Belakangan, santer terdengar berita bahwa Garuda Indonesia akan melakukan merger dengan Pelita Air di mana Garuda Indonesia akan muncul sebagai surviving entity-nya.
Tapi, apakah proses merger ini sungguh akan terjadi? Menurut saya pribadi, kans terjadinya adalah 70/30.
Berikut adalah informasi yang saya peroleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk keterbukaan informasi Garuda Indonesia pada 15 September 2025:
Berikut juga merupakan komentar dari Danantara terkait prospek merger antara Garuda Indonesia dengan Pelita Air ini:
Merger Garuda Indonesia – Pelita Air
“Terkait dengan wacana konsolidasi BUMN sektor penerbangan hingga saat ini masih berada di tahap awal penjajakan, dan terkait hal tersebut, perseroan masih terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait.”
“Ya intinya kan supaya lebih efisien, lebih meningkatkan produktivitas, dan juga mengoptimalkan aset yang ada, baik dari segi jam terbang, sparepart pesawat, dan lain-lain. Lagi dievaluasi semua,”
– Rosan Roeslani, CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagatha Nusantara (BPI Danantara)
Patut diketahui bahwa PT Pertamina (Persero) selaku induk usaha Pelita Air sendiri sudah memiliki rencana pemisahan usaha (spin-off) sejumlah unit bisnisnya tidak terkecuali Pelita Air sebagai unit usaha maskapai penerbangan dan Tugu Insurance sebagai unit usaha asuransi umum.
Pelita Air sendiri saat ini memiliki armada 14 pesawat Airbus A320 yang digunakan untuk penerbangan di berbagai rute domestik maupun internasional.
Terbaru, mereka bahkan mengoperasikan penerbangan ke Singapura (SIN) dari Jakarta (CGK), membuatnya menjadi salah satu maskapai medium service yang melayani penerbangan internasional ke Singapura.
Menariknya? Mereka bahkan memiliki produk kelas bisnis yang disebut “Premium Class” dengan akses lounge, tablet untuk mengakses in-flight entertainment (IFE), dan priority check-in & boarding layaknya kelas bisnis pada umumnya.
Harganya sendiri sekilas cukup bersaing untuk fasilitas yang menyerupai kelas bisnis (menyerupai, bukan sama persis).
Sayangnya, karena pembahasan merger Garuda Indonesia dengan Pelita Air ini masih dalam tahap yang sangat awal, maka tidak banyak informasi yang dapat kita ketahui maupun analisa.
Satu hal yang pasti, merger ini menarik karena bisa melengkapi portofolio Garuda Indonesia Group sebagai berikut:
- Low-Cost Carrier (LCC) alias budget airline : Citilink
- Medium service airline: Pelita Air
- Full service airline: Garuda Indonesia
Jujur, saya lebih berharap Garuda Indonesia menyerap Pelita Air dan menjadikan armada A320 mereka sebagai armada untuk penerbangan domestik ataupun internasional dengan jarak pendek seperti ke Singapura, Malaysia, dan Thailand yang saat ini dirasa sangat kurang.
Tentunya hal tersebut dilakukan setelah Garuda Indonesia melakukan revitalisasi armada Pelita Air untuk bisa menyamai standar yang sudah ada di pesawat narrow body Garuda Indonesia terutama di armada Boeing 737-nya.
Baca juga: 10 Kartu Kredit Terbaik Untuk Mengumpulkan GarudaMiles
Baca juga: Thai Airways Akan Meniadakan First Class
Penutup
Santer terdengar isu bahwa Garuda Indonesia akan melakukan merger dengan Pelita Air.
Hanya saja, isu tersebut masih hanya sekedar isu karena hingga saat ini, aksi merger tersebut masih berada pada tahap kajian awal sehingga jika nantinya memang terjadi merger sekalipun, prosesnya masih akan lama.
Sungguh dunia aviasi penuh kejutan di mana di tahun 2021 lalu ketika Covid Delta sedang melanda dan dunia aviasi Indonesia berada di titik nadirnya, terdapat wacana bahwa flag carrier Indonesia akan berubah dari Garuda Indonesia menjadi Pelita Air.
Saat ini, hal yang terjadi justru sebaliknya di mana Garuda Indonesia justru dikabarkan akan melakukan merger dengan Pelita Air dan menjadi surviving entity dalam proses merger ini.
Apapun itu, kelihatannya kita harus menunggu beberapa saat lagi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai proses merger ini tapi secara pribadi saya sekali lagi cukup optimis bahwa merger ini akan terjadi.
Dampak merger ini, katakan jika memang terjadi sebenarnya cukup positif bagi Garuda Indonesia di mana maskapai flag carrier Indonesia ini akan mendapat tambahan armada selain Boeing 777 yang dipesan dari Amerika sebagai bagian dari trade deal.
Worst case, katakan merger ini tidak terjadi sekalipun sebenarnya tidak ada dampak signifikan yang akan terjadi bagi dunia aviasi Indonesia selain dua maskapai pelat merah yang saling bersaing di market yang cukup mirip secara rute.