Melalui webinar bertema ‘Layangan Terbang, Keselamatan Penumpang Terancam’, Senior Manager Incident Management Garuda Indonesia, Capt. Bernard P. Sitorus, mengatakan bahwa Garuda telah menggelontorkan uang sebanyak Rp500 juta untuk memperbaiki pesawat akibat layang-layang.
Sejak bulan Mei – Juli 2020, Garuda Indonesia sudah melaporkan gangguan akibat layang-layang di bandara Soekarno-Hatta sebanyak 7 kali dari 59 laporan. Satu diantaranya tergolong fatal karena adanya layang-layang yang tersedot kedalam mesin pesawat.
Biaya perbaikan tersebut dianggap masih relatif kecil jika dibandingkan dengan resiko kecelakaan yang bisa terjadi. Namun pastinya pihak maskapai akan sangat jengkel apalagi di tengah kondisi keuangan yang sangat sulit.
Warga Mencari Perhatian?
Menariknya, Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta, Agus Hariyadi, mengatakan jika ada motif mencari perhatian dari warga yang menerbangkan layang-layang. Menurut beliau, mungkin ada warga disekitaran bandara yang belum diakomodasi oleh pihak bandara.
Statement tersebut pastinya didasari oleh pengalaman dan mungkin adanya bukti yang menguatkan dugaan cari perhatian tersebut.
Meski kalimat ‘belum diakomodasi’ tidak dirincikan lebih lanjut, saya melihat insiden ini mungkin lebih ke arah masyarakat yang tidak tahu tentang bahayanya bermain layang-layang di sekitaran bandara. Spesifiknya, saya membayangkan anak-anak yang menerbangkan layang-layang tanpa mengetahui resikonya.
Pandemi COVID-19 juga mungkin membuat sejumlah warga untuk mencari hiburan, salah satunya dengan menerbangkan layang-layang. Namun, jika benar ada motif mencari perhatian seperti yang dikatakan, maka harus ada tindakan tegas dan hukuman berat bagi pelakunya.
Penutup
Layang-layang beterbangan di langit adalah pemandangan yang normal di Indonesia. Meski sudah diterbitkan larangan dan adanya undang-undang yang mengatur hal tersebut, namun nyatanya masih banyak orang yang bermain layangan di area sekitar bandara.
Objek apapun yang ditabrak oleh pesawat yang terbang dalam kecepatan tinggi berpotensi membahayakan. Bahkan dalam kasus yang dilaporkan, ada layang-layang yang masuk ke mesin. Pihak maskapai dan otoritas bandara harus lebih ‘galak’ dan serius dalam urusan ini.
Saya rasa ekspos media yang sedang berlangsung saat ini bisa sedikit membantu untuk sosialisasi kepada masyarakat. Namun permasalahan ini tentunya tidak akan bisa terselesaikan sesimpel itu.
.
Menurut Anda, apa solusi terbaik bagi pihak Angkasa Pura untuk mengatasi masalah layang-layang ini?
Foto Utama: Media Indonesia
Aduh, yg pd main layang2 beserta para orang tuanya pasti gak ngerti klo itu membahayakan pesawat terbang. Yg begini2 harus diedukasi dan ditindak tegas. Bandara sampe punya polres sendiri setingkat kotamadya ngurusin apa aja sik?
Bener pak. Biasanya yang bermain layang-layang berasal dr kalangan ekonomi menengah kebawah yg belum pernah naik pesawat dan tidak tau peraturan yg melarang menerbangkan layang-layang dalam radius jangkauan pesawat udara, karena minimnya sosialisasi aturan tersebut ke semua lapisan masyarakat.