Dari status run yang saya lakukan, saya berkesempatan untuk mencoba beberapa armada milik Malaysia Airlines dan salah satunya adalah A380-800.
Sekarang ini, Malaysia Airlines memiliki 6 armada A380-800. Beberapa tahun yang lalu, keenam armada ini di operasikan untuk rute Kuala Lumpur – London. Namun karena tidak menguntungkan, akhirnya Malaysia Airlines menggunakan A380 untuk rute Jepang, Korea Selatan dan Australia.
Baca juga: Flight Review: Malaysia Airlines Economy Class A350-900 Osaka to Kuala Lumpur
Baca juga: Status Run Report: Mendapatkan Status Enrich Gold (Oneworld Sapphire) dalam 7 Hari
Penerbangan dari Kansai ke Kuala Lumpur dengan A350 Malaysia Airlines
Penerbangan ini merupakan penerbangan lanjutan saya dari Manila. Karena waktu transit yang cukup pendek, setelah tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur, saya langsung jalan menuju gate keberangkatan.
Di Bandara Internasional Kuala Lumpur, pemeriksaan bagasi kabin di lakukan pada saat Anda masuk ke dalam gate keberangkatan. Setelah selesai di bagian pemeriksaan bagasi kabin, karena kursi saya ada di upper deck, saya langsung di arahkan ke ruang boarding di lantai 2.
Ruang boarding di lantai 2 tampak lebih sepi karena jumlah penumpang di upper deck lebih sedikit di bandingkan lower deck.
Nomor Penerbangan: MH 88
Jenis Pesawat: Airbus A380-841
Registrasi Pesawat: 9M-MNA
Rute: Kuala Lumpur (KUL) – Narita (NRT)
Tanggal: Sabtu, 2 Maret 2019
Waktu Berangkat: 23:52 (Jadwal seharusnya 23:35)
Waktu Tiba: 06:46 (Jadwal seharusnya 07:15)
Durasi Penerbangan: 6 jam 11 menit (durasi seharusnya 6 jam 40 menit)
Kursi: U35A
Kursi ekonomi A380-800 Malaysia Airlines
Kursi ekonomi A380 Malaysia Airlines memiliki konfigurasi 2 – 4 – 2 dengan total kapasitas kelas ekonomi 420 kursi. Di penerbangan ini, hampir seluruh kursi kelas ekonomi terisi.
Dalam pemilihan kursi di dalam pesawat, saya lebih suka memilih kursi di bagian jendela (window seat). Selain bisa menikmati pemandangan di luar, saya juga bisa istirahat dengan tenang.
Di window seat kelas ekonomi di upper deck terdapat ruang penyimpanan barang yang cukup besar. Mungkin dulunya kelas ekonomi ini merupakan kursi kelas bisnis.
Di setiap kursi telah di sediakan selimut, bantal dan headset.
Ruang kaki yang cukup luas untuk perjalanan 6 jam dan di setiap kursi terdapat layar In Flight Entertainment (IFE), dan colokan USB.
In Flight Entertainment (IFE)
Layar sentuh IFE di A380 tidak begitu sensitif di bandingkan dengan IFE di A350, mungkin dikarenakan umur pesawat yang sudah 7 tahun.
Untuk pilihan dan variasi tontonan yang ada di IFE, menurut saya cukup banyak dan bervariasi. Namun, karena penerbangan ini adalah penerbangan tengah malam, saya memilih untuk beristirahat.
Di armada A380 terdapat kamera di ekor pesawat. Dengan kamera ini, Anda bisa melihat keadaan luar pesawat di layar IFE pada saat mendarat dan lepas landas.
Makanan
Karena ini adalah penerbangan tengah malam, awak kabin hanya menghidangkan makanan ringan berupa roti isi keju dan pilihan jus sesaat setelah lapas landas.
Setelah selesai menyantap makanan ringan, awak kabin memadamkan lampu di kabin agar penumpang bisa beristirahat.
2 jam sebelum mendarat, awak kabin menyalakan lampu dan mulai menghidangkan sarapan. Saya memilih nasi lemak untuk sarapan saya.
Secara keseluruhan, rasanya cukup enak. Dagingnya lembut dan rasanya pas. Buah yang di hidangkan pun segar.
Keseluruhan
A380 merupakan salah satu pesawat yang paling saya sukai dan Malaysia Airlines merupakan A380 ketiga yang pernah saya tumpangi setelah Korean Airlines dan Singapore Airlines.
Di dalam 6 jam perjalanan saya, menurut saya pelayanan awak kabin cukup memuaskan. Saya juga cukup puas dengan ruang kaki yang tersedia di kelas ekonomi dan makanan yang di hidangkan.
Mungkin menurut saya yang agak kurang adalah IFE nya. Layar sentuh nya tidak begitu sensitif dan responnya cukup lambat.
Penutup
Meskipun telah mengganti beberapa CEO, Malaysia Airlines kini masih tengah menghadapi krisis keuangan dan kesulitan mendapatkan profit. Baru-baru ini Perdana Menteri Malaysia juga sempat mengatakan bahwa kemungkinan Malaysia Airlines akan di tutup atau di jual ke perusahaan asing.
Jika benar Malaysia Airlines akan di tutup, mungkin ke depannya saya harus segera mencoba terbang di business class atau business suite yang ada di armada A380 dan A350.
Nasi lemaknya sangat tidak meyakinkan sekali. Sekilas dari penampilan aja keliatannya nasi lemak Pak Nasser di AirAsia lebih enak daripada nasi lemak dari Malaysia Airlines ini bro Eddy.