Di hidup, terkadang kita perlu mengambil beberapa risiko besar untuk bisa sukses. Dalam kasus saya, risiko terbesar yang saya ambil tahun ini adalah berwisata ke Tiongkok (China) tanpa visa kunjungan melainkan hanya dengan visa transit.
Bagi Anda yang belum tahu, efektif 12 Juni 2025 lalu Tiongkok mengizinkan Warga Negara Indonesia (WNI) berkunjung menggunakan transit visa yang berlaku selama 240 jam (10 hari). Dulunya, Indonesia tidak termasuk pada kebijakan transit visa ini.
Berikut detail mengenai transit visa 240 jam ke Tiongkok yang sempat saya tulis pada bulan Juni lalu:
Secara praktis, Anda bisa berkunjung ke Tiongkok tanpa visa kunjungan selama:
- Negara destinasi Anda harus berbeda dengan negara asal keberangkatan Anda (contoh: Anda berangkat dari Indonesia dan tiba di Jepang), tidak bisa negara destinasi Anda sama dengan negara asal keberangkatan Anda.
- Anda memiliki paspor yang berlaku setidaknya 3 bulan dari tanggal expired date dan juga memenuhi syarat untuk memasuki destinasi di negara tujuan akhir Anda (negara sesudah kunjungan di Tiongkok).
- Anda memiliki tiket interline atau dokumen perjalanan lain yang menunjukkan tanggal spesifik dan pemesanan kursi ke negara tujuan akhir Anda (negara sesudah kunjungan di Tiongkok) dalam periode 240 jam.
Seberapa nekat saya? Sangat nekat 😀
Saya akan terbang dari Jakarta ke Shanghai menggunakan Garuda Indonesia, ‘transit’ di Shanghai selama 3 hari baru kemudian melanjutkan perjalanan saya kembali ke Indonesia menggunakan Singapore Airlines, efektif membuat Singapura sebagai ‘negara destinasi’ saya.
Berikut adalah pemesanan tiket saya pada 24 Agustus 2025 mendatang, tepat sesudah event spesial PinterPoin yang tidak boleh Anda lewatkan.

Sedangkan untuk kepulangan, saya memesan tiket Singapore Airlines First Class rute Shanghai (PVG) – Singapore (SIN) dilanjutkan dengan Singapore Airlines Business Class Singapore (SIN) – Surabaya (SUB) yang saya jadikan satu booking code dan cukup membayar 58.500 miles berkat trik mixed class KrisFlyer dengan sistem zonasi.

Di Shanghai sendiri, karena saya sendirian dan hanya menginap selama 2 malam dalam nama eksperimen ini, maka saya tidak terlalu berfokus mencari hotel yang bagus. Saya akan menginap di:
- Kempinski The One Suites Hotel Shanghai Downtown
- UrCove Shanghai Pudong East dalam rangka brand explorer World of Hyatt
Saya sungguh antusias untuk trip ini karena benar-benar berisiko tinggi dan berisiko dideportasi (semoga tidak).
Kalau sampai tidak boleh boarding atau dideportasi sesampainya di Tiongkok bagaimana Pak Edwin? Tidak masalah, tinggal pulang saja dan saya akan lebih bijaksana dan bisa menceritakan pengalaman saya. Saya juga tidak masalah di banned seumur hidup tidak bisa mengunjungi Tiongkok.
Kalau sampai bisa ternyata bagaimana Pak Edwin? Bagus, saya akan bisa berguna untuk nusa dan bangsa karena secara langsung maupun tidak langsung saya membantu menghematkan Anda Rp840.000 (biaya visa China single entry).
Kalikan dengan 250 juta penduduk Indonesia, maka saya berpotensi menghematkan negara tercinta kita ini 210 Triliun Rupiah 😉 dari biaya visa yang seharusnya dikeluarkan seluruh penduduk Indonesia untuk bisa berkunjung ke China.

Saya hanya berharap Anda semua di sini mendoakan perjalanan saya lancar dan tidak ada halangan.
Baca juga: Tiongkok Memberlakukan Kebijakan Bebas Transit Visa 240 Jam (10 Hari) Bagi Warga Negara Indonesia
Baca juga: China Southern Mengoperasikan Penerbangan Surabaya – Guangzhou
Penutup
Sudah tidak ada kata mundur lagi, saya akan berkunjung ke China tanpa visa kunjungan pada 24 Agustus 2025 mendatang.
Saya akan secara langsung mencoba kemujaraban transit visa yang baru saja diberikan oleh Tiongkok kepada Warga Negara Indonesia (WNI) pada Juni 2025 lalu,
Saat ini, saya hanya berpegang pada poin 3 peraturan visa transit China di mana saya menjadikan Singapura sebagai third country (region) destinasi saya. Saya 90% yakin bisa selama argumen saya di bandara ketika mau berangkat dan ketika di imigrasi China cukup solid.
Wish me luck.