Perjalanan saya di Eropa selain membawa saya mengunjungi ke kota Madrid, juga membawa saya ke kota Amsterdam di Belanda. Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi kota cantik di Eropa bagian Barat ini. Tidaklah sulit bagi saya untuk menentukan Waldorf Astoria Amsterdam sebagai hotel pilihan selama berada di sana dikarenakan hotel ini sudah lama menjadi hotel idaman incaran saya.
Hotel Waldorf Astoria Amsterdam sendiri merupakan karya arsitektur monumental yang merupakan gabungan dari 6 rumah yang dibangun di era emas abad 17 dan 18 yang walaupun secara interior dalam hotel tidak terlihat berbeda; Namun sangat terlihat bedanya jika dilihat dari sisi exterior tampak depan hotel ini.
Jika Anda melakukan pencarian secara online mengenai hotel bintang 5 terbaik di Amsterdam, dapat dipastikan bahwa hotel Waldorf Amsterdam ini akan muncul di bagian-bagian awal atau bahkan bisa saja muncul di peringkat pertama.
Beruntungnya, hotel ini tergabung ke dalam jaringan hotel Hilton Honors di mana saya menyandang status Diamond. Saya sendiri sudah menabung sejumlah poin yang sengaja saya kumpulkan untuk menginap di hotel-hotel aspirational yang salah satunya adalah hotel Waldorf Astoria Amsterdam ini.
Waldorf Astoria sendiri adalah brand termewah dari grup hotel Hilton sehingga wajar jika hotel-hotel di bawah brand ini menjadi incaran para penggemar hotel bintang 5 sedunia. Brand Waldorf Astoria ini rencananya juga akan hadir di Jakarta dan Bali yang mana tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi orang Indonesia yang memiliki status elit di Hilton.
Baca Juga: Hotel Review – Thompson Madrid
Di dalam post ini:
Waldorf Astoria Amsterdam: Pemesanan
Saya menginap selama 2 malam di hotel ini dan melakukan 2 pemesanan terpisah. Pertama, saya memesan sekitar 4 bulan sebelum tanggal check in. Pemesanan saya lakukan dengan menggunakan 95,000 poin (~Rp7,600,000 berdasarkan valuasi PinterPoin tahun 2022, yaitu Rp80/poin). Tidak ada tanggal lain yang dapat dipesan kala itu maka saya hanya berhasil memesan 1 malam saja.
Sekitar kurang dari sebulan sebelum tanggal check in, saya menemukan ketersediaan kamar untuk malam kedua yang dapat ditebus dengan poin. Sayangnya, tanpa ada peringatan, Hilton Honors melakukan perubahan yang mengakibatkan kebutuhan poin menjadi naik menjadi 110,000 poin (~Rp8,800,000) alias kenaikan sebesar hampir 16%.
Sebagai pembanding, harga menginap di kala itu adalah EUR1,108 (~Rp17,000,000) untuk kamar kategori terendah. Jadi, poin yang saya tebuskan masih dihargai di valuasi yang sangat tinggi.
Jujur, dengan menulis ulasan ini dan menghitung rasio poin dan valuasi ini lumayan membuat saya terhenyak saat melihat hasil akhir angkanya 😅
Sedikit latar belakang, saya adalah tipe orang yang mengumpulkan poin memang untuk ditebuskan untuk hotel-hotel yang berharga fantastis yang dalam kondisi normal sulit bagi saya untuk men-justify jika harus membayar secara cash.
Saya memantau apps Hilton Honors dan di H-4 kedatangan, saya mendapati kamar saya telah di-upgrade ke kamar jenis King Deluxe Room.
Waldorf Astoria Amsterdam: Check-in
Saya tiba di hotel pukul 12:30 dan dibantu oleh bell man yang ramah dan sigap menangani koper saya. Saya dipersilahkan masuk ke ruangan reception yang berada di sisi kanan. Ruangan concierge berada di sisi kiri, sehingga letaknya saling berseberangan.
