines untuk pesawat Boeing 777-9.
Baca juga: Skandal Suap, Erick Thohir Minta Garuda Indonesia Kembalikan Pesawat Bombardier CRJ-1000
Penutup
Strategi Singapore Airlines dan maskapai lain untuk menunda pemesanan pesawat pastinya sangat wajar melihat hancurnya demand untuk traveling saat ini. Mendatangkan pesawat baru pastinya tidak masuk akal ketika armada pesawat yang ada saat ini pun sedang terparkir rapi & menghabiskan biaya maintenance yang tidak murah.
Dana sebesar S$3,9 milyar bisa dialokasikan oleh Singapore Airlines untuk menjamin operasional maskapai selama periode sulit ini.
Keputusan Singapore Airlines untuk menambah pesanan 777X juga akan membantu Boeing yang kesulitan untuk menjual pesawat tersebut, apalagi mengingat hampir semua maskapai pelanggan sedang berusaha untuk mengurangi atau menunda pemesanan pesawat hingga beberapa tahun kedepan.
Sebagai informasi, Boeing sendiri sudah menunda launching pesawat Boeing 777X hingga 2023 dan harus mengurangi 1/3 dari total pesanan karena aturan akuntansi.
Logisnya, pihak Boeing seharusnya memberikan diskon atau insentif bagi Singapore Airlines untuk menambah pesanan Boeing 777X yang nampaknya lebih sulit untuk dijual ketimbang varian 787 Dreamliner.
.