Saya berkesempatan untuk me-review penerbangan Japan Airlines di kelas bisnis akibat perubahan penerbangan saya dari ANA menjadi JAL. Sayangnya, waktu yang cukup singkat (hanya tersisa sekitar 20 menit sebelum boarding) membuat saya tidak sempat me-review fasilitas airport lounge yang disediakan oleh pihak JAL.
Selain itu, saya juga tidak berhasil memperoleh window seat dikarenakan penerbangan tersebut cukup penuh, mungkin karena terdapat banyak penumpang pada flight ANA yang dipindahkan ke flight JAL malam itu juga.
Anyway, jenis kursi kelas bisnis yang JAL yang saya review kali ini adalah JAL Sky Suite III yang merupakan kursi business class model terbaru dari JAL. Sayangnya, kursi ini menawarkan privasi terendah dibandingkan dengan kursi-kursi kelas bisnis lainnya dari JAL. Oleh karena itu, sepanjang perjalanan saya sedikit ‘malu-malu’ terhadap orang di sebelah saya yang merupakan seorang pebisnis dari Jepang yang mendengkur cukup keras sepanjang perjalanan ๐ .
- Trip Intro: Sebuah Petualangan Yang Tidak Terduga
- Flight Review: Japan Airlines (JAL) Boeing 787-900 Jakarta – Tokyo Narita
- Lounge Review: Sky Lounge Tokyo Haneda Airport
- Lounge Review: ANA Business Class Lounge Haneda Airport
- Flight Review: ANA Business Class Boeing 787-800 Tokyo Haneda – Jakarta
Flight Review
Nomor Penerbangan: JL 726
Jenis Pesawat: Boeing 787-900
Rute: Jakarta (CGK) – Tokyo Narita (NRT)
Tanggal: 9 September 2019
Waktu Berangkat: 21.55
Waktu Tiba: 07.25
Durasi Penerbangan: 7 jam 30 menit
Kursi: 11G (Middle)
Ketika saya masuk ke dalam pesawat, kondisi kabin kelas bisnis sudah dalam kondisi setengah penuh. Beruntungnya, saya masih berhasil mengambil beberapa gambar tanpa menganggu privasi orang lain.
Hard Product
Kabin kelas bisnis Japan Airlines Sky Suite III memiliki seat configuration 1-2-1 dengan tatanan reverse Herringbone. Saya sendiri duduk di kursi 11G yang mana adalah middle seat yang terletak di tengah kabin kelas bisnis.
Di setiap kursi kelas bisnis, disediakan amenity kit, bantal yang empuk, slippers, dan selimut yang cukup tebal. Setiap kursi kelas bisnis bisa dirubah menjadi full flat bed dengan cara menekan tombol yang terletak di samping depan kursi.
Di bagian depan kursi, terdapat 2 kompartemen. Kompartemen bawah bisa Anda gunakan untuk menyimpan barang berukuran kecil atau sekedar sandaran kaki sedangkan kompartemen atas bisa Anda gunakan untuk merebahkan kaki saat tidur.
Di bagian samping kursi, terdapat sejenis laci yang bisa Anda gunakan untuk menyimpan barang berharga Anda. Laci tersebut juga bisa digunakan sebagai tempat menyimpan air mineral. Di bawah laci tersebut, terdapat berbagai jenis colokan listrik yang bisa Anda gunakan untuk mengisi daya baterai Anda selama perjalanan.
Terdapat juga tempat penyimpanan meja yang bisa Anda keluarkan apabila Anda ingin bersantap atau sekedar menaruh minum. Angle dari meja bisa Anda atur agar Anda bisa makan dengan nyaman.
Tepat di samping kursi, terdapat tombol yang bisa Anda gunakan untuk mengatur reading light. Selain itu, terdapat juga kontrol untuk in-flight-entertainment (IFE). Kualitas dari IFE penerbangan ini sendiri boleh saya katakan cukup bagus. Layarnya lebar dan jernih serta terdapat cukup banyak pilihan film maupun musik yang bisa Anda tonton maupun dengarkan.
Soft Product
Pelayanan yang saya rasakan selama penerbangan ini cukup baik. Pramugari dari Japan Airlines cukup atentif dan ramah namun entah kenapa saya merasa bahwa pelayanan yang diberikan tidak sebagus Singapore Airlines, it’s good but it’s not great.