Pihak front desk yang juga sangat ramah mempersilahkan saya untuk duduk sambil ia menyelesaikan proses check-in. Mereka menyediakan coklat selamat datang berbentuk sepatu tradisional Belanda berwarna kuning yang dinamakan klompen.
Sayangnya saya tidak mendapat upgrade ke kamar yang lebih baik lagi. Pada kesempatan tersebut, saya menanyakan apakah kamar tersebut menghadap ke kanal. Setelah dicek lagi, rupanya kamar tersebut tidak menghadap ke kanal namun mereka mengusahakan agar saya bisa mendapatkan pemandangan kanal yang tentunya menjadi pemandangan khas kota Amsterdam.
Memang, jika saya melihat dari apps dan website, semua jenis kamar superior dan deluxe tidak ada yang menghadap ke kanal. Jadi, apabila Anda menginginkan kamar yang menghadap ke kanal, Anda harus memesan jenis kamar yang jauh lebih mahal daripada kamar tipe terendah.
Pada saat check-in, Jaap, agen front desk yang membantu mengecek ketersediaan kamar melihat ada kamar yang menghadap ke kanal namun jenisnya adalah King Accessible Superior Room yang berarti kamar tersebut dikhususkan untuk penyandang disabilitas sehingga fasilitas di kamar (terutama di kamar mandi) disesuaikan dengan kebutuhan tamu berkebutuhan khusus tersebut.
Saya juga diingatkan dengan memilih kamar tersebut, maka saya memilih untuk downgrade dari kamar Deluxe yang sudah diberikan sebelumnya.
Saya sangat paham jika orang yang sempurna jasmani tidak diperkenankan secara sengaja memilih kamar accessible karena akan mengganggu ketersediaan kamar jika sampai ada tamu berkebutuhan khusus datang menginap.
Saya memastikan jika saya tidak menyalahi aturan dan Jaap beserta koleganya memastikan jika kamar dapat saya pilih dan dapat ditempati tanpa rasa cemas.
Mereka juga menjelaskan kalau kamar tersebut sering diberikan kepada anggota Diamond yang menginginkan pemandangan kanal seperti saya. Jaap mengingatkan bahwa kamar accessible tidak memiliki bath tub seperti layaknya kamar lain.
Saya tidak berpikir lama untuk menyetujui memilih kamar tersebut karena pada kenyataannya saya jarang menggunakan bath tub dan memiliki kamar dengan pemandangan kanal adalah poin sangat penting buat saya. Waldorf Astoria Amsterdam terletak di area Herengracht (Gentleman’s canal) yang merupakan situs peninggalan yang diproteksi oleh UNESCO sehingga kanal ini bukanlah kanal ‘sembarangan’.
Satu hal yang menurut saya sangat unik pada saat check in adalah semua tamu dapat memilih sendiri wewangian kamar selama menginap di sana. Terdapat 4 aroma wewangian yang dapat dipilih, yaitu: Abd el Kader, Josephine, Cyrnos, dan Ernesto. Tidak main-main, wewangian ini merupakan hasil karya pembuat lilin legendaris bernama Cire Trudon dari Paris yang telah beroperasi sejak tahun 1643.
Pengalaman memilih wewangian ini menjadikan sensorial experience tersendiri bagi saya. Bahkan, aromanya masih terngiang-ngiang di benak saya sampai sekarang. Saya kesulitan memilih yang paling tepat sehingga pada akhirnya saya memilih 2 aroma untuk 2 malam menginap saya. Hotel ini memiliki aroma wewangian khusus yang tidak terlalu pekat yang juga berasal dari merek Trudon ini.
Saya dipersilahkan menunggu di Peacock Alley (saya bahas di bawah) sambil dilakukan pengecekan akhir untuk kamar saya. Saya ditawarkan minuman secara complimentary dan saya memilih air es dengan irisan jeruk nipis.
Waldorf Astoria Amsterdam: King Accessible Superior Room
Tak berselang lama, Jaap menghampiri dan mengantar saya ke kamar yang berada di lantai 1. Sesampainya di kamar, Jaap menjelaskan aspek-aspek ruangan dan fasilitas yang ada.
Memasuki ruangan berukuran 38 m2 ini, saya dapat merasakan mengapa hotel ini sangat spesial.
Saya menyukai elemen-elemen disain yang ada seperti: plafon yang sangat tinggi, 2 jendela besar yang memberikan pencahayaan berlimpah, korden mewah yang menjulur dari plafon hingga menyentuh ke karpet lantai, dan tentunya pemandangan kanal yang saya harap-harapkan.
Dominasi warna krem netral dengan permainan warna turunannya membuat kamar ini terasa sangat nyaman dan mewah. Kamar bermodel klasik ini menggunakan pendekatan klasik modern ter-update sehingga tidak ada kesan kuno atau tua. Tidak ada warna kontras aksentuasi selain cushion dari sofa yang berwarna biru putih.
Menunggu di meja adalah sebuah welcome amenity berupa 3 kue kecil sederhana namun cantik dan lezat beserta sehelai welcome letter.
Terdapat juga peta kota Amsterdam yang juga berisikan informasi mengenai sejarah singkat hotel megah ini. Newsletter dari concierge dan literatur hotel juga tak lupa diletakkan saling bersebelahan dengan booklet peta tersebut.
Hotel ini menyediakan air putih dari Bru dalam bentuk air putih (still) dan air soda (sparkling), mesin kopi dan kopi kapsul dari Nespresso, dan teh dari TWG yang tentunya tak asing bagi warga PinterPoin yang sering menginap di hotel bintang 5 ๐
Saya memperhatikan bahwa Waldorf Astoria sangat memperhatikan keseluruhan elemen disain dengan memiliki perangkat makan khusus berlogo Waldorf Astoria. Tutup gelas, kertas tissue, hingga ke duvet juga khusus dibuat untuk chain hotel ini. Impressive!
Ranjang yang digunakan juga sangat nyaman menggunakan duvet khusus yang dibuat khusus dengan branding logo Waldorf Astoria yang terkesan luxe.
Kamar mandi berada persis di dekat pintu masuk. Kamar mandi di kamar ini berukuran luas dan benar-benar dibuat khusus bagi tamu berkebutuhan khusus.
Jujur saya dibuat terkesan dengan tingkat kedetilan dari kamar mandi accessible ini.
Bukan pertama kali saya melihat kamar accessible, namun jelas Waldorf Astoria Amsterdam benar-benar memikirkan secara detil aspek keamanan dan kenyamanan buat tamu penyandang disabilitas yang terlihat dari pintu yang bisa di buka penuh, kursi khusus di area shower, pegangan 2 sisi di bagian kloset, benang merah yang jika ditarik akan membunyikan alarm bantuan, dan tidak ada elemen desain tidak penting yang dapat mengurangi ruang gerak. Wow!
Toiletries yang dipakai oleh Waldorf Astoria sedunia sendiri mulai beralih dari brand Italia Salvatore Ferragamo berlabel Tuscan Soul dengan kemasan individual ke brand Australia bernama Aesop dengan kemasan besar (bulk size).
Saya menyambut gembira peralihan ini karena merasa cukup ‘jenuh’ dengan aroma Tuscan Soul yang lumayan sering saya temui di amenity kit penerbangan dan di hotel Waldorf Astoria yang pernah saya inapi sebelumnya.
Jaap menjelaskan bahwa hotel ini sudah beralih ke Aesop sejak akhir tahun 2021 silam jauh mendahului banyak hotel Waldorf Astoria lainnya.