Pendapat saya pribadi, mereka tidak bisa memberikan sentuhan yang sangat personal seperti mengingat nama penumpang dan kurang proaktif (seperti menanyakan apa perlu tambahan makan, minum, dll). Tapi saya juga tidak bisa menyalahkan mengingat penerbangan ini adalah penerbangan red-eye (penerbangan di malam hari yang tiba keesokan paginya). Semua orang mungkin sudah capek untuk berkomunikasi ๐ .
Anyways, berhubung penerbangan saya adalah penerbangan red-eye, maka hidangan yang disajikan selama penerbangan ini adalah makan pagi (breakfast). Hanya saja, sekitar 1-2 jam setelah keberangkatan, terdapat hidangan snack yang bisa mengisi perut. Selain itu, Anda juga bisa memesan udon, champon, maupun soba kapanpun selama penerbangan.
Seperti yang tertulis di buku, Anda bisa memilih diantara 2 jenis breakfast yaitu Japanese breakfast atau Western breakfast. Cabin crew akan menanyakan pilihan Anda beberapa saat setelah penerbangan lepas landas. Saya sendiri memilih Japanese breakfast karena saya adalah penggemar berat masakan jepang.
Snack – Steamed savory Egg Custard, Simmered Shrimp, dan Chicken Teriyaki. 7/10
Japanese Breakfast – Salah satu breakfast terenak di pesawat yang pernah saya makan. Side dish-nya terutama sangat eksepsional. 8.5/10
Penutup
Entah kenapa walaupun kursi yang saya tempati cukup nyaman dan saya banyak minum alkohol selama penerbangan, saya tidak bisa tidur dengan nyenyak di penerbangan ini. Mungkin dikarenakan banyaknya turbulence selama penerbangan dan adrenalin saya yang masih terpacu akibat saya berlarian di airport Soekarno-Hatta untuk bisa boarding tepat waktu. Paling banyak, saya tidur selama 1 jam dan 30 menit sebelum terbangun dan berusaha untuk tidur lagi.
Anyway, highlight dari penerbangan ini tidak diragukan lagi adalah hidangan yang disajikan (secara estetika dan secara rasa) dan hard product yang cukup solid. Saya tidak akan ragu untuk merekomendasikan penerbangan Japan Airlines (JAL) di kelas bisnis bagi Anda yang mencari penerbangan direct dari Indonesia ke Jepang.
Hanya saja, saran saya adalah mungkin Anda lebih baik mengambil penerbangan yang berangkat di pagi hari (JL720) karena penerbangan ini terasa kurang berkesan bagi saya pribadi. Experience memperoleh tiket JAL-nya sangat berkesan, namun penerbangannya… kurang berkesan.
.
Benar sekali. Saya sudah terbang beberapa kali dengan JL di J Class. Service is good but not great. Seakan akan para crew hanya do their job without personal touch. Tidak pernah sekalipun dipannggil dengan nama, dll.
Untuk seat saya rasa sangat sempit baik dari sisi lebar bangku maupun seat pitch.
Tapi paling tidak untuk sektor jakarta ke tokyo, JL sudah menawarkan flat bed dibandingkan dengan NH yg masih cradle seats.
JS,
Betul sekali, secara pribadi saya merasa bahwa cabin crew JAL di penerbangan saya terlalu mengikuti SOP dan terasa kaku. Untuk kursi sih saya rasa tidak terlalu sempit, hanya saja saya merasa sedikit kesulitan tidur karena angle tidur yang agak aneh.
Btw, NH selain mengoperasikan Cradle seats juga menawarkan penerbangan dengan flat bed di kelas bisnis-nya yang berangkat di malam hari.
Bukannya kalau penerbangan pagi hari malah rugi ya? sampai jepang sudah malam dan tidak maksimalkan waktu
Halo Ahmad,
Tidak juga. Sebagai contoh penerbangan ANA yang berangkat pagi (07.00 WIB) akan tiba di Jepang sekitar pukul 4 sore dan di Haneda.
Justru penerbangan red-eye seperti penerbangan saya ini kurang enak karena begitu tiba di akomodasi di pagi hari, Anda tidak bisa langsung check-in sehingga mau tidak mau Anda terpaksa ‘lontang-lantung’ di luar.