Tanpa sengaja saya menemukan brosur menu bantal yang diletakkan di samping ranjang. Ada terdapat 10 pilihan bantal yang dapat dipilih namun terdapat satu jenis bantal menarik perhatian saya yaitu Body Pillow, yang di benak saya adalah guling.
Saya terbiasa menggunakan guling, maka saya langsung memesan guling, eh, body pillow tersebut 😆
Setelah saya keluar menikmati indahnya kota Amsterdam, saya kembali ke kamar di malam hari dan mendapati kamar saya telah mendapatkan turn down service. Tak lupa aroma parfum yang telah saya pilih di siang tadi menyeruak memenuhi ruangan kamar saya. Sungguh sebuah pengalaman mewah yang membedakannya dengan hotel lain!
Turn down service yang ditawarkan juga sangatlah proper. Korden kamar ditutup secara sempurna, slippers dan alasnya ditaruh di sebelah sisi ranjang, duvet sudah dibongkar untuk memudahkan akses masuk ke dalam selimut, sebotol air beserta gelasnya juga telah disediakan di masing-masing nakas, permen rasa kayu manis khas Belanda (kannelkussen) dalam bungkus unik seperti rumah-rumah Belanda juga ada diletakkan di dekat air minum.
Satu hal tambahan yang juga menarik adalah pihak housekeeping menyetel lagu klasik di TV sehingga membuat situasi malam di kamar semakin sempurna.
Waldorf Astoria Amsterdam: Makan Pagi
Sebagai anggota Diamond, saya memperoleh keuntungan gratis makan pagi untuk 2 orang. Makan pagi berlokasi di lantai -1 yang disebut Garden Level yang juga merupakan venue untuk afternoon tea.
Ruangan berkonsep terbuka yang dulunya disebut Goldfinch Brasserie ini tidaklah berukuran besar bahkan cenderung kecil sehingga di jam-jam prime untuk sarapan, venue sarapan sampai membludak ke area di sebelah ruangan yang bernama Spectrum.
Spectrum ini merupakan rumah makan yang dianugerahi 2 bintang Michelin, jika Anda adalah foodie dan berkeinginan untuk bersantap di Spectrum, ada baiknya Anda memesan jauh-jauh hari dan memperhatikan hari dan jam operasinya karena restoran ini tidak buka tiap hari (sekarang ini hanya buka di hari Rabu hingga Sabtu).
Host yang ada waktu itu menyambut saya dan mempersilahkan saya untuk menempati meja yang bersebelahan dengan taman yang indah.
Benefit gratis makan pagi menurut saya sangat berguna dan memiliki value yang besar di hotel ini. Saya dijelaskan bahwa saya dapat memilih The Taste of Waldorf yang merupakan menu andalan dari Waldorf Astoria Amsterdam.
Termasuk di dalam The Taste of Waldorf ini adalah semangkuk buah-buahan beri, semangkuk kue-kue beserta beberapa macam selai dan mentega, potongan keju-keju Belanda, potongan-potongan daging dingin (cold cuts) dan salmon asap. Saya juga diperkenankan untuk memilih 1 makanan dari menu a la carte, beserta free flow jus jeruk dan jus grapefruit segar lengkap dengan teh dan kopi.
Menu ini dibanderol harga EUR45 per orang, sehingga total adalah EUR90 (~Rp1,400,000) untuk berdua.
Menu makanan yang ditawarkan memang berkualitas tinggi dan sangat lezat, namun saya merasa agak monoton dan tidak terlalu banyak pilihan, sehingga di hari kedua sarapan saya sudah merasa agak jenuh.
Waldorf Astoria Amsterdam: Taman
Selepas makan pagi, saya menyempatkan untuk keluar ruangan dan memasuki taman yang juga merupakan situs terproteksi oleh UNESCO. Taman ini adalah pemandangan yang akan saya lihat jika saya memilih kamar deluxe yang sebelumnya telah dipilihkan sebagai kamar upgrade.
Waldorf Astoria Amsterdam: Pusat Kebugaran, Kolam Renang & Guerlain Spa
Pusat kebugaran, kolam renang, dan spa terletak di lantai -1 dan letaknya saling berdekatan.
Pusat Kebugaran
Pusat kebugaran tidak berukuran besar dan tidak memiliki jumlah mesin kardio dalam jumlah banyak. Semua piranti kebugaran merupakan keluaran Technogym dan semuanya dalam kondisi sempurna. Ruangan gym ini memiliki pemandangan taman.
Kolam Renang
Kolam renang didisain moderen dan terdapat dekorasi kontemporer, kolam berbentuk persegi ini berukuran relatif kecil dan lebih bersifat sebagai plunge pool.
Berbagi space yang sama dengan kolam renang adalah fasilitas sauna.
Guerlain Spa
Waldorf Astoria Amsterdam menggandeng brand legendaris dari Perancis lainnya yang bernama Guerlain dan menamakan fasilitas ini Guerlain Spa.
Waldorf Astoria Amsterdam: Peacock Alley
Sedikit sejarah mengenai Waldorf Astoria, sebelum akhirnya menjadi sebuah hotel Waldorf Astoria pertama di New York, dulunya Waldorf Astoria adalah 2 hotel berbeda yang bernama ‘Waldorf’ dan ‘Astoria’. Dibangunlah sebuah gang (alley) untuk menghubungkan kedua hotel tersebut, dipilihlah nama: Peacock (burung merak) yang terinspirasi dari orang-orang kaya kota New York yang berlalu lalang di gang tersebut mengenakan pakaian-pakaian indah selayaknya seperti burung merak yang memamerkan ekor cantiknya.
Sebuah hotel Waldorf Astoria umumnya memiliki sebuah Peacock Alley menurut versi mereka masing-masing. Peacock Alley seringkali menjadi tempat berkumpulnya tamu-tamu hotel untuk berbincang-bincang, menikmati makan siang, afternoon tea, makan malam ataupun menikmati cocktail.
Penutup
Tak hanya kotanya saja yang indah namun saya cukup beruntung untuk dapat menginap di hotel Waldorf Astoria Amsterdam. Pengalaman menginap di hotel ini menjadi salah satu highlight kunjungan saya di Amsterdam dan meng-enhance keseluruhan kualitas travel Eropa saya.
Harga dari hotel ini memang tidaklah murah namun bagi saya yang menyukai travel experiences, ini menjadi sebuah pengalaman yang tidak terlupakan. Saya seakan-akan sedang membeli sepotong sejarah yang tentunya susah ditakar dengan uang.
(+) Lokasi di cagar budaya UNESCO yang strategis namun tidak terlalu ramai.
(+) Hard product dan soft product yang sangat bagus.
(+) Menawarkan pengalaman menginap unik seperti memilih wewangian personal yang membuat sensorial experience yang berbeda dengan lainnya.
(+) Turn down service sangat memuaskan.
(+) Bagi anggota Diamond Hilton Honors, mendapatkan fasilitas gratis makan pagi yang bernilai tinggi.
(-) Harga menginap yang tergolong mahal baik menggunakan poin ataupun cash.
(-) Ketersediaan base room sangat terbatas sehingga berdampak pada minimnya kamar yang bisa ditebus dengan poin. FYI, hotel ini hanya memiliki total 93 kamar saja.
(-) Harga dasar untuk poin yang naik dari 95,000 menjadi 110,000 poin di tahun 2022.
(-) Variasi makanan a la carte saat sarapan relatif sedikit sehingga berpotensi terasa monoton.
Jika perjalanan membawa Anda berkunjung ke kota kanal ini, saya sangat menyarankan untuk menginap di Waldorf Astoria Amsterdam yang tak hanya mewah namun juga memiliki ‘cerita’ sejarah dan diimbangi dengan servis yang sangat-sangat memuaskan